Oleh : Lisa Herlina
Ramai berita beredar perburuan Bjorka. Aksi tuding mengenai sosok misterius bjorka terus berlanjut. Mulai dari remaja Cirebon hingga remaja dari Madiun di tangkap Tim Siber Polri pada Rabu (14/9/2022).
Menyorot sepak terjang Bjorka, pakar hukum dan masyarakat Prof. Suteki menduga ia tidak bekerja sendiri, "Bisa dikatakan mafia internasional yang kepada negara nanti ada take and give atau bargaining position," (Kanal Suteki, 11/9/2022).
Di sisi lain publik tentunya masih melirik episode dari kasus pembunuhan Brigadir J (Nofriansyah Hutabarat) yang belum usai sampai saat ini.
Sebagaimana apa yang di ungkapkan Gatot Nurmantyo, "Ada pertempuran antara dua kubu polisi, antara polisi yang pembunuh, bajingan, penghianat dengan polisi yang bermoral, profesional sebagai pelindung rakyat. (Suara, 17/9/2022).
Miris saat pengadilan di negeri ini dikuasai segelintir oknum. Hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas. Dalang pembunuhan Brigadir J dikabarkan memiliki "kartu truf" para perwira tinggi Polri untuk dimainkan sebagai alat tawar menawar.
Di tengah kinerja polisi yang bertele-tele dan tidak transparan pada kasus ini, mencuat kasus bjorka. Akhirnya, indikasi pengkaburan atau pengalihan isu makin kuat ditengah masyarakat.
Tindakan cepat pemerintah menuduh remaja sebagai hacker bjorka berbanding terbalik dengan pengusutan kasus Sambo.
Apalagi Putri Candrawati yang belum juga ditahan padahal status nya tersangka. Seharusnya tak ada negoisasi untuk pelaku pembunuhan berencana sesuai pasal 340.
Apalagi permintaan adu banding Ferdi Sambo, sempat diterima, walau akhirnya banding tersebut di tolak karena ramainya pemberitaan di media sosial. Polisi sepertinya ingin melakukan test and case terhadap kasus ini.
Sebenarnya menjadi hal yang biasa pengalihan isu di negeri ini. Yang sering dikambinghitamkan dulu kasus terorisme. Dan hari ini kelihatannya pemerintah ingin mencoba isu lain.
Jika tidak ingin kasus seperti ini berulang maka haruslah di terapkannya sistem yang menjaga keharmonisan hubungan antara pemerintah dengan rakyat. Rakyat akan mencintai penguasa, begitu pun sebaliknya. Kecintaan yang timbul karena pemerintah senantiasa menetapkan kebijakan bagi kemaslahatan umat. Institusi kepolisian menjadi pihak terdepan dalam melindungi masyarakat. Apalagi kalau bukan sistem Islam. Yang di dalamnya tercipta rasa aman.
Tak akan ditemui sosok digital Bjorka baik sebagai pengalihan isu ataupun hacker betulan. Karena sejatinya rakyat sejahtera dan mempercayai pemerintah, tak lagi kecewa sebab pemerintah dalam Islam melindungi warganya dari serangan darat maupun siber. Dan terbukti selama 13 abad Islam menaungi 2/3 belahan dunia dengan sejahtera dan bahagia. Wallahu a'lam bisshowab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google