Oleh: Rochma Ummu Arifah
Indonesia mencatat rekor baru yaitu masuk ke dalam daftar 100 negara paling miskin di dunia. Laporan ini dibagikan laporan dalam 'East Asia and The Pacific Economic Update October 2022'.
Masuknya Indonesia di jajaran negara miskin di dunia ini didasarkan pada keseimbangan kemampuan berbelanja pada 2017. Perhitungan ini merupakan standar perhitungan baru yang berbeda dengan standar perhitungan yang lama yaitu menggunakan keseimbangan kemampuan berbelanja 2011.
Lebarnya Jurang Ketimpangan Sosial
Batas garis kemiskinan yang ditentukan oleh Bank Dunia berbeda dengan yang menjadi acuan dalam negeri yaitu oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dalam basis perhitungan terbaru, Bank Dunia menaikkan garis kemiskinan ekstrem dari US$1,9 menjadi US$2,15 per kapita per hari. (Cnnindonesia.com/30/09/2020/2).
Sementara itu, BPS mengartikan garis kemiskinan sebagai cerminan nilai rupiah pengeluaran minimum yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama sebulan, baik kebutuhan makanan maupun non-makanan.
Atas standar inilah yang menyebabkan Indonesia masuk ke dalam jajaran negara paling miskin di dunia. Pada faktanya, dengan kenaikan harga BBM yang baru saja diputuskan, sebenarnya masyarakat menghadapi kondisi ekonomi yang semakin sulit. Naiknya harga BBM ini tentu akan diikuti dengan naiknya harga komoditas lainnya. Sungguh hal ini sangat menyusahkan rakyat kecil. Akan semakin sulit bagi mereka untuk bertahan hidup.
Paradoks kehidupan rakyat miskin ini terlihat dari satu fakta mencengangkan lainnya yaitu terjual habisnya keluaran Range Rover terbaru. Mobil dengan spek mewah ini dibandrol dengan harga mulai 5,9 milliar rupiah yang terbatas diproduksi hanya untuk 50 mobil saja. Sebelum peluncurannya, mobil ini sudah dibanjiri pesanan.
Ironi Kehidupan Materialistik
Inilah gambaran kehidupan masyarakat saat ini dengan semakin melebarnya jurang perbedaan antara si miskin dan si kaya. Tak hanya soal Range Rover, publik sering kali diperlihatkan kehidupan mewah para selebritas dengan pakaian mahal dengan segala aksesorisnya, properti dan kendaraan mewa bernilai miliyaran sampai makanan harian yang juga dihargai fantastis.
Di sisi lain, lebih banyak masyarakat yang untuk makan nasi saja masih sangat sulit. Sebagian masyarakat harus berjuang mati-matian untuk bisa makan setiap hari. Mendapat puluhan ribu per hari saja sudah menjadi hal yang patut disyukuri. Bisa makan nasi setiap hari saja sudah menjadi hal mewah bagi mereka.
Inilah paradoks kehidupan di era materialistik di mana materi atau kekayaan menjadi hal yang diutamakan. Semua orang berlomba-lomba memperkaya diri dengan berbagai cara bahkan dengan menghalalkan banyak hal. Sedangkan di sisi lain, tak sedikit manusia lain yang harus bertahan hidup demi sesuap nasi.
Islam Mengatasi Ketimpangan Ekonomi
Sistem ekonomi yang dijalankan Islam dengan berlandas pada aturan Islam dijalankan dengan dua asas yaitu pemasukan dan distribusi. Ada beberapa jumlah pos pemasukan harta untuk negara seperti pengelolaan sumber daya alam milik negara dan milik umum, harta pemasukan zakat, kharaj, jizyah, serta beberapa pos pemasukan lainnya.
Sedangkan distribusi ekonomi dalam Islam memastikan bahwa setiap rakyat benar-benar terpenuhi setiap kebutuhan asasnya. Negara memberikan kemudahan pencarian kerja bagi laki-laki sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab dalam pemberian nafkah. Negara juga menjamin pemenuhan kebutuhan bagi siapa saja yang tidak memiliki wali ataupun tidak memiliki kemampuan untuk bekerja. Tidak ada hitung-hitungan di atas kerja seperti GDP atau yang lain. Negara memastikan setiap rakyat secara langsung di lapangan sudah terpenuhi kebutuhannya, tak hanya dalam hitungan laporan atau data saja.
Islam tak melarang umatnya untuk menjaga kaya atau memiliki harta yang berlimpah. Islam mengatur distribusi kekayaan ini agar tidak hanya berputar di kalangan orang kaya saja. Islam juga menumbuhsuburkan sedekah dari si kaya untuk si miskin. Kekayaan dan harta dunia hanyalah kesenangan semu saja sedangkan ridha Allah-lah yang utama. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Imron ayat 14 yang artinya,
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternakdan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."
Dari sini dapat dipahami bagaimana Islam mengawal distribusi harta di seluruh warga negara. Islam tak menjadikan kesenangan dunia sebagai hal utama yang dikejar dan diimpi-impikan. Kehidupan akhirat tetap menjadi tujuan utama kehidupan ini. Wallahu alam bishowab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google