Oleh: Naila Dhofarina Noor S.Pd
Lebih dari 2.000 warga mengungsi menyusul meletusnya Gunung Semeru di Jawa Timur, hari Minggu (04/12/2022), yang mengeluarkan awan panas dan lava ke kawasan-kawasan di sekitarnya. Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., mengatakan, material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut. “Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” katanya. (itb.ac.id,5/12/2021).
Sebelumnya, pada 21 November 2022 telah terjadi gempa di cianjur dengan jumlah korban meninggal dunia dilaporkan sebanyak 334 orang dan 593 luka berat. Jumlah masyarakat yang mengungsi tercatat sebanyak 41.166 kepala keluarga atau 114.683 jiwa dengan kerugian materil jumlah rumah rusak berat, sedang, dan ringan sebanyak 35.601 unit. (antaranews.com,3/12/2022)
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan morfologi wilayah pusat gempa di kawasan Cianjur pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal, yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede. Wilayah tersebut secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai. Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut juga telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter yang menyusun wilayah ini pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.(cnnindonesia.com/23/11/2022).
Sebagai muslim, selain mempelajari penyebab secara ilmu pengetahuan, sepatutnya mempelajari pula dari segi keimanan. Allah Swt berfirman :
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ
“ Katakanlah (Wahai Muhammad) : “Dia (Allah) Maha Berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan), dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebahagian yang lain“.[al-An’am/6:65].
Diriwayatkan oleh Abu Syaikh al Ashbahani dari Mujahid tentang tafsir ayat ini :
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ
Beliau mengatakan, yaitu halilintar, hujan batu dan angin topan. (أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ ), gempa dan tanah longsor.
Al ‘Allaamah Ibnul Qayyim –rahimahullah- mengatakan,
”Pada sebagian waktu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan izin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Akhirnya, muncullah rasa takut yang mencekam pada hamba-hamba Allah. Ini semua sebagai peringatan agar mereka bersegera bertaubat, berhenti dari berbuat maksiat, tunduk kepada Allah dan menyesal atas dosa-dosa yang selama ini diperbuat. Sebagian salaf mengatakan ketika terjadi goncangan yang dahsyat, ”Sesungguhnya Allah mencela kalian”.
‘Umar bin Khatthab -radhiyallahu ’anhu-, pasca gemba di Madinah langsung menyampaikan khutbah dan wejangan. ‘Umar -radhiyallahu ’anhu- mengatakan, ”Jika terjadi gempa lagi, janganlah kalian tinggal di kota ini”. Demikian yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim -rahimahullah-. Para salaf memiliki perkataan yang banyak mengenai kejadian semacam ini.
Muhasabah yang pertama adalah menilik dari individu kita. Adakah perkataan atau perbuatan yang Allah Swt tidak ridlo? Apakah ada bentuk ketaatan yang belum optimal. Sholat, puasa, zakat, tadabbur alquran, berpakaian syar'i merupakan sebagian contohnya. Apakah justru kemaksiatan yang menghiasi hari-hari kita?. Berbicara kotor, fitnah, qolbun maridl, buka aurat, meninggalkan sholat fardlu, dan kemaksiatan lain? Ighfirlana yaa Robb.
Muhasabah yang kedua adalah muhasabah jamaah. Tidaklah kita diciptakan sebatang kara didunia ini. Disekitar kita banyak hamba Allah lainnya yang Allah perintahkan untuk kita saling mengingatkan dalam kebaikan dan bermualah dengan prinsip Islam. Apakah sudah sesuai sistem ekonomi kita dengan Islam, atau malah berbasis ribawi? Pergaulan kita antara lawan jenis apakah terjaga dengan syariat, atau malah melampaui batas hingga LGBT mengganas? Bagaimana pula sistem pemerintahan dan hukum di negeri kita? Sudahkah adil, benar benar amanah mengurusi masyarakat, lebih-lebih berhukum pada hukum Allah, alquran dan as-sunnah atau malah hukum buatan manusia yang lemah? Adakah nuansa saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, atau malah acuh tak acuh hingga ashobiyah membuat ricuh?
Ya Allah, ighfirlana ya robb.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“ _Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya_.” (QS. Al-A’raaf: 96)
Semoga musibah demi musibah yang terjadi menjadikan kita dan negeri kita lebih mendekatkan diri kepada Allah dan bersegera melakukan apa saja yang membuat Allah Swt ridlo. Meski memang saat ini kita berada di zaman akhir dimana yang berkuasa adalah mulkan jabriyyatan, namun ini justru menjadikan kita semakin giat beramal shaleh senantiasa bermuhasabah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ
" _Tidak akan tiba hari Kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi_.” (HR. Bukhari)
Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦) (البقرة: ١٥٥-١٥٦)
“ _Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali untuk dihisa_” (QS al Baqarah: 155-156). Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google