View Full Version
Rabu, 16 Aug 2023

Paradoks Kemerdekaan di Tengah Arus Sekulerisasi

 

Oleh: Apt, Endang Rahayu

 

Menurut KBBI, merdeka maknanya bebas, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Dalam gelaran kemerdekaan Indonesia, merdeka dimaknai bebas dari jajahan bangsa lain.

Manusia yang merdeka bebas untuk menentukan keinginannya sendiri tanpa tekanan atau ancaman dari pihak lain. Tapi, merdeka bisa bermakna subjektif. Berbeda-beda pandangan setiap orang, tergantung akar berpikir yang mendasarinya.

Maka, sekularisme bisa juga dinilai sebagai kemerdekaan. Pasca revolusi industri tahun 1759-1850, orang Eropa yang diwakili Inggris  beramai-ramai memerdekakan dirinya diwakili dengan kemerdekaan Inggris tahun 1778.

Kemerdekaan ini diilhami oleh sebuah kesadaran untuk membangun institusi politik yang dipersatukan oleh tujuan duniawi yang kemudian disebut sekularisme. Dititik inilah dominasi dan tekanan gereja yang sudah ada selama berabad-abad sirna, lalu digantikan dengan pehamanan sekularisme hingga saat ini.

Namun, Kemerdekaan ini justru mengantarkan mereka pada perbudakan lainnya. Mereka tak lagi diperbudak gereja, tapi diperbudak oleh hawa nafsu mereka sendiri. Maka feminisme muncul sebagai balas dendam terhadap kekangan agama pada wanita, para korporat muncul setelah dominasi gereja terhadap harta, dan para penguasa yang bebas melagalisasi hukum setelah semua aturan selalu berkaitan dengan agama.

Sayangnya, sekularisme saat ini masih dianggap sebagai kemerdekaan. Karena adanya 4 prinsip dasar kebebasan yang dijamin oleh negara, kita menganggap merdeka setelah ke empat kebebasan itu kita dapatkan.

Adanya Kebebasan beragama membuat kita nyaman karena masih bisa beragama, padahal sejatinya kita sedang dibebaskan untuk tidak beragama, sebab beragama atau tidak, tidak ada masalah. Sama saja. Toh tidak boleh bawa agama dalam kehidupan.

Terjaminnya kebebasan berkepemilikan membuat kita nyaman bisa mendapatkan apapun yang kita mau, padahal sejatinya kebebasan untuk bisa mengambil hak orang lain selama kita mampu (punya uang).

Adanya kebebasan berpendapat membuat kita yakin, kita bisa memprotes dan menyatakan apa yang ada dipikiran kita yang itu berlawanan dengan narasi yang ada dimasyarakat, padahal sejatinya kebebasan untuk dengan rela dihina dan dicemooh orang lain.

Adanya kebebasan berperilaku memberi kita jaminan bisa menjadi diri kita sndiri tanpa takut dihakimi orang lain, padahal sejatinya kebebasan untuk wajib menerima orang lain yang melakukan penyimpangan norma-norma agama dan masyarakat yang ada. Kita tidak benar-benar merdeka, kecuali mereka yang menuhankan manusia dan hawa nafsunya.

Herannya ada saja orang yang berpikir terbalik. Saat ramai manusia berhijrah mencari Allah karena ingin berhenti diperbudak hawa nafsu, sebagian mereka berdalih "jangan mabok agama", seakan-akan mereka tak butuh Allah. Maka, kemerdekaan hakiki hanyalah saat kita berhenti diperbudak hawa nafsu. Lalu beralih dari menyembah diri, akal dan manusia lainnya menjadi semata menyembah Allah.

Kita bisa berfokus untuk membangun diri menjadi hamba bertakwa, terhindar dari bayang-bayang penilaian orang lain. Kita juga bisa berfokus pada menyelesaikan masalah yang ada dari sudut pandang Islam yang diturunkan oleh Allah. Menyerah dan ridho seutuhnya atas fakta bahwa Allah lah yang menciptakan manusia dan paling berhak menerapkan aturan pada manusia, bukan yang lainnya.

Dengan begitu...

Seorang wanita merdeka dari pandangan eksploitatif terhadap tubuhnya dalam gelaran beauty pigeon. Seorang pekerja merdeka dari anggapan budak korporat. Seorang pendakwah merdeka dari persekusi segelintir orang. Seorang dokter merdeka dari memikirkan pelayanan yang tidak dinanungj platform tertentu.

Seorang guru merdeka dari tanggung jawab sertifikasi dan beralih fokus pada pengabdian mengajar. Seorang anak merdeka mengeksplorasi tanpa takut  predator seksual. Seorang hakim merdeka menjatuhkan hukuman tanpa tekanan dari terdakwa yang punya kuasa. Sekeluarga merdeka dari rasa marah yang memuncak karena hukuman bagi pembunuh keluarganya sesuai tuntutan.

Seperti itulah kemerdekaan yang diinginkan manusia. Merdeka dalam makna sesungguhnya, yang akan sempurna ketika kedaulatan kembali ke tanganNya, ke tangan Allah sang Empunya kehidupan. Bukan malah berteriak kemerdekaan, namun hakikat kehidupannya masih dalam bayang-bayang belenggu hawa nafsu. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version