View Full Version
Senin, 08 Jan 2024

Mahasiswa Usir Pengungsi Rohingya, Lunturkah Kemanusiaannya?

 

Oleh: Natasya

Kejadian mahasiswa yang membawa paksa pengungsi Rohingya dari gedung BMA ke Kantor Kemenkumham Aceh dengan truk menuai banyak sekali reaksi dari masyarakat lokal sekaligus internasional. Situasinya sangat kacau hingga tanggapan pro dan kontra terus bermunculan. Mereka berlomba-lomba mengkritisi tindakan yang sudah dilakukan oleh mahasiswa Aceh tersebut terhadap pengungsi Rohingya.

Banyak yang menganggap bahwa tindakan mahasiswa tersebut sangat mewakili rakyat Indonesia dan Aceh, bahkan menjuluki mereka sebagai pahlawan. Namun banyak juga yang tidak setuju, khususnya orang yang ada di luar Indonesia. Mereka bahkan mengecam tindakan tersebut sebagai aksi yang sama sekali tidak berperikemanusiaan.

Indonesia yang terkenal sebagai negara penyokong nomor satu Palestina atas nama agama dan kemanusiaan kini dikritik oleh seorang jurnalis Palestina. Dan luar biasanya, jurnalis tersebut langsung mendapatkan banyak sekali pesan-pesan kebencian karena pembelaannya terhadap pengungsi Rohingya. Sebutan pengkhianat, tidak tahu apa-apa, mendapatkan bayaran untuk mendukung Rohingya, dan masih banyak lagi yang lebih tidak pantas ditujukan padanya. Akun-akun yang menyuarakan kebenaran tentang pengungsi Rohingya pun dikecam dengan kecaman yang sama oleh penolak pengungsi Rohingya.

Padahal sebagai seorang mahasiswa yang memiliki pendidikan, ada hal lain yang lebih baik yang bisa dilakukan. Seperti mengedukasi mereka, membantu mereka, regulasi dengan pemerintah, dan lain-lain. Karena memang tugas orang yang berilmu itu begitu. Jika hanya bikin rusuh dan mengandalkan otot alih-alih otak seperti ini, yang tidak berpendidikan juga bisa. Sebuah keanehan lain ketika mahasiswa ternyata bisa terprovokasi oleh berita-berita hoax.

Rohingya harus dipulangkan

Netizen Indonesia, di mana pun unggahannya, selalu berkomentar tentang permintaan mereka yang ingin agar pengungsi Rohingya segera dipulangkan ke negara mereka. Tentu saja ini bukan hanya harapan dari netizen Indonesia saja, melainkan para pengungsi itu juga menginginkan hal yang sama, pulang ke tanah air mereka. Sayangnya, sekarang keadaannya belum memungkinkan.

Pada tanggal 28 Desember, pasukan militer dilaporkan telah menembakkan peluncur ke rumah-rumah Rohingya di kotapraja Buthidaung, Myanmar. Rohingya masih belum aman di Arakan bahkan di rumah mereka. Militer dan Militan Rakhine (AA) masih menargetkan Rohingya setiap hari.

Dari pengusiran dan hujatan orang-orang Indonesia, kita bisa melihat betapa Indonesia memiliki banyak sekali energi untuk itu. Andai saja mereka mau menyalurkan semua energi itu untuk mendesak pemerintahan Myanmar agar menyelesaikan masalah ini, mungkin akan ada sedikit jalan keluar yang lebih baik.

Mengusir pengungsi itu bukan solusi karena Indonesia masih punya Perpres no. 125 tahun 2016 yang berisi regulasi saat menerima pengungsi. Karena tidak merafitikasi konvensi pengungsi 1951 dan protokol 1967, seluruh penanganan dan pendanaan pengungsi di Indonesia tidak diambil dari APBN melainkan disediakan oleh UNHCR.

Walau ada yang mengatakan bahwa warga Aceh sudah muak menampung mereka, percayalah bahwa pengungsi Rohingya juga sama muaknya dengan keadaan mereka. Mereka tak hanya dibantai di negara sendiri, tapi ditindas juga di negara orang. Tidak hanya jadi korban genosida, tapi juga jadi korban hoax dan fitnah.

Jadi, jangan marah pada mereka. Bukan keinginan mereka hidup dalam keadaan seperti itu. Jangan pula iri pada mereka hanya karena mereka pengangguran dan mendapatkan jatah hidup yang hanya cukup untuk makan dan kebutuhan primer. Karena mereka terlunta-lunta dari negara ke negara itu tujuannya selalu sama, mencari kehidupan yang normal dan lebih baik.

Kehidupan yang sedang kita jalani saat ini, seperti sekolah, bekerja, itu adalah kehidupan yang mereka dambakan. Mereka tidak bisa bekerja dan mengakses pendidikan di negara mana pun karena status mereka sebagai pengungsi. Adalah hal yang bodoh jika ada yang ingin menjadi seperti mereka hanya karena uang bantuan dan makanan gratis.

Karena kebencian terhadap pengungsi Rohingya ini asalnya dari hoax yang merajalela, maka kita harus terus menunjukkan kebenarannya dengan cara yang sama dengan ketika kita melawan propaganda Palestina. Kita bagikan kebenarannya, ungkap fakta, data, dan sejarahnya. Tak lupa juga mendesak para influencer dan akun-akun yang sudah menyebarkan hoax itu untuk segera mengklarifikasikan kebenarannya. Karena merekalah yang paling bertanggung jawab atas semua kekacauan dan permusuhan antara pengungsi dan warga lokal. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version