View Full Version
Senin, 07 Jan 2013

Penyimpangan Dalam Mengamalkan Surat Al-Fatihah

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Tidak diragukan lsgi bahwa surat Al-Fatihah memiliki keistimewaan dibandingkan dengan surat-surat selainnya. Di antaranya, hanya surat al-Fatihah saja yang menjadi salah satu rukun shalat. Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca surat Al-Fatihah.

Surat Al-Fatihah adalah surat ruqyah, jika ia dibaca atas orang sakit -dengan izin Allah- ia akan sembuh. Ini karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada sebagian sahabatnya yang membacakannya atas orang yang disengat lalu ia sembuh, "Tidakkah engkau tahu bahwa ia adalah ruqyah. ."

Namun disayangkan, sebagian orang salah dalam mengamalkan surat Al-Fatihah. Mereka menciptakan praktek-praktek baru dalam beberapa moment sebagai pengagungan surat ini. Padahal mengamalkan surat ini adalah bagian dari ibadah yang pondasinya adalah Tauqif  Wal Ittiba'. Yakni tidak boleh menetapkan kecuali berdasarkan dalil dan contoh dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Sesungguhnya kita diperintahkan untuk mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menjauhi perkara-perkara baru atas nama agama. Karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

"Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan darinya, maka dia tertolak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

"Hendaklah kamu menjauhi perkara yang diada-adakan. Karena sesungguhnya seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa' rasyidin yang datang sesudahku. Gigitlah ia dengan gerahammu. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang muhdats (perkara baru dalam urusan dien), karena seburuk-buruk urusan dalam dien adalah yang muhdats. Dan setiap perkara baru dalam dien adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan." (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan al-Haakim) dan hadits-hadits yang semakna dengan ini sangat banyak.

Beberapa Penyimpangan

Di antara kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam berta'amul dan mengagungkan surat Al-Fatihah:

- Membacakan surat Al-Fatihah atas mayit (ruh fulan). Perkara ini tidak pernah diperintahkan dan dicontohkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Padahal kita diperintahkan untuk ittiba' (ikut) dan tidak diperintahkan untuk ibtida' (menciptakan perkara ibadah baru). Sementara keterangan yang berasal dari beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam urusan ini adalah mendoakan dan memohonkan ampun untuk mayit.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda sesudah menguburkan mayat,

اِسْتَغْفِرُوا لِأَخِيْكُمْ, وَاسْأَلُوا لَهُ التَّثْبِيْتَ؛ فَإِنَّهُ الآن يُسْأَلُ

"Mintakan ampun untuk saudaramu dan mohonkan keteguhan untuknya, karena sekarang ia ditanya." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Hakim)

Begitu juga saat datang berita wafatnya raja Najasyi, maka beliau perintahkan para sahabatnya untuk memintakan ampun baginya dan tidak memerintahkan untuk membacakan al-Fatihah, "Mintakan ampun untuk saudara kalian." (HR. al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)

- Saat melamar maka dibacakan surat Al-Fatihah yang diyakini sebagai separoh akad, ini tidak benar. Tidak ada satu riwayatpun dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam  menjelaskannya. Sesungguhnya lamaran hanya merupakan perjanjian atau kesepakatan untuk melangsungkan akad nikah. Karenanya, seorang wanita masih sebagai orang lain sehingga dilangsungkannya akad nikah sehingga ia menjadi istrinya sah.

- Sebagian orang menutup shalat dan doa-doa mereka dengan meneriakkan "Al-Fatihah". Ini tidak pernah ada contohnya dari Nabi dan para sahabatnya. Jika ini baik dan termasuk ibadah yang disyariatkan pastinya Nabi dan para sahabatnya telah mengerjakannya. Karena tidak ada kebaikan kecuali beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah tunjukkan, maka jika ini adalah perkara yang benar-benar baik menurut syariat pasti beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah tunjukkan dengan qaul dan perbuatan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Sebagian orang pada hari ini telah membuat beberapa perkara baru dalam (pengamalan) surat ini, mereka menutup doa dengan surat Al-Fatihah. Menjadikannya sebagai pembuka dalam khutbah dan membacanya dalam beberapa event. Ini adalah kesalahan. Misalnya, engkau temukan apabila seseorang berdoa lalu ia seru orang-orang disekitarnya, "Al-Fatihah". Yakni, bacalah Al-Fatihah. Sebagian orang memulai khutbahnya dengan membaca surat Al-Fatihah atau dalam semua acaranya. Ini adalah kesalahan. Karena ibadah dibangun di atas at-tauqif dan ittiba'." (Lihat: Tafsir al-'Allaamah Muhammad Al-'Utsaimin, dalam pembukaan surat al-Fatihah). Wallahub Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version