View Full Version
Senin, 21 Feb 2022

5 Tingkatan Orang Shalat; Anda di Level Mana?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Shalat adalah barometer utama keshalihan seorang muslim. Baik dan buruknya shalat akan mempengaruhi keshalihan amalnya. Khususnya nanti di akhirat saat dihisab.

Sedangkan di dunia, orang yang menjaga shalatnya dengan baik, maka terhadap perintah-perintah ibadah lainnya akan terjaga dengan baik. Sebaliknya, jika ia teledor terhadap shalatnya, maka terhadap perintah-perintah lainnya akan lebih teledor.

Memperhatikan shalat secara lahir dan batin menjadi kewajiban besar seorang muslim. Karena keberuntungan dirinya, setelah iman, ditentukan oleh shalatnya. Karenanya, di dalam surat Al-Mukminun, ciri utama orang beriman yang beruntung adalah mereka yang khusyu’ dalam shalatnya. Kemudian di akhiri sifat mereka dengan “dan orang-orang yang senantiasa menjaga shalat-shalat mereka,” QS. Al-Mukminun: 9.

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُون

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.” (QS. Al-Mukminun: 1-2)

Dilihat dari kualitas shalat, Ibnul Qayyim dalam Al-Wabil al-Shayyib, hal. 21, menyebutkan bahwa manusia terbagi dalam 5 tingkatan.

Pertama, tingkatan orang yang menzalimi diri sendiri dan teledor dalam shalatnya. Ini adalah orang yang tidak menyempurnakan wudhu’nya, waktu pelaksanaannya, aturannya, dan rukun-rukunnya. Orang semacam ini akan mendapat siksa atas shalat yang dikerjakannya itu.

Kedua, orang yang menjaga waktu-waktu, aturan-aturan, dan rukun-rukun shalat; serta kesempurnaan wuhdu’nya secara lahir. Tetapi ia teledor untuk dalam usaha memerangi bisikan godaan setan. Orang itu selalu terbawa kepada pikiran dan bisikan godaan setan. Keadaannya muhaasab (dihisab) atas keteledorannya itu.

Ketiga, orang yang menjaga batas-batas dan rukun-rukun shalat. Ia berhasil melawan bisikan godaan setan dan kesibukan pikiran-pikirannya. Ia selalu berjuang melawan musuhnya agar tidak mencuri shalatnya. Ia selalu waspada dalam shalat dan jihadnya. Inilah orang yang mukaffar ‘anhu (diampuni dosanya).

Keempat, orang yang apabila berdiri melaksanakan shalat maka ia menyempurnakan hak-haknya, rukun-rukunnya, dan tatacaranya. Hatinya hadir menjaga aturan-aturan dan hak-hak shalat agar ia tidak ada sedikitpun yang terlewat darinya. Seluruh kepentingannya terfokus kepada shalatnya agar ia tegakkan dengan sempurna. Hatinya benar-benar tenggelam dalam shalat dan seluruh ibadahya kepada Tuhannya. Mereka inilah yang akan mendapat pahala besar atas shalat dan ibadahnya.

Kelima, orang yang telah menjalankan shalat dengan sebaik-baiknya seperti tingkatan keempat. Istimewanya, ia menaruh dan memposisikan hatinya di hadapan Allah Subahanahu wa Ta'ala. Dengan hatinya, seolah-olah ia bisa melihat dan menyaksikan Allah di hadapannya, dekat dengannya, dan hatinya dipenuhi cinta dan pengagungan kepada-Nya. Seluruh godaan dan lintasan pikiran menghilang. Semua tabir yang menghalangi dirinya dari Rabbnya benar-benar terbuka. Perbedaan orang shalat semacam ini dengan yang lainnya seperti selisih jarak langit dan bumi. Orang ini benar-benar sibuk berinteraksi dengan Tuhannya dan merasakan kebahagiaan dalam shalatnya. Inilah para muqarrabiin (memiliki kedudukan tinggi dan dekat dengan Allah Subahanahu wa Ta'ala).

Inilah lima tingkatan kualitas shalat kaum muslimin. Masing-masing memiliki jatah bagian balasan untuk shalatnya. Darinya kita bisa mengaca, seberapa shalih diri kita? Maka kita berada di tingkatan mana, di situlah nilai keshalihan kita. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version