View Full Version
Selasa, 21 Jan 2014

Gajah Mada Berwawasan Nusantara adalah Mitos Sesat

SURAKARTA (voa Islam) – Berbeda dari biasa, Ustadz Dr. Adian Husaini sebagai Pembicara II pada Seminar Akbar di UNS Solo ahad kemarin (19/01/2014) menyampaikan ulasan yang sangat sederhana dan tidak ‘njelimet’ sebagaimana kebanyakan tokoh intelektual. Hanya saja, jelas nampak terselip keprihatinan beliau terhadap banyak akademisi muslim yang tidak mengenal sejarah kebesaran Islam di negri ini. Bahkan mereka tidak punya pengetahuan tentang seorang Mujahid besar semisal Adipati Yunus, sebaliknya justru termakan mitos sesat bahwa Gajahmada dari Majapahit-lah yang berjuang mempersatukan Nusantara.

Tercatat bahwa pada tahun 1521, Adipati Yunus memimpin ekspedisi militer dengan 375 kapal perang. Ekspedisi Jihad Maritim ini berangkat ke Malaka setelah dicoba ekspedisi pertama yang kecil pada tahun 1513, satu tahun setelah jatuhnya Samudra Pasai ke tangan Kuffar Portugis. Pembuatan 375 kapal perang dilakukan di Gowa, Sulawesi, bukankan ini menunjukkan wujudnya wawasan nusantara Mujahid Besar, Adipati Yunus yang menjadi Raja ke-2 dari Kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak ?

... Amat berbeda dengan penguasa-penguasa muslim sekarang yang justru menengadahkan tangan kepada para Imperialis Kuffar di Barat dan Timur. Bahkan terus menjalin kerjasama dengan mereka demi melanggengkan kekuasaan yang diperolehnya ...

Beliau meninggalkan tahtanya dengan menyongsong kesyahidan di medan jihad membela Islam dan ummatnya dengan melawan imperialisme kuffar (Portugis) nun jauh di tanah seberang (Malaka), karena itulah beliau kemudian dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor.

Amat berbeda dengan penguasa-penguasa muslim sekarang yang justru menengadahkan tangan kepada para Imperialis Kuffar di Barat dan Timur. Bahkan terus menjalin kerjasama dengan mereka demi melanggengkan kekuasaan yang diperolehnya. Walau kerjasama itu mengorbankan dan menindas ummat serta menistai agamanya sendiri.

Bahkan dalam sebuah musyawarah kerja Gerakan Muslimah tingkat nasional, Ust. Adian Husaini menyayangkan jawaban kebanyakan pengurusnya ketika beliau melempar pertanyaan tentang benarkah Kerajaan Majapahit yang Hindu menyatukan nusantara ? Para pengurus gerakan muslimah itu malah membenarkan mitos sejarah yang sesat tersebut.

Padahal faktanya jelas menurut beliau bahwa Hindu dan Budha sudah habis peradabannya di negri ini. Semua jejak kebesarannya tertimbun tanah dengan sendirinya tanpa ada peristiwa genocida terhadap ummat Hindu dan Budha. Artinya, bangsa ini menerima Islam dengan damai.

Sebagai pakar pemikiran INSIST dan Ketua Program Pasca Sarjana Pendidikan Islam di Uiversitas Ibnu Khaldun Bogor, beliau mengkritisi kurikulum sejarah di lembaga-lembaga pendidikan Islam termasuk pesantren. Apakah betul, lembaga-lembaga pendidikan tersebut sudah meluruskan sejarah dengan benar atau malah mengikut begitu saja kurikulum pendidikan yang keliru.

Dalam waktu 40 menit lebih yang disediakan moderator, pada intinya beliau menjabarkan ‘strategi’ dasar untuk mengembalikan kejayaan Islam dengan mengulas Al Qur-anul Karim surat Al Maa-idah ayat ke-54. Ulasan beliau juga sangat sederhana dan aplikabel. Bahkan banyak dibumbui cerita praktis yang cukup memancing tawa peserta. Namun jika dikaitkan suasana riil di medan-medan dakwah bahkan Jihad kontemporer, penerapan dasar-dasar ‘strategi’ ini nyatanya sangat dibutuhkan.

Materi yang diulas Dr. Adian Husaini itu dikalangan aktivis Harokah dikenal dengan nama Akhlaq Dasar Jundulloh atau di era tahun 80-an disematkan dengan istilah Generasi 554. Akhirnya disempurnakan oleh Ustadz Dr. Mu’unidinillahi Basri, MA pada konklusi akhir Seminar, dengan menambahkan ayat ke-55 surat Al Maa-idah yakni kewajiban berwala’ hanya kepada Alloh, RasulNya dan orang-orang beriman saja. (Abu Fatih/voa Islam)


latestnews

View Full Version