View Full Version
Jum'at, 05 Sep 2014

Jokowi Sudah Mentok Tanpa Dukungan Politik Koalisi MERAH PUTIH

JAKARTA (voa-islam.com) - Usaha-usaha Jokowi menggerogoti koalisi MERAH PUTIH, mentok, dan PAN tidak doyan rayuan 'gombal' Jokowi. PAN tidak akan menyeberang kepada kubu PDIP mendukung Jokowi. Karena, hanya pepesan kosong belaka omongan Jokowi itu.

Seperti penegasan Ketua Fraksi PAN DPR Tjatur Sapto Edy bahwa Hatta Rajasa bertemu Jokowi atas undangan dan tidak ada deal politik apapun, mengindikasikan kuatnya soliditas Koalisi Merah Putih. Hatta tidak mau memenuhi permintaan Jokowi agar bergabung ke Koalisi Jokowi-JK. Apa yang akan terjadi?

Sangat mungkin Jokowi-JK akan membujuk PPP untuk bergabung ke Koalisi Merah Putih sebagai langkah terakhir setelah Demokrat menegaskan tak bersedia masuk ke dalam koalisi pimpinan Wong Solo itu. “PAN tetap di luar pemerintah, konsisten, istiqomah, dan itu paling disukai Tuhan dan manusia, menghargai kebersamaan dan kepercayaan, kredibel, dan itu yang paling mahal," ujar Tjatur Sapto Edy.

Jika PPP ternyata juga kukuh dalam Koalisi Merah Putih, maka ditilik dari segi kekuatan politik di parlemen, koalisi Jokowi memang lemah. Sehingga langkahnya menaikkan harga BBM dan memangkas subsidi lainnya, boleh jadi bakal diganjal Koalisi Merah Putih sampai ke jalan paling terjal.

Di sini, legitimasi Jokowi terancam terjungkal, jika tak memiliki kabinet dan tim ekonomi yang kredibel, mumpuni dan handal. Koalisi Merah Putih didukung oleh lima parpol yang lolos ke DPR, yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Keadilan Sejahtera.

Jika dijumlah, koalisi tersebut memperoleh dukungan 292 kursi DPR. Meski Partai Demokrat berdiri secara otonom, namun tetap dalam kerangka Koalisi Merah Putih yang bertekad menyapu Koalisi Jokowi.

Kekuatan kubu ini mencapai sekitar 60 persen dan memungkinkan terjadinya imobilisme pemerintahan Jokowi-JK. Dalam arti, kabinet Jokowi-JK bisa mengalami situasi dimana koalisi ramping ini bagai bebek lumpuh yang mudah jatuh. Inilah dampak mengerikan dari kombinasi maut antara sistem presidensial dan multi partai di era reformasi yang sangat liberal dan banal.

Pasangan Jokowi-JK didukung oleh empat parpol, yakni PDI Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa), dan Partai Hanura. Jika dijumlah, koalisi tersebut didukung 207 kursi DPR atau kurang dari 40 persen kursi DPR.

Maka bisa diramalkan bahwa ke depan, program-program Jokowi bakal bisa dikoreksi dan dihadang oleh Koalisi Merah Putih, terutama soal kenaikan harga BBM, tarif listrik dan pelbagai pemotongan subsidi lainnya.

Kita khawatir, tanpa kerja keras dan kreatifitas ekonomi-politik yang kuat, kabinet Jokowi-JK bakal limbung dan rapuh dihantam kekuatan Koalisi Merah Putih yang solid. Semoga hal ini tidak terjadi, dan itu berarti kerja ekstra keras dan cerdas harus menjadi agenda Jokowi. 

Paling-paling Jokowi hanya akan main drama di pemerintahan bersama dengan Mega, dan JK yang didukung oleh PDIP, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI. Jadi sudah mentok disitu. Tidak akan ada perubahan apa-apa lagi tentang koalisi. Seperti yang diinginkan Jokowi. Kalau ingin bergabung dengan Jokowi harus dengan minum 'air putih' belaka. [jj/dbs/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version