View Full Version
Ahad, 22 Sep 2019

Dr Tiar Anwar Bahtiar: Dasar Pemikiran Orang Komunis dan Liberalis Itu Sama

DEPOK (voa-islam.com)--Di antara ideologi dasar komunisme adalah materialisme historis: sejarah ditentukan oleh manusia sendiri, Tuhan tidak ikut andil dalam sejarah, tidak percaya tahayul, dan mitos.

Sejak dulu, Komunis terus melakukan propaganda ideologinya ke berbagai negara dengan beberapa pola, mulai dari pembinaan secara intens kepada masyarakat hingga melakukan pemberontakan atau kudeta. Termasuk di Indonesia, setidaknya ada tiga pemberontakan yang pernah dilakukan, yaitu tahun 1928, 1948 dan 1965.

Menurut doktor sejarah Universitas Padjajaran (Unpad) Dr Tiar Anwar Bahtiar, dalam konteks Indonesia pada tahun 1917, agenda PKI adalah ingin menggabungkan Indonesia ke dalam Komintern (Komunis Internasional). Usaha ini merupakan pengalihan kekuasaan, dimana Indonesia berada di bawah Belanda, kini ingin di bawah Komunis. 

"Saat ini, Komunis ingin memutar sejarah seolah-olah mereka lepas dari upaya kolonialisme Belanda," katanya pada sebuah seminar yang diselenggarakan pesantren At-Taqwa, Depok, Jawa Barat, Ahad (22/9/2019). 

Lebih lanjut, menurutnya, ideologi komunisme adalah ideologi transnasiolisme. Komunisme bukan hanya ideologi tapi juga gerakannya disokong oleh dunia internasional. 

"Sebelum pemberontakan tahun 1965, ada tokoh Komunis bernama Njoto yang sangat mewah kehidupannya sampai di kritik oleh teman-temannya karena membawa ideologi borjuisme," katanya.

Di antara ideologi dasar komunisme adalah materialisme historis: sejarah ditentukan oleh manusia sendiri, Tuhan tidak ikut andil dalam sejarah, tidak percaya tahayul, dan mitos. Menurutnya, posisi sekularisme telah menggeser posisi Tuhan menjadi posisi yang tidak netral. 

Kritik atas konsep theosentrisme, dimana wujudnya segala kehidupan manusia harus ditentukan oleh Gereja, sehingga Gereja sangat dominan membuat penganut komunisme gerah. Ini dikritik oleh masyarakat Eropa dengan teori antroposeisme bahwa sejarah dan pemikiran manusia tidak ditentukan oleh Gereja, tetapi oleh manusia sendiri. 

"Mereka ingin pemikiran yang mengedepankan manusia sebagai sentrum atau sentralisme. Jadi Gereja tidak lagi mengatur ilmu pengetahuan (sains), sehingga lahirlah ilmu pengetahuan nirtuhan," katanya. 

Dr Tiar menyebutkan, pemikir-pemikir abad 17 benar-benar menyingkirkan Tuhan dalam kehidupannya. Namun, implementasi tersebut berbeda-beda dalam gagasan politik demokrasi dan ekonomi yang melahirkan kapitalisme. 

"Dasar pemikiran orang Komunis dengan liberal itu sama, sehingga muncul pemikir pada abad 19, yaitu Karl Max," ujarnya.

Kata Dr Tiar, Karl Max melihat gap yang sangat jauh antara kelompok miskin yang disebut proletar dan kelompok kaya yang disebut borjuisme. Berangkat dari keresahan ini, ia menuangkan gagasannya ke dalam buku des capitalism. 

"Di antara analisis yang dilakukan oleh Karl Max adalah agama merupakan penyebab tumbuh suburnya kapitalisme. Nah, salah satu yang menjadi keyakinan mereka bahwa Tuhan tidak ikut andil dalam sejarah," katanya. 

Gagasan tentang Tuhan, dianggap gagasan yang diciptakan oleh manusia sendiri. Sehingga, Karl Max mempunyai kesimpulan bahwa Tuhan adalah gagasan yang paling menjijikan, ciptaan manusia dan menjadikan manusia miskin. 

Dr Tiar mengatakan keberadaan komunisme ini semakin khas dimana menolak keberadaan agama seluruhnya. Agama menurut pandangan komunisme adalah candu masyarakat, maka menghujat agama adalah syarat utama dari semua hujatan. 

"Nah, kenapa tahun 1948 para kiai menjadi target pembantaian komunisme? Karena kiai disebut sebagai borjuisme dan selalu mempertahankan kemiskinan dengan kata sabar," katanya.* [Ril/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version