View Full Version
Senin, 28 Sep 2020

Waspadai 'Jualan Revolusi Islam' ala Syiah

BANDUNG (voa-islam.com) – Pengajar di Muhammadiyah Islamic College Singapura, Ahmad Rofiqi, memberikan pesan agar umat Islam berhati-hati terhadap upaya jualan propaganda “Revolusi Islam” ala kelompok Syiah. Pesan itu disampaikannya dalam pertemuan daring Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung pada Kamis (24/09/2020).

“Memang mereka tidak pernah menyebutnya sebagai "Revolusi Syiah”, malah mereka klaim sebagai revolusi untuk menyatukan umat Islam, tapi cara-cara mereka itu berupaya menarik simpati orang sehingga condong pada paham Syiah,” terangnya.

Menurut Rofiqi, kewaspadaan itu penting dibangun di kalangan umat Islam agar tidak mudah terbawa simpati pada ajaran Syiah, mengingat paham Syiah itu bermacam-macam tingkatnya. Tingkatan yang paling bawah disebutnya sebagai tasyayuʿ atau ‘menyerupai Syiah’.

“Orang yang tasyayuʿ itu mencintai dan mengagungkan Ali bin Abi Thalib melebihi para sahabat yang lain, termasuk Utsman bin Affan,” jelasnya.

“Jika sikapnya itu sampai melebihkan Ali atas Abu Bakar dan Umar, orang itu sudah termasuk dalam kategori Syiah,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Rofiqi merinci versi yang lebih ekstrem dari Syiah, disebut Rafidah, Ghulat, dan Ghulatul Ghulat.

“Orang tergolong Rafidah ‘menolak’ jika ia sampai menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman serta mengingkari sejumlah sahabat,” terangnya.

“Lebih jauh lagi, kalau sampai secara terbuka mengeluarkan hinaan, celaan, cacian, atau semacamnya pada Abu Bakar, Umar, Utsman, dan sejumlah sahabat lain, sudah tergolong Ghulat,” lanjutnya.

Sementara tingkatan Ghulatul Ghulat tercapai jika orang itu sudah menganut akidah rajʿah, ”Yaitu, mereka berkeyakinan bahwa para pengikut Abu Bakar, Umar, dan Utsman akan dibangkitkan untuk diazab,” sambungnya.

Peringatan tersebut disampaikan oleh peneliti Institute for The Study of Islamuc Thought and Civilizations (INSISTS) itu berkaca pada meluasnya pengaruh Syiah di sejumlah bagian dunia Islam, serta muslihat golongan itu memanfaatkan berbagai upaya perdamaian dan pendekatan untuk melegitimasi tindakan penguasaan, termasuk yang dipelopori oleh para ulama Suni seperti Risalah Amman 2005.

“Setidaknya empat poros besar dunia Islam telah jatuh ke tangan Syiah, yaitu Baghdad dengan kekuasaan Ali As-Sistani, Beirut yang dikuasai Hezbollah di bawah Sayyid Hasan Nasrullah, Damaskus dalam pemerintahan Rezim Syiah Alawiyah Bashar Asad, dan Sanaa di Yaman yang jatuh ke tangan Houthi yang telah berubah menjadi Syiah Rafidah,” tuturnya.

“Para ulama Suni yang turut memelopori Risalah Amman, termasuk Dr. Yusuf al-Qarḍawi, juga sudah mengundurkan diri dari gerakan pendekatan itu,” pungkasnya.

Menurut Zidna Qaulan Tsaqila, salah seorang peserta kuliah, pengaruh Syiah yang cukup luas itu, bahkan di luar wilayah dan etnis Persia, termasuk di kalangan intelektual tertentu di Indonesia, diakibatkan oleh kekurangan ilmu yang hakiki dalam tubuh umat Islam.

“Bagaimana mungkin suatu paham atau ideologi yang menolak bahkan mengutuk sejumlah sahabat Nabi Muhammad SAW – yang notabene turut berjuang berdakwah menyertai beliau – dan memosisikan sejumlah ahli bait sampai melebihi derajat kenabian hingga ketuhanan, bisa diterima oleh akal sehat, bahkan oleh seorang doktor pula?” ungkap Zidna.

“Saya rasa, jika memang mereka benar berilmu, mereka tidak akan termakan ideologi-ideologi semacam itu,” tambahnya. [syahid/firdaus/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version