View Full Version
Rabu, 03 Mar 2021

Menyelisik Ilmu Jurnalistik yang Jarang Terusik

BANDUNG (voa-islam.com) - Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung angkatan ke-7 menggelar kuliah pekan keempat pada Jum’at malam(26/2/2021).

Narasumber yang dihadirkan pada pertemuan kali ini adalah Erwyn Kurniawan, S.IP selaku pemimpin redaksi KBS.

Sebelum memulai lebih jauh mengenai ilmu jurnalistik, Erwyn mengutip perkataan Imam Al-Ghazali sebagai langkah awal memahami pentingnya ilmu ini. 

“Jika kamu bukan anak raja, jika kamu bukan anak ulama besar, maka jadilah kamu seorang penulis,” ucap pria yang berprofesi sebagai tenaga ahli DPR itu.

Erwyn menjelaskan bagaimana penulis mempunyai pengaruh yang luas dibandingkan dengan raja dan ulama.  

“Jika raja memiliki pengaruh dalam kekuasaanya, jika ulama memiliki pengaruh dalam keilmuwannya. Maka jika ingin memiliki pengaruh yang luas jadilah seorang penulis, karena penulis mengeluarkan idenya akan berpengaruh kepada pemahaman masyarakat luas. Jika pengaruhnya baik, maka masyarakat akan baik. Sebaliknya jika pengaruhnya buruk maka masyarakat akan menjadi buruk pula,” paparnya.  

Lebih lanjut penulis buku Dalam Lingkaran Kebisuan itu menjelaskan bahwa penulis yang memberikan informasi dapat menghegemoni dan berdampak pada saat ini. 

“Bagaimana hari ini pikiran kita dikepung dari berbagai penjuru mata angin. Facebook, Twitter Youtube, dan segala macam. Handphone kita sudah masuk kedalam kantung-kantung celana kita. Orang kebanyakan kalau habis bangun tidur pagi pagi, yang dicari handphone. Orang itu sudah menghegemoninya informasi internet sehingga yang pertama kali dicari itu handphone. Ketika mengajak keluarga makan, handphone juga. Apalagi sekarang dunia kerja, handphone fasilitasnya,” ucapnya. 

Penulis yang juga aktif di berbagai media online ini juga mengibaratkan informasi yang tidak terbendung dan menyebabkan tidak adanya penyaringan berita.

“Sehingga informasi itu tidak terbendung. Ibarat keran air ketika disemprot keluarnya deras tidak terbendung siapapun tidak akan membendung itu. Yang terjadi akibatnya berbagai informasi yang datang, tidak kita saring karena ada waktu untuk itu. Kita cuman baca judul tertarik, langsung kita share padahal belum tentu isinya bagus atau malah berita hoax,” jelasnya.

Sandy Renaldy seorang peserta kuliah juga memberikan komentar mengenai pentingnya penulisan informasi yang benar dan manfaat bagi umat Islam sendiri.

”Penting, mengingat zaman yang harus berkembang namun melunturkan nilai nilai keislaman. Sebagaimana kebanyakan orang saat ini mengonsumsi informasi melalui media sosial yang rentan, dan kebanyakan memamanipulasi masalah. Kaitannya antara jurnalistik terhadap kehidupan seorang Muslim dengan banyaknya Muslim yang taat dan tahu atau mampu menguasai jurnalistik, akan meminimalisir terjadinya hal-hal yang bisa mengakibatkan terjadinya kebohongan publik,” ungkapnya. [syahid/reza/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version