View Full Version
Jum'at, 10 Sep 2021

Sesuai dengan Fitrah Manusia, Pendidikan Harus Seimbangkan Aspek Rohani dan Jasmani

JAKARTA (voa-islam.com) – Berbeda dengan ciptaan Allah seperti hewan dan malaikat, manusia diciptakan dengan beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh makhluk selainnya.

“Dari sudut pandang Islam, manusia adalah makhluk jasmani dan rohani. Di Al-Quran, manusia disebut sebagai Al-Basyar dan Al-Insan,” tutur Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam Seminar Nasional Ikatan Alumni UNY, Selasa (7/9).

Al-Basyar secara sederhana dapat dimaknasi sebagai makhluk biologis. Sementara itu, Al-Insan lebih bermakna kualitatif antara sifat jasmani dan ruhani.

Lebih jauh, manusia menurut Mu’ti memiliki tiga macam fitrah (kebutuhan alamiah). Yakni fitrah diniyah yaitu agama, fitrah insaniyah yaitu menyangkut akal dan qalbu, dan fitrah basyariyah yang terkait dengan fisik.

Meski fitrah dipandang sebagai rumusan teologi semata, tetapi Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa ilmuwan modern seperti Danah Zohar, Ian Marshall hingga Waltman memberi penjelasan lain yang senada.

Keistimewaan manusia inilah yang menurut Mu’ti harus diperhatikan dalam berbagai hal, terutama pendidikan. Dengan sifat-sifat ruhaniah yang kompleks tersebut, Mu’ti berharap pendidikan tidak meminggirkan aspek spiritual dibandingkan dengan aspek fisik.

“Kalau dalam konteks pendidikan Islam, tentu saja pendidikan itu adalah proses untuk bagaimana kita mengembangkan potensi diniyah, insaniyah dan potensi basyariyah sehingga fisik manusia itu juga harus kita buat berkembang. Harus menjadi manusia yang sehat dan kuat,” jelasnya seperti dikutip dari laman resmi muhammadiyah.or.id.

Pengembangan kurikulum pendidikan yang seimbang antara aspek rohani dan jasmani menurutnya tidak hanya berfungsi jangka pendek, tetapi justru memiliki fungsi strategis membentuk calon pemimpin yang kuat dan berkualitas.

“Dalam Islam itu seseorang masuk dalam kategori pemimpin jika memiliki kriteria basthotan fil ilmi wal jismi. Kelebihan ilmu dan fisik. Jadi pemimpin itu ga boleh sakit-sakitan, ga boleh lembek, ga boleh cengeng,” pungkasnya. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version