View Full Version
Jum'at, 06 Feb 2015

Pemimpin Qatar : Tidak Mungkin Menghapus Ikhwan Dari Panggung Politik Dunia Arab

DOHA (voa-islam.com) - "Raja Salman tidak harus mengeluarkan Jamaah Ikhwan  dari daftar teroris, tapi dia bisa memilih untuk mengesampingkan atau mengabaikan keputusan yang diambil hanya untuk menyenangkan pimpinan Mesir," kata seorang analis politik Qatar.

Tampilnya  Raja Salman di tampuk kekuaaan di Kerajaan  Arab Saudi telah melahirkan secercah harapan di kalangan para anggotga  dan pemimpin Ikhwanul Muslimin di Qatar. Mereka mellihat  angin politik di Timur Tengah sudah mulai bergeser menguntungkan mereka. Perubahan itu berpotensi memberikan Jamaah Ikhwan akan  lebih banyak ruang untuk melakukan amal Islami.

Raja Salman lebih bersimpati kepada kaum ‘Islamiyyin’ (aktifis Islam), dibandingkan dengan pendahulunya Abdullah. Salman dipandang tidak memiliki sikap bermusuhan dengan Ikhwan. Tetapi para analis dan diplomat di Riyadh mengatakan penyesuaian kebijakan Saudi terhadap Ikhwanul  tetap lambat.

Anggota dan pemimpin Ikhwan di ibukota Qatar,  Doha, nampaknya telah mulai menguji seberapa jauh Salman dan tim keamanannya bersedia mentolerir aktivitas baru oleh Jamaah Ikhwan di Saudi? Ikhwan di Saudi sudah lama absen, dan Arab Saudi  melakukan terhadap  Qatar. 

"Ada tumbuh rasa harapan sekarang, hal-hal yang berubah di sekitar kita dengan pemimpin baru yang berkuasa di Riyadh,  dan sudah saatnya kita memiliki suara lagi dan menjelaskan kepada dunia siapa diri kita sebenarnya," kata seorang anggota Jamaah Ikhwan yang menetap di  Qatar, dan tidak mau disebut namanya.

Jamaah Ikhwanul Muslimin, yang berdiri di Mesir tahun l928, oleh Hasan al-Banna, sekarang telah memiliki cabang di 103 negara, dan Ikhkwan merupakan salah satu kelompok yang paling berpengaruh di dunia. Ikhwan dipandang sebagai ancaman oleh beberapa Kerajaan Arab Teluk, karena menentang prinsip sistem dinasti mereka, tetapi beberapa anggota terkemuka telah diberi tempat tinggal oleh Qatar, seperti Sheikh DR.Yusuf Qardhawi 

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah berselisih terhadap  Qatar yang mendukung Ikhwan. Sebagian pemimpin Arab Teluk menilai bahwan Ikhwan merupakan ancaman berbahaya bagi stabilitas regional, seperti gerakan mereka di Mesir dan negara-negara Arab lainnya.

Namun, para pemimpin Qatar, menilai tidak mungkin untuk menghapus Jamaah Ikhwan dari panggung politik dunia Arab, dan percaya pengaruhnya begitu luas, dan yang masuk akal hanya melakukan kerjasaama dengan Ikhwan,  bukannya berusaha untuk memberantas atau menghapus gerakan yang didirikan oleh Hasan al-Banna itu.

Tetapi, arguman para pemimpin Qatar itu, membuat terjadinya keretakan, dan bahkan merusak hubungan antara  negara-negara Teluk, dan sebagian mereka tahun lalu, ketika Arab Saudi, UEA dan Bahrain, menyatakan menarik duta besar mereka dari Doha, dan pemulihan hubungan antara Qatar dengan negara-negara Teluk, setelah Doha menyatakan tidak akan membiarkan Ikhwan menggunakan Qatar tempat gerakannya.

"Saya pikir sikap umum bisa lebih mereda situasinya. Dari segi kebijakan praktis saya tidak berpikir Saudi akan menempatkan Arab Saudi melakukan tindakan keras atau mengambil tindakan represif terhadap Ikhwan," kata Mustafa Alani, seorang analis keamanan yang memiliki hubungan pada Kementerian Dalam Negeri Saudi.

Setiap pergeseran dalam kebijakan Riyadh terhadap Ikhwan - baik di Qatar atau di negara Arab lainnya tempat - bisa memiliki implikasi hubungan dengan Mesir, sebuah negara dianggap oleh Salman dan pendahulunya sebagai sekutu keamanan penting.

Raja Abdullah sangat mendukung dan menjadi sponsor tentara Mesir, ketika melakukan penggulingan Presiden Mursi Juli 2013.  Menyusul aksi protes yang digerakan oleh kalangan Koptik, liberal, dan sekulre, yang dibelakang mereka Zionis-Israel, Iran, dan Amerika, dan bertujuan menggulingkan Presiden Mohamed Mursi. Mursi telah memenangkan pemilu pertama negara itu setelah Musim Semi Arab.

Raja Abdullah memberikan dukungan penuh kepada pemimpin militer Mesir, Abdel-Fatteh al-Sisi, yang melakaukan tindakan keras para aktivis Ikhwan, posisi yang tampaknya tidak populer di dalam kerajaan. Pengadilan Mesir telah menjatuhkan hukuman mati terhadap pendukung Ikhwan sejak Sisi terpilih sebagai presiden tahun lalu. 

Abdullah juga menyatakan Ikhwan sebuah organisasi ilegal tahun lalu, memasukkan   ke daftar resmi kelompok teroris dan hukuman penjara 5 sampai 30 tahun bagi siapa saja yang memberikannya dukungan moral atau material kepaeda Ikhwan.

"Saya tidak percaya Salman akan mengadakan hubungan dengan Qatar membahasn masalah Ikhwanul Muslimin, tapi saya juga tidak percaya ia akan mengubah kebijakan Saudi terhadap Ikhwanul di dalam negeri Arab Saudi atau di Mesir," kata seorang diplomat Arab di Riyadh.  

Salman belum menjadikan Ikhwan sebagai prioritas kebijakan luar negeri utamanya, tetapi dalam reshuffle minggu lalu, dia menciptakan perubahan yang sangat dramatis, terutama masalah keamanan dan politik di bawah kendali Menteri Dalam Negeri Pangeran Mohammed bin Nayef.

"Pangeran Mohammed melihat Ikhwan sebagai ancaman bagi seluruh wilayah, tetapi bukanlah sebagai ancaman besar. Dibandingkan dengan isu Iran dan ISIS, maka Ikhwan bukan prioritas," kata Alani. 

Salah satu tanda bahwa anggota Ikhwan di Qatar mulai  merasa ada kelonggaran, yaitu  Sheikh Yusuf al-Qardhawi, seorang  ulama kelahiran Mesir, yang kini berada di Qatar,  yang merupakan tokoh Ikhwan yang berhubungan langsung dengan pendiri Jamaah Ikhwan, Hassan al-Banna.

Qardhawi berhenti memberikan khutbah Jum’at  yang berapi-api khotbah, ketika Arab Saudi dan UEA menekan Qatar tahun lalu. Tpi dua hari setelah meninggalnya Raja Abdullah,  23 Januari lalu, Qardhawi  kembali  mengecam dengan mengatakan "tidak adil" , atas kebijakan Al-Sisi , dan menyebutkan dalam video itu, Mursi  sebagai "pemimpin yang sah"  Mesir .

"Raja baru tidak harus menghilangkan  Jamaah Ikhwan dari daftar teroris, tapi dia bisa memilih mengesampingkan atau mengabaikan keputusan yang diambil hanya untuk menyenangkan pimpinan Mesir," kata seorang analis politik Qatar yang menolak disebutkan namanya.

Keluarga penguasa Qatar tampaknya berharap bahwa Raja baru Arab Saudi akan mendukung usaha-usaha pendekatan baru  yang dilakukan oleh Qatar untuk mendekatkan antara  UEA dan Mesir dengan Ikhwan 

"Tidak seperti Mesir dan UEA, kepemimpinan Saudi memahami bahwa anda tidak akan bisa hanya dengan menghancurkan Ikhwan. Ideologi dan keyakinan tidak dapat dihapus secara paksa. Itu sebabnya komunikasi sangat penting", kata seorang sumber Qatar dekat dengan pemerintah.

Tantangan eksternal Salman menghadapi kekerasan di Yaman, Suriah dan melawan ISIS, dan berarti Qatar bisa menjadi  sekutu yang baik dengan  Arab Saudi, kata Ali Hussein Bakeer, seorang analis independen Teluk.

"Di bawah Raja Salman, saya tidak berpikir Qatar akan jatuh ke dalam konflik  dengan Arab Saudi, terutama sekarang, karena Qatar adalah mitra politik yang berguna di kawasan Teluk," katanya.

Kemauan baik ‘goodwill’ gerakan yang dilakukan oleh  Doha untuk membantu mengakhiri pelanggaran dengan negara  tetangga Teluk, termasuk mendorong kembalinya tujuh tokoh senior Ikhwan meninggalkan Qatar,  pada bulan September,  sangatlah penting.

Sebuah  teka-teki baru yang sangat komplek menyangkut hubungan antara para penguasa Arab dan Teluk dengan Jamaah Ikhwan, sebuah persoalan yang sangat serius.

Tapi, Ikhwan sudah membuktikan komitmennya di setiap negara Arab, khususnya dalam menciptakan perubahan dan perbaikan terhadap negara.  Ikhwan selalu berada di garda paling depan.

*mashadi/aby.


latestnews

View Full Version