View Full Version
Ahad, 14 Jun 2015

Rohingya: Tak Bernegara di Lautan atau Bagian dari Umat Terbaik?

Oleh : Zahbia Dina Latifah

(Mahasiswi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta)

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan ke tengah-tengah manusia agar kalian memerintahkan kebajikan & mencegah kemungkaran, sementara kalian beriman kepada Allah ” (QS. Ali-Imran : 110)

Masalah Rohingya Adalah Masalah Kita

Umat Islam adalah umat yang satu. Semua umat Islam di dunia pada hakikatnya adalah sama. Sama-sama dalam satu yang disembah yaitu Allah, satu suri tauladan yaitu Rasulullah, satu pedoman hidup yaitu Al-Qur’an, dan satu ikatan ukhuwah yaitu aqidah. Dan kita semua adalah bagian dari kaum muslimin.

Namun, saudari kita di Rohingya (Myanmar) mengalami nasib yang mengerikan atas status ke’muslim’annya dan mengalami penderitaan. Mereka menjadi sasaran kekerasan fisik berupa pemerkosaan, pembunuhan dan pembakaran rumah-rumah serta masjid oleh etnis Budha yang mayoritas. Seluruh desa dibakar. Perempuan dan anak-anak dibacok dan tubuhnya dibakar. Sebagian diperkosa secara brutal.

Puluhan ribu perempuan dan anak-anak terusir dari rumah mereka sendiri. Tak diaukui sebagai warga negara. Rezim Myanmar mencabut hak kesehatan, pendidikan, kebebasan, dan menolak tenaga kerja laki-laki dari kalangan mereka. Mereka juga ditempatkan di kamp-kamp pengungsi yang jauh dari kata kayak. Pilu.

Bagaimana tidak? Seperti yang dialami oleh Jamal (8 tahun) & adiknya Rauzana (3 tahun) yang masih meninggalkan luka hati yang menganga. Mereka menyaksikan dengan mata telanjang pembunuhan ayah dan ibunya sendiri di kapal pengungsian. Bisakah kita membayangkan bagaimana perasaan anak-anak itu melihat  jenazah  orang terkasihnya dilempar bak seonggok bangkai ke lautan? Kini keduanya yatim piatu, tapi juga tak punya rumah, tak punya negara, bahkan tak punya masa depan. Demikianlah secuil gambaran episode drama horor yang dialami saudari kita. Sungguh mengerikan.

 

Mereka Terombang-ambing Di Lautan, Masa Depan Suram, Dunia Bungkam

Mereka berjumlah ribuan, melarikan diri dari Burma (Myanmar) dan keluar melalui jalur laut. Mereka meminta pertolongan ke negara tetangganya, Thailand. Tetapi bukannya selamat di Thailand, mereka malah ditahan oleh kapal patroli Thailand selama 3 hari. Tidak hanya itu, penderitaan kembali terjadi. Mereka dipaksa berkelahi dengan warga Bangladesh dan mereka dipaksa meninggalkan Thailand. Mereka kembali ke lautan. Negara lainnya? Dunia yang menyaksikan dengan jelas kondisi ini bungkam.

Hak Asasi Manusia (HAM) hanya omong kosong. Negeri-negeri muslim lainnya juga sama. Mereka terkatung-katung selama kurang lebih 3 bulan di tengah lautan tanpa persediaan makanan & air yang cukup

 

Hak Asasi Manusia (HAM) hanya omong kosong. Negeri-negeri muslim lainnya juga sama. Mereka terkatung-katung selama kurang lebih 3 bulan di tengah lautan tanpa persediaan makanan & air yang cukup. UNCHR melansir, saat ini ada sekitar 4.000-6.000 orang Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung di lautan. Hampir 40% diantarnya adalah anak-anak dan wanita. Di tengah susasa permusuhan diatas kapal akibat adu domba pula, mereka ditolong oleh para nelayan Aceh di dibawa ke pelabuhan Kuala Langsa.

 

Rohingya Butuh Khilafah Segera

Adalah sebuah kewajiban bagi kita dan seluruh kaum muslim untuk menolong saudara muslim lainnya, sebab kita ibarat satu tubuh. “Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (Riwayat Muslim)

Ya, tragedi mengerikan yang dialami mulim Rohingya membutuhkan solusi segera dan harus bersifat permanen. Atas penyikapan saat ini, sudah sangat nyata dan terbukti bahwa  negara-negara muslim masih bersasas Sekuler dengan sekat Nasionalismenya, tak begitu peduli dengan kondisi Rohingya. Bahkan mereka dianggap sebagai beban ekonomi dibandingkan dengan ikatan yang seharusnya terjalin, yakni ikatan saudara seiman.

Memberikan solusi atas apa yang benar-benar mereka butuhkan juga tidak cukup jika hanya sebatas dengan banuan-bantuan sosial dan kemanusiaan yang bersifat parsial seperti bantuan dana, pakaian, obat-obatan, makanan dan sejenisnya sebab sifatnya hanya sementara dan tidak dapat berlangsung jangka panjang untuk bertahan hidup. Namun bagaimana nasb mereka kedepan, masih samar.

Oleh karena itu, satu-satunya yang dapat menyelamatkan mereka adalah instiusi (negara) yang akan memeluk hangat dan mengayomi perempuan serta anak-anak Rohingya hanyalah negara dengan sistem Islam, yaitu Khilafah. Muslim Rohingya adalah bagian dari umat terbaik (khairu ummah), bukan umat yang terhina dan terlunta. Sudah seharusnya Rohingya mendapatkan perlakuan terbaik.

Khilafah yang menerapkan Islam sepenuhnya (kaffah) akan menyelamatkan mereka dengan memberikan tempat tinggal yang aman untuk hidup bermartabat. Negara Khilafah akan menetapkan mereka sebagai warga negara penuh, mereka diberikan perlindungan dan tempat sebagai hak yang harus mereka dapatkan. Hanyalah Khilafah berdasarkan metode kenabian (‘ala minhaj nubuwah) saja lah yang akan dapat memobilisasi tentaranya untuk memerangi orang-orang yang berani menindas kaum muslim Rohingya. Jelas, kebutuhan akan negara ini sangat mendesak. Rohingya dan semua muslimin merindukan dan menginginkan penerapan syariat Islam secara menyeluruh dan perlindungan negara Khilafah Islamiyah. Wallhu’alam bissawab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version