View Full Version
Sabtu, 12 Sep 2015

Kubunuh Mantanku Demi Androidnya; Potret Generasi Miris Masa Kini

Sahabat VOA-Islam...

Miris sekali memang melihat fakta generasi Indonesia yang semakin ke sini bukannya tambah baik justru tambah bejat. Generasi yang digadang-gadang mampu menjadi pemimpin bangsa di kemudian hari ini justru mencoreng citra bangsa.

Segudang masalah yang timbul dalam masyarakat akibat ulah generasi muda. Entah siapa yang mau disalahkan kini. Semua pihak seolah lepas tangan terhadap moral anak bangsa yang kian merosot. setiap hari mereka selalu menghiasi media cetak maupun elektronik, bukan untuk membanggakan karyanya tapi justru membuat hal-hal yang sungguh memalukan.

Membunuh, memperkosa, membuang anak, menculik, narkoba, minuman keras dan masih banyak lagi tindakan tak layak yang dilakukan anak muda kini. Bukannya sadar akan beban untuk memperbaiki nasib bangsa, justru asyik dengan dunia hedonism yang menjerumuskan.

Berkaca pada berita yang baru-baru muncul, yakni ketika seorang anak SMP di salah satu sekolah negeri di Bandung tewas akibat dibunuh oleh mantan pacarnya sendiri. Motifnya bukan hanya karena sakit hati, melainkan juga ingin mendapatkan HP android yang dimiliki sang mantan. Seperti yang dikutip dalam Liputan6.com (01/09/15), AKBP Mokhammad Ngajib mengataka "Nah yang bersangkutan atau pelaku ini mengharapkan punya handphone android yang bisa operasional seperti rekan-rekannya. Dari keinginan tersebut, yang bersangkutan mempunyai rencana (membunuh) karena si korban ini mempunyai HP android,".

Si korban yang bernama Pricila Dina ditemukan tewas tanggal 31 Agustus 2015 di kawasan Cipamokolan, Rancasari, Bandung dengan sejumlah luka serius di bagian kepala yang diduga korban dibunuh dengan menggunakan palu.

Kejadian ini sungguh tidak pantas dilakukan apalagi bagi anak usia SMP yang notabene masih dalam tanggungjawab orang tua. Anak-anak yang seharusnya masih tahap belajar dan bermain ini justru menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal yang di luar batas wajar. sebagai anak, memang orang tua lah yang pertama kali akan dimintai pertanggungjawaban atas segala tindakannya, apalagi sebelum ia mencapai taraf mukallaf. Namun jika kesalahan hanya dilimpahkan kepada orang tua, rasanya sungguh tak adil.

...masalah rusaknya mental generasi muda ini tidak lain karena derasnya arus budaya hedonis yang berasas permisif sebagai agen dalam menghancurkan generasi muda

 

Sebab semua lini sejatinya dapat memainkan perannya untuk dapat menciptakan generasi cemerlang dengan sejuta prestasi. Pendidikan yang orang tua tanamkan sejak kecil memang akan menjadi dasar yang kuat untuk anaknya. Namun dasar yang kokoh ini bisa saja tergerus oleh arus lingkungan yang semakin tidak memahami arti pentingnya akhlak yang baik.

Jika kita menengok pada ajaran Islam, masalah rusaknya mental generasi muda ini tidak lain karena derasnya arus budaya hedonis yang berasas permisif sebagai agen dalam menghancurkan generasi muda. Budaya barat yang mengagung-agungkan kebebasan individu ini telah melahirkan berbagai pemikiran yang menjerumuskan generasi pada aktivitas-aktivitas yang tidak perlu bahkan cenderung tidak ada amalannya dalam agama, seperti pacaran.

Selain itu bergesernya peran ibu dalam mendidik anaknya juga menjadi factor penting dalam hal ini. Adanya arus kapitalisme yang semakin menjerat semua kalangan, menyebabkan ibu harus menggadaikan tugasnya sebagai ummu wa rabbatul bait demi memperoleh sesuap nasi.

Ayah yang seharusnya bekerja mencari nafkah pun seolah tak berdaya karena kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Pendidikan berkarakter yang dicanangkan pemerintah pun tidak akan seindah harapan tanpa ada benteng kuat dari keluarga. Jika saja ibu kembali pada perannya semula, dan dengan sungguh-sungguh mendidik anaknya sebagaimana Islam telah mengatur, dijamin moral dan karakter yang terbangun dalam pribadi anak akan mencerminkan akhlak islami.

Akhlak islami inilah yang nantinya akan menuntun generasi untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab atas segala hal yang diperbuat dan tentunya menjadikan standar halal-haram dalam melakukan segala hal. Dengan begitu perbuatan keji seperti kasus di atas akan dapat diminimalisir hingga jumlahnya mencapai angka nol. Untuk itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan generasi muda adalah dengan menerapkan aturan Islam secara sempurna dalam berbagai aspek kehidupan. Wallahu’alam bishawab. [syahid/voa-islam.com]  

Penulis: Surti Nurpita Sari

(Mahasiswi Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta)


latestnews

View Full Version