View Full Version
Rabu, 16 Sep 2015

Buang Minder ke Tong Sampah, Pastikan Masa Remajamu Ceria!

Sobat muda voa-islam, salah satu ‘penyakit’ remaja yang suka muncul biasanya bernama minder. Minder tuh nama lain dari rendah diri. Merasa diri tak pantas akan sesuatu.

Misalnya saja karena merasa miskin, trus minder berteman dengan teman-teman yang dari kalangan orang berpunya. Atau merasa diri bodoh, enggan berteman dengan teman-teman yang lebih pintar. Atau bisa juga hal sederhana, merasa tak punya keahlian apa-apa. Mau ikut ekskul nyanyi, suara cempreng.

Mau ikut basket, body pendek. Mau ikut ini dan itu tapi belum apa-apa sudah merasa minder duluan. Gimana dong ngatasinya?

‘Penyakit’ minder ini bukan sesuatu yang tidak bisa diatas atau diobati. Sebetulnya pusat dari rasa minder ini adalah karena seringnya remaja ‘underestimate’ alias meremehkan diri sendiri. Bisa juga rasa minder ini hasil didikan dari dalam rumah.

Anak yang tidak biasa bergaul dengan anak lainnya maka ketika besar ia akan merasa minder bila harus berinteraksi dengan orang lain. Begitu juga ketika di rumah ia sering ‘dikecilkan’ eksistensinya, maka ketika besar ia akan kehilangan kepercayaan dirinya.

Sobat remaja voa-islam, jadi kamu harus bisa mendefinisikan rasa mindermu itu plus asal-muasalnya. Itu karena sebelum diobati, orang sakit harus tahu dulu bahwa dia itu sakit. Ini untuk mempermudah pengobatan.

Coba lihat ke dirimu sendiri lebih dalam. Temukan apa penyebab rasa minder dari dalam diri kamu itu. Kalau tidak bisa, kamu bisa minta bantuan teman atau guru di sekolah. Ini juga sekalian pengenalan konsep diri alias bagaimana kamu menilai dirimu sendiri.

...Coba lihat ke dirimu sendiri lebih dalam. Temukan apa penyebab rasa minder dari dalam diri kamu itu. Kalau tidak bisa, kamu bisa minta bantuan teman atau guru di sekolah...

Konsep diri terutama yang positif ini penting untuk mengatasa rasa minder. Saya dulu ketika remaja memunyai banyak alasan untuk minder, sebetulnya. Mulai dari keluarga yang tergolong tidak mampu, bahkan usia 10 tahun sudah yatim, ukuran tubuh yang lebih kecil dari teman sebaya, cantik juga enggak begitu, pinter juga nanggung dan sebagainya. Tapi karena rasa minder itu tidak nyaman di jiwa, saya memilih untuk tidak memeliharanya dalam diri.

Saya berusaha melihat hal positif dalam diri. Saya suka berteman. Saya juga suka membaca. Dengan berteman dan membaca, wawasan saya luas. Saya memang bukan juara kelas, tapi segala topik saya bisa karena bekal membaca.

Saya memang tidak mampu membeli buku paket wajib ketika SMP, tapi saya punya cara untuk meminjam ke kakak kelas meskipun tidak kenal. Itu semua karena saya termotivasi bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, saya ingin terus sekolah. Rasa malu yang tidak pada tempatnya saya singkirkan dulu. Menyapa kakak kelas dan bersikap SKSD (Sok Kenal dan Sok Dekat) agar dapat pinjaman buku.

Hal ini berlaku bahkan hingga dewasa dan di sekolah lanjutan baik SMA maupun perguruan tinggi. Rasa minder itu tidak memunyai tempat di dalam diri. Ketika kuliah baik, kondisi kantong berada dalam titik terendah.

Sering saya tidak berani ke kantin bila waktu makan siang tiba karena memang tidak ada uang untuk membeli makanan. Sebaliknya, saya pun memilih perpustakaan atau masjid kampus sebagai tempat ngadem dan menenangkan perut yang mulai keroncongan. Bahkan sering saya tidak mampu memfotokopi diktat kuliah karena keterbatasan dana yang ada.

...Allah sudah menciptakan kita dalam sebaik-baiknya bentuk dengan segala potensi yang ada. Masa iya sih kita masih saja merasa rendah diri alias minder?...

Tapi apakah itu membuat saya minder? No way! Saya tetap aktif di dalam kelas, berdiskusi dan berusaha lulus tepat waktu. Karena sesungguhnya, minder itu hanyalah salah satu bentuk tidak bersyukurnya diri akan pemberian Ilahi.

Allah sudah menciptakan kita dalam sebaik-baiknya bentuk dengan segala potensi yang ada. Masa iya sih kita masih saja merasa rendah diri alias minder? Bila rasa ini masih saja ngendon dalam diri kamu, yuk kita hitung apa saja karunia Allah yang sudah diberikan ke kita secara gratis.

Nah, kalau sudah bisa menghitung banyaknya karunia Allah kepada kita, maka akan muncul rasa syukur. Rasa syukur inilah yang akan menjadi pengikis rasa minder alias rendah diri, insya Allah. Semakin kita beryukur maka akan semakin ditambah nikmat Allah kepada kita sehingga tak akan ada lagi alasan untuk minder.

Yuk dicoba! Buang minder dengan mempertebal rasa syukur. Karena toh hidupmu gak akan oke kalau minder terus saja kamu pelihara. Kalau ini sudah bisa kamu terapkan, pastikan masa remajamu ceria tanpa minder. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version