View Full Version
Kamis, 29 Oct 2015

Sumpah Ini Bukan Sumpah Biasa

Sumpah, menurut KBBI artinya janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu). Selama berabad-abad Indonesia terjajah. Kerja keras dengan keringat mengalir menganak sungai tak menjadikan masyarakat sejahtera. Hati pun terhenyak untuk terbebas dari belenggu penjajah yang selama ini menindas. Janji/ikrar pun terucap untuk bersatu. Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 menjadi saksi sejarah kala itu. Semangat bersatu muncul di hati mereka setelah sekian lama didera semangat kedaerahan.

Bagaikan mimpi di siang bolong untuk mengubah kerangka berpikir dari semangat kedaerahan menjadi semangat bersatu. Apalagi berpikir untuk merdeka dari penjajahan fisik. Begitu lamanya bangsa Indonesia hidup di bawah ketiak penjajah menjadikan kata merdeka bagaikan api jauh dari panggangnya. Merdeka fisik pun didapat meski di belahan bumi lain penjajahan fisik itu masih mengintai di setiap hembusan nafas.

Negeri muslim yang luput dari penjajahan fisik pun tidak benar-benar terbebas dari penjajahan. Sebabsecara pemikiran masih terjajah atau dapat dikatakan penjajahan gaya baru. Islamophobia pun kian digencarkan oleh kaum kafir melalui antek-anteknya. Tak sedikit pula yang mengatakan Islam utopis. Penerapan Islam secara kaffah hanyalah mimpi belaka. Menyatukan umat Islam seluruh dunia adalah hal yang mustahil.

 

...Mengambil nasionalisme adalah pembodohan bagi masyarakat, dan penghancuran bagi persatuan hakiki. Oleh karenanya, kita membutuhkan sumpah yang tak sekedar sumpah...

Selain itu tak sedikit pula kita jumpai sifat ashabiyah juga kian mewarnai negeri. Masalah cabang semakin dibesarkan. Sehingga umat menjadi lupa masalah besar dan mendasar yang tengah menghantui negeri ini. Sekulerisme jauh lebih berbahaya daripada ikhtilaf pada masalah cabang. Ikhtilaf tak elok jika dibesar-besarkan. Sementara rasul pernah berpesan’ "Bukan dari golongan kami orang yang menyerukan kepada ashabiyah (fanatisme kesukuan), bukan dari golongan kami orang yang berperang demi ashabiyah, dan bukan dari golongan kami orang yang mati mempertahankan ashabiyah". (H.R. Abu Daud).

Sebuah pemikiran yang dangkal jika menginginkan terbebas dari penjajahan dengan semangat nasionalisme. Saat penjajahan fisik itu tak lagi menghampiri, semangat bersatu itu hilang tanpa sisa. Mengambil nasionalisme adalah pembodohan bagi masyarakat, dan penghancuran bagi persatuan hakiki.

Oleh karenanya, kita membutuhkan sumpah yang tak sekedar sumpah. Tak sekadar untaian kalimat yang diikrarkan untuk menyatukan satu negeri saja. Tapi sebuah ikrar yang mampu menyatukan seluruh kaum muslimin. Ikatan yang mampu membawa kita kepada kebangkitan, mengokohkan untuk melawan kaum kafir penjajah. Ikatan yang memiliki ruh yang tak pernah padam, itulah Ideologi Islam, Ikrar Akidah Islam. Saatnya umat bersatu dalam satu ikatan akidah islamiyah menuju tegaknya khilafahislamiyah. Allahu A’lam. (riafariana/voa-islam.com)

Penulis:

Anna Mujahidah Mumtazah (Alumni Pendidikan Kimia UNESA)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version