View Full Version
Rabu, 09 Dec 2015

Ibu, Maafkan AKu, Aku Janji Akan Shalat Tepat Waktu

“Ton, sudah jam satu, shalat Dzuhur dulu, kamu ini punya smartphone baru jadi lupa segalanya, “ kata Ibunya sambil merapikan meja makan.

Di kamar ukuran empat kali empat meter itu, Tono masih sibuk dengan smartphone barunya. Ia asyik dengan game kesukaannya, COC. Saking asyiknya bermain, ia tidak mendengar  perintah ibunya.

“Ton, shalat dulu Ton, dah berapa kali Ibu nyuruh kamu,” kata Ibunya dengan nada agak marah.

“Iya Bu, lima menit lagi ya, lagi seru-serunya nih,” jawab Tono dengan menolehkan kepalanya.

Raut muka Ibunya berubah antara sedih dan agak marah. Sedih melihat putranya sulit sekali untuk shalat tepat waktu. Dan agak marah karena Tono jadi lupa belajar, lupa tugas-tugas sekolah, lupa shalat hanya karena smartphone barunya.

“Ibu mau pergi ke pasar dulu, pokoknya ibu pulang dari pasar kamu harus sudah shalat dan ganti baju.”

“Ya Bu,” jawab Tono sembari meluruskan kedua tangannya karena pegal bermain smartphone.

*****

Setengah jam setelah Ibunya pergi, ia baru beranjak dari tempat tidurnya.  Pandangannya tetap fokus ke layar smartphone-nya. Sesekali kedua matanya mengedip berulang-ulang dengan cepat, efek dari terlalu lama melihat layar. Smartphone dimasukkan ke dalam saku, ia mulai membasahi anggota wudhunya. Kemudian ia kembali ke kamarnya, baju putih dan abu-abu sma segera ia ganti dengan kemeja pendek Rabbani warna merah hati dan sarung Mangga kotak-kotak hitam. Ia shalat Dzuhur, jam satu tiga puluh menit tepatnya.

Sujud terakhir sebelum salam, smartphone di atas meja belajarnya berbunyi “ Laa..Laa..Laa Nahtajul Maala…” nasyid Kun Anta.

“Assalamu’alaikum wa rohmatullah,”  Tono salam sambil menoleh ke kiri.

“Siapa sih yang telpon?” gerutu Tono sambil mendekat ke meja belajarnya.

Satu panggilan tak terjawab dari Rudi, teman sekelasnya. Rudi tidak biasanya menelpon, kalau ada hal yang penting pun biasanya hanya lewat WA atau BBM.

Sekitar sepuluh detik kemudian, Rudi kembali menelpon.

“Halo, tumben telpon Rud, biasanya lewat WA dan BBM,” kata Tono saat mengangkat telpon.

“Ton, cepat sini ke puskesmas, penting Ton,” jawab Rudi dengan nada panik.

“Ada apa memangnya? Siapa yang sakit? tanya Tono.

“Sudah, cepat ke sini atau Aku yang jemput ke rumahmu sekarang, tunggu di rumah biar Aku jemput.”

Tut…tut..tut…

“Halo, Rud…Rud, kok dimatikan telponnya.”

Tidak biasanya Rudi seperti ini, kalaupun ada teman sekalas yang sakit, tidak sampai dibela-belain njemput ke rumah. Biasanya janjian di depan pintu gerbang SMA 1 Gowak, tempat mereka bersekolah.

Perasaan Tono mulai tidak tenang. Tiba-tiba ia teringat perkataan ibunya empat puluh lima menit yang lalu, shalat tepat waktu jangan ditunda-tunda. Ia juga baru teringat bahwa hari ini hari Legi, jalanan Pasar Grabag lagi ramai-ramainya jam segini.

Thok…thok…thok… “Assalamu’alaikum” terdengar suara dari luar rumah.

Tono segera menuju ruang tamu.

“Wa’alaikum salam, jawab Tono sambil membuka pintu.

Dengan nafas ngos-ngosan, Rudi menarik tangan Tono. “Ayo cepat Ton, kita ke puskesmas sekarang,” ajak Rudi.

“Siapa yang sakit Rud? Nggak biasanya kamu sampai bela-belain njemput Aku di rumah.

“Ayolah cepat, biar nanti Aku kabari Kamu sesampai di puskesmas.”

“Tunggu dulu, siapa yang sakit Rud? Ayo jawab!!

“Ibumu Ton, ibumu baru saja tertabrak mobil pemadam kebakaran, sekarang lagi kekurangan darah, butuh pendonor darah.”

Kabar ini bagai petir di siang bolong. Tetesan air matanya mulai luruh dari sudut mata Tono. Ia teringat terus perintah ibunya sekitar lima puluh menit yang lalu, shalat tepat waktu jangan ditunda-tunda.

“Rud, ayo cepat antar Aku ke puskesmas, cepat Rud.”

“Ayo Ton.”

Di perjalanan menuju puskesmas, air mata terus membasahi Tono. Ia berkata dengan suara lirih,” Maafin Tono Bu, Tono janji akan shalat tepat waktu, mengerjakan tugas-tugas sekolah, tidak sibuk main game online dan smartphone sehingga lupa waktu.” [PurWD/voa-islam.com]

***

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, ataupun cerita, itu hanya kebetulan dan tidak unsur kesengajaan.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari cerita ini.

Senin, 24 Safar 1437/ 07 Desember 2015, Rumah Bina Duta Madani, Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur. (Faisal Amri)

* [Sumber: alumnismaalitishom.wordpress.com]


latestnews

View Full Version