View Full Version
Rabu, 11 May 2016

Generasi Selfie Sasaran Kapitalisasi dan Sekularisasi

Sahabat VOA-Islam...

“Setiap detik, terdapat sekitar 700000 pencarian di Google, 695000 status baru di Facebook, 98000 status Twitter, 1500 tulisan blog, 600 lebih video diunggah ke Youtube, dan statistik mencengangkan lainnya” (Go-Globe.com).

Adalah “generasi milineal”, sebuah sebutan yang dialamatkan untuk mereka yang lahir di tahun ’80-an ke atas. Mereka adalah generasi dengan sederet ciri, diantaranya: akrab dengan gadget, memiliki akses internet setiap saat, berbagai akun media sosial dimiliki, mengidap FOMO (Fear Of Missing Out, perasaan takut ketinggalan informasi atau berita yang sebenarnya tidak bermanfaat dan tidak relevan dengan kebutuhan mereka), dan ciri lainnya yang juga menonjol yaitu gila selfie. Generasi milineal ini tidak lain adalah kalangan kaum muda.

Masa muda adalah selintas masa di sepenggal usia yang akan menjadi salah satu perkara untuk bahan bertanya. Masa  muda adalah masa ketika segala macam nikmat  berada dalam kondisi dan potensi yang paling kuat. Kelak di akhirat, Allah akan menuntut tanggung jawab tentang untuk apa masa muda setiap orang dipergunakan. Menjadi pertanyaan kita bersama, bagaimana nasib satu bangsa ketika sederet ciri-ciri di atas begitu menggejala di kalangan kaum mudanya? Ketika generasi dengan segenap potensi menjelma hanya menjadi generasi ahli selfie, maka inilah kondisi yang mengundang ancaman kapitalisasi dan sekularisasi.

Islam adalah Dien sempurna yang diturunkan oleh Yang Maha Sempurna. Melalui Rasulullah saw yang diutus-Nya, ajaran islam dibisyarahkan menjadi rahmat, tidak hanya untuk segenap manusia, tapi juga untuk seluruh alam semesta. Namun, adakah kini bisyarahkerahmatan islam merupakan satu kenyataan yang dapat kita temukan? Tidak, tidak kita temukan.

Pemuda muslim yang seharusnya menjadi pelopor perubahan, kini tidak lain adalah bagian dari generasi milineal itu sendiri. Mereka tidak luput dari gejala generasi selfie. Alih-alih sekadar mengenali tokoh-tokoh mulia shahabat-shahabiyat, mereka justru gandrung dan mengidolakan figur-figur selebriti. Adalah kaum muda  pula yang disibukan fenomena Lovers dan Haters, meramaikan pameran kehidupan pribadi dunia selebriti.

Jika tidak ada upaya penyelamatan, Era digitalisasi kini dapat menempatkan kaum muda dalam kepungan kekuatan kapitalisme dan sekulerisme. Abad informasi digital menghantam kaum muda dengan arus kencang kapitalisasi dan sekulerisasi, dua agenda yang nampaknya memang bersimbiosis. 

Akibat serius yang sangat mengkhawatirkan dari arus kapitalisasi dan sekularisasi digital  tersebut adalah: kaum muda muslim tidak lebih hanya menjadi seperti mesin ekonomi penghasil uang. Hal ini karena dengan statistik data pengguna internet dan media sosial yang mencapai ratusan juta meniscayakan transaksi perdagangan bebas secara massif tidak hanya terjadi secara langsung tetapi juga secara online.

Akibat tak kalah serius lainnya adalah lumpuhnya saraf berpikir dan idealisme kaum muda, serta membuat mereka terjauhkan dari Dienmereka. Bagaimana tidak? Kedudukan tsaqafah islam  sebagai ‘informassi mulia dan penting’ bagi generasi muda menjadi terpinggirkan karena tergantikan dengan nilai sekuler dan tsaqafah barat. Tsunami informasi ini juga menjadikan kedudukan ilmu yang bermanfaat tersejajarkan dengan gosip murahan, iklan produk dan informasi gaya hidup yang tidak berharga.

Menyadari bahwa kondisi seperti yang digambarkan di atas dapat menghantarkan kaum muda muslim pada terjadinya krisis identitas dan krisis iman, maka perlu dilakukan upaya tandingan. Salah satu wujud upaya itu digencarkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). HTI secara intensif melakukan upaya “dakwah digital” pada kalangan muda demi mengarahkan perhatian terbesarnya pada kemuliaan islam dan kamaslahatan umat. Aktif berdakwah melalui berbagai kreasi strategi di era digital informasi, tak jarang HTI kemudian mengkopi-daratkan berbagai kalangan dalam berbagai forum-forum pencerahan.

Pada tanggal 7 Mei 2016, bertempat di Jogja Expo Center (JEC lantai 2) Yogyakarta Indonesia, diagendakan  divisi Muslimah HTI akan menyelenggarakan Konferensi Perempuan bertema “Pemuda Muslim : Pelopor Perubahan Hakiki”. Forum ini akan melibatkan kalangan tokoh, pengamat, pembuat kebijakan, aktivis pemuda dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan kota-kota besar sekitarnya, serta kalangan jurnalis muslimah dari berbagai media.

Diharapkan acara ini dapat meng-counter serangan kapitalisme dan sekulerisme yang menghantam hati dan pikiran anak-anak dan pemuda muslim. Dengan menyajikan pemahaman yang jelas tentang kepribadian islam yang wajib dikembangkan dalam diri anak-anak dan pemuda muslim, semoga fenomena generasi selfie yang terkepung arus kapitalisasi dan sekulerisasi dapat diredam. Alhasil, potensi generasi muda dapat terarahkan pada jalur yang mulia, yaitu menuju izzul islam wa al-muslimin.

 

Identitas Penulis

Nama   :  Umi Hani

Asal  :  Tegal Jawa Tengah

Status  : Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pemerhati Remaja


latestnews

View Full Version