View Full Version
Jum'at, 26 Jul 2019

Renungan Musim Panas dari Gifu, Jepang

 

Oleh: Erika Kartini

Bulan Juli, suhu di Jepang mulai naik. Akhir Juli setelah berhujan-hujan ria setiap hari, suhu merangkak  menuju 37 derajat. Negeri Sakura panas membara. Terkadang bisa mencapai 40 derajat.

Summer telah tiba. Matahari bersinar cerah. Cahayanya menyengat di kulit. Atribut musim dingin sudah tersimpan rapi di lemari. Berganti dengan baju-baju tipis yang dingin di kulit.

Musim panas di Jepang berlangsung dari Juni hingga Agustus. Tapi terkadang awal September masih terasa panas. Pergantian musim ditandai dengan hadirnya hujan. Sehingga hampir setiap hari turun hujan. Terkadang deras, terkadang gerimis seharian.

Di musim ini, waktu siang lebih panjang daripada malamnya. Matahari terbit sekitar pukul 4 pagi dan terbenam pukul 19.00. Waktu Subuh sekitar pukul 3 pagi dan Isya pukul 20.45 JST.

Atribut musim panas sudah banyak bertebaran di toko-toko. Dari mulai topi, sarung tangan, kacamata sampai suncream. Bahkan ada juga payung anti UV, jaket anti UV dan berbagai perlengkapan anti UV lainnya. Minuman ion untuk mencegah dehidrasi sudah banyak distok di toko-toko.

Berbagai perlengkapan disiapkan untuk menghadapi musim panas. Penduduk berusaha menghindari terpaan sinar matahari yang menyengat hingga 40 derajat Celcius. Ini baru di dunia. Bagaimana jika nanti kita dikumpulkan di Padang Mahsyar? Dimana jarak matahari adalah satu jengkal di atas kepala. Apa yang sudah kita persiapkan ketika nanti di sana?

Setiap manusia yang hidup akan mati. Setelah hari kiamat nanti, ketika sangkakala yang kedua ditiup maka semua manusia dibangkitkan dan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Tanpa pakaian dan alas kaki. Semua sibuk dengan urusannya sendiri yaitu penghisaban. Sudah seberapa banyak amal baik yang dikumpulkan? Berapa banyak kemaksiatan yang dilakukan? Semua akan dihitung. Tidak terlewat meski sebesar biji sawi.

Allah SWT berfirman dalam QS 'Abasa 33-37 yang artinya :

"Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya".

Dikumpulkan di Padang Mahsyar adalah sesuatu yang pasti. Tidak ada satu manusia pun yang bisa menghindar darinya. Berlindunglah kepada Allah Swt. Berusaha tetap taat meski penat. Menjauhi maksiat meski berat. Berjuang untuk kejayaan Islam meski dicaci, dimaki atau bahkan didzalimi. Semua akan dibayar kelak di hari penghisaban.

Jangan sedih dengan urusan dunia, tapi sedihlah jika bekal untuk ke akhirat tiada. Dunia hanya sekerlip mata. Penuh permainan dan kenikmatan yang semu. Terkadang kita sering lupa, sehingga dunia yang mati-matian dikejar sampai mati. Mengorbankan waktu, fisik dan perasaan untuk mengejar sesuatu yang fana.

Mengajilah. Pelajari Islam. Taatlah kepada Allah serta berjuanglah untuk Islam dan kaum muslim. Semoga kita bisa masuk ke dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang tersedia bagi orang yang bertakwa. Aamin ya rabbal alamin. Wa'allahu a'lam bisshowab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 

Gifu, 26 Juli 2019

 

 

 

 


latestnews

View Full Version