View Full Version
Jum'at, 16 Aug 2019

Wahai Pemuda Islam, Bukalah Mata Kalian

COBA saat ini kalian ketikkan kata “Timur Tengah” di google, maka mesin pencari buatan Amerika tersebut akan menampilkan seberondong berita tentang keadaan Timur Tengah saaat ini. Perang dan konflik seakan tak mau berhenti menyiksa negeri-negeri yang mayoritas penduduk muslim tersebut. Mulai dari konflik Israel dan Palestina yang sudah terjadi selama 60 tahun, konflik Mesir, konflik Suriah, perang Irak, perang Taliban, ISIS, dan Syiah.

Di Palestina, remaja seusia kita bahkan jauh dibawah kita sudah berjihad secara fisik melawan para tantara biadab Israel. Di Taliban, anak-anak usia SD dengan kerelaan hati berperang melawan musuh-musuh Allah. Tentara Hamas, pelindung Masjidil Aqsa rata-rata sudah menghafal 5 juz. Bagaimana dengan kita? Di depan umum berteriak jihad dan amar ma’ruf nahi munkar tetapi nyatanya masih ngiler di atas kasur saat adzan subuh. Sudah merasa sepadan dengan mereka yang berjuang di Timur Tengah? Tentu tidak.

Di Indonesia sendiri, paham-paham yang tak sesuai dengan Islam sudah merasuk disekitar kita. Mulai Jaringan Islam Liberal (JIL), Atheisme, sampai PKI yang sedang hangat-hangatnya. Lebih parahnya lagi kita sebagai remaja kadang bersikap acuh. Jujur saja, JIL adalah paham yang paling berbahaya dan pemikiran mereka sangat jauh dari Islam.

Leberalisme adalah gerakan politik mencakup pandangan kuno dan modern yang menjamin kebebasan individual dan kepemilikan privat sebagai tujuan dari pemerintahan. Cirinya melindungi hak untuk bertentangan dari dalil atau pengajaran agama, atau menetapkan kewenangan dalam masalah politik atau agama.http://en.wikipedia.org/wiki/Liberalism, padahal kita sebagai umat Islam yang sudah dituntunkan peraturan yang menjamin keselamatan, kenapa masih tersesat dalam sesuatu yang kita menyadarinya sebuah kesalahan.

Ketidak pedulian para remaja Islam saat ini tidak terlepas dari keberhasilan Ghazwul Fikri (perang pemikiran) yang dilakukan oleh para aktivis JIL dan sekutunya. Di antara bentuk Ghazwul Fikri antara lain, mengarahkan opini kepada gerakan kebebasan wanita (emansipasi wanita), berusaha menaampakkan wanita Barat dalam sosok penampilan maju dan modern serta menampakkan wanita Islam dalam sosok yang kolot dan terbelakang, gerakan kesetaraan gender, mengkritik sistem dalam Islam dalam perkara hijab, poligami dan talak serta `pencitraan buruk atau membangun opini buruk tentang Islam.

Sekarang sudah jelas bagaimana bahayanya paham-paham yang menyesatkan umat Islam tersebut. Lantas bagaimana dengan kita? Masihkan kita terus berdiam diri melihat seluruh keadaan diatas. Masihkah kita berdiam diri saat melihat saudara kita di Timur Tengah memerlukan bantuan? Apakah harus mengunggu perang tersebut sampai melukai umat Islam, atau malah menginginkan konflik, dan teror tersebut sampai ke negeri kita?

Rafli Allatif Ramadhan

Mahasiswa STEI SEBI Depok, Jawa Barat


latestnews

View Full Version