View Full Version
Rabu, 21 Aug 2019

Mendadak Ajal, 'Cuma' Begini Saja?

Sedang berjalan, jatuh, mengaduh, dan hilang nyawa saat itu juga. Sekian menit sebelumnya masih menulis pesan di wa grup tentang urusan pekerjaan. Sekian detik sebelumya masih ngobrol dengan rekan kerja lainnya. Dan ajal datang begitu tiba-tiba tanpa ada pertanda apa pun juga.

Tergugu. Jelas, kami yang masih hidup ini masih didera shock saat menyadari bahwa ini bukan mimpi. Ia yang sejenak lalu bersama kami di dunia fana, tiba-tiba hanya sekedipan mata sudah berganti dunia. Ia di sana terbujur kaku. Visum dokter menyatakan bahwa ia positif meninggal dunia.

Malamnya, masih juga terkenang akan dirinya. Betapa ia yang malam sebelumnya berkumpul bersama keluarga, malam itu harus bermalam sendirian di bawah gundukan tanah basah pemakaman. Duhai, apakah yang sedang kamu alami di sana?

Peristiwa ajal datang tanpa permisi itu betul-betul mengguncang segenap keluarga dan teman dekat sang mayit. Kita yang biasa berdiskusi tentang kematian, meyakini bahwa izrail bisa datang kapan saja, ternyata masih terkejut saat ia benar-benar datang. Tanpa sakit, tanpa ada pertanda, tanpa ada pesan apa-apa, tiba-tiba ia tiada.

Saat jatuh dan mengaduh, sekian detik sebelum menghembuskan napas terakhirnya, apakah Izrail sempat memberi salam dan menyapanya? Ya, saya bersaksi bahwa sang teman adalah orang baik dan husnul khatimah. Itulah mengapa meninggalnya begitu mudah dan seolah tanpa rasa sakit sedikit juga.

Kematian yang begitu tiba-tiba, sempat membuat kalang-kabut banyak pihak. Mulai dari menghubungi pihak berwenang di kampung, menyiapkan keperluan untuk jenazah, tempat pemakaman dan sebagainya. Hingga urusan bisnis duniawi yang qadarullah saat itu masih berjalan, terlihat kebingungan pengurusannya. Kurir yang datang mau ambil barang, orang rumah yang tidak tahu tentang barang tersebut, transfer uang yang sedang berjalan, telepon dari pihak kastemer yang tak ada seorang pun paham, dan seputar itu. Keributan duniawi yang membuat diri ini merenung, semoga saat tiba gilirannya, diri ini telah siap. Hal-hal duniawi telah selesai urusannya sehingga tak meninggalkan hutang atau amanah yang belum tertunaikan. Tetapi, benarkah ada di antara manusia yang benar-benar siap menyambut izrail datang menjemput?

Sungguh, kematian adalah sebaik-baik pengingat. Melihat ajal sedemikian dekat, mengajak dan memaksa diri untuk bercermin. Bisa saja itu saya yang terbujur kaku di sana. Bisa saja sedetik kemudian, antrian itu tiba. Bisa saja tak sempat mengucap selamat tinggal pada siapa-siapa. Tiba-tiba diri ini merasa sungguh kecil. Dengan amal secuil, apa yang bisa menjadi bekal untuk perjalanan panjang setelah kematian?

Duh Allah, semoga apapun kondisinya, husnul khatimah yang menjadi akhirnya. Iman Islam tetap terjaga hingga nanti di hari perhitungan, Sang Nabi tercinta Muhammad SAW memberikan syafaatnya untuk kita sebagai umatnya. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version