View Full Version
Kamis, 28 Nov 2019

Do You Love Him?

 

Oleh:

Fayyaza Farzana L

Siswa SMP di Sidoarjo

 

KETIKA kita mengidolakan seseorang, kita pasti mencintainya, mengikuti style-nya, mengikuti gaya hidupnya, bahkan menyukai apa yang dia sukai. Kita ikut membenci apa yang dia benci, marah kalau ada yang mencelanya, menyukai bahasanya, memajang apa saja yang berkaitan dengan dia. Pertanyaannya, siapa idola kita? siapa yang sangat kita cintai saat ini?

Buat kalian yang suka K-popers, siapa yang kalian cintai? Jungkok? Kay? Jaemin? Jisung? atau yang lainnya? Seharusnya seorang muslim tidak mencintai mereka. Mereka tidak dapat membimbing kita ke surga. Lalu apa yang mereka lakukan untuk kita? Tidak ada, yang ada mereka mengambil uang dan waktu kita.

Buat kalian yang Otaku alias penggemar anime, siapa yang kalian gemari? Kirigaya kazuto? Uchiha sasuke? Edogawa conan? Todoroki shouto? Levi ackerman? Atau yang lainnya? Padahal mereka tidak nyata, hanya gambar.

Lalu siapa yang seharusnya kita cintai? Ya, dialah Rasulullah Muhammad SAW. Dia patut kita cintai dan menjadi teladan dalam hidup kita. Dalam islam, cinta kepada nabi Muhammad saw adalah sebuah keharusan. Karena itu adalah bukti keimanan seorang muslim, kalau kalian tidak mencintai nabi SAW berarti iman kalian cacat.

"Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih di cintai dari pada anaknya, orangtuanya dan seluruh manusia." itu sabda Rasulullah saw.

Bayangkan, dulu Rasulullah berjuang mati-matian, meski beliau disiksa, ditentang, dihina, dilempari kotoran dan sebagainya. Untuk apa? Untuk umatnya. Bahkan Rasulullah pernah berdoa "Ya Allah timpakan seluruh rasa sakit umatku saat menghadapi sakaratul maut, timpakan kepadaku saja ya Allah, agar umatku tidak merasakan sakit saat sakaratul maut."

Lihat, Rasulullah tidak ingin kita merasakan sakit, padahal beliau sendiri sedang menahan rasa sakit. Bahkan saat sakaratul maut yang dipikirkan adalah umatnya, "ummati...ummati..." itu yang keluar dari mulut beliau. Beliau sudah tidak memikirkan diri sendiri. Dari sini terlihat bahwa Rasulullah sangat mencintai kita.

Tapi apa yang telah kita lakukan untuk beliau? Sudahkah kita mencintai Nabi Muhammad SAW? Cinta kepadanya harus berwujud dalam kecintaan pada akidah dan syariah Islam. Siapa saja yang meremehkan syariatNya, tidak pasrah sami'na wa atho'na, berarti cintanya palsu, meski ia mengaku cinta hingga mulutnya berbusa-busa.

Apakah kita mencintai Nabi SAW dengan tulus? Jika memang cinta kita tidak palsu dan benar-benar tulus tentu kita akan taat kepada beliau. Di dalam penggalan syair Imam Syafi'i (W. 209H) dinyatakan: "Andai cintamu benar, niscaya engkau menaatinya, sungguh pecinta itu sangat taat pada yang dicinta".

Siapa yang mengaku cinta, tapi tidak taat pada syariat yang dibawa oleh Nabi, tidak menutup aurat, pacaran, mengidolakan sesembahan buatan manusia, tidak membaca shalawat untuk beliau, maka cintanya dusta.

Mencintai Rasulullah, harus terbukti dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukan mengidolakan oppa-oppa, tapi merindukan bertemu rasul di telaga kautsar. Bukan menyanyikan lagu K-pop, melainkan bershalawat atasnya. Bukan menghafal bahasa asing Jepang dan Korea, melainkan menghafalkan ayat-ayat suciNya.

Coba renungkan, akankah kita bersama Rasulullah di akhirat kelak jika kita masih terbayang-bayang dengan idola duniawi? Ingat, Rasulullah pernah bersabda "Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya". Yakin masih mau mengidolakan idola kafir yang pasti tidak masuk surga?

Cinta kepada Rasulullah adalah sebuah keharusan. Jangan sampai, cinta kita pada Rasul sebatas di bibir namun tak berbuah amal. Naudzubillahi min dzalik.Wallahu a'lam bishawab.*


latestnews

View Full Version