View Full Version
Sabtu, 18 Jan 2020

Jepang Lebih Islami daripada Muslim Sendiri, Benarkah?

 

Oleh: Erika Kartini*

 

“Jepang itu lebih Islami lho, daripada kita”.

Ucapan tersebut sering kita dengar, bukan? Wajar karena Jepang memang sebuah negara yang maju dan teratur. Tingkat kedisplinan masyarakatnya sangat tinggi. Bersih dan rapi. Selain itu mereka tepat waktu dan jujur. Meski tidak semua tapi mayoritas begitu.

Warga jepang juga sangat teliti dalam berbagai hal. Semua pekerjaan mereka detil dan terstruktur. Semua sebab-sebab yang menghantarkan kepada hasil terbaik akan dilakukan. Segala hal yang bisa meminimalisir kegagalan akan ditempuh. Mereka juga sangat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan berusaha sekuat tenaga mempersembahkan yang terbaik.

Kejujurannya juga patut diacungi jempol. Beberapa kali penulis sempat mendengar cerita dari teman tentang HP atau dompet yang tertinggal, selalu barang tersebut masih ada. Tidak hilang atau diambil orang. Pengurusan birokrasi pun simple dan mudah. Petugas melayani dengan sangat ramah dan cekatan. Memberi kemudahan serta tidak pernah menyulitkan.

Untuk urusan mengantri, mereka lebih hebat lagi. Seperti sudah ter-install dalam diri orang Jepang bahwa dimana pun berada selalu rapi dan sabar dalam mengantri. Tua, muda bahkan anak-anak sudah biasa. Sepanjang apapun antrian itu. Dalam segala hal. Antrian tiket, antrian di halte, di kafe atau restoran dan di toilet. Tidak ada yang memotong antrian. Mereka malu jika tidak tertib.

Orang Jepang juga sangat suka kebersihan. Jalanannya bersih dan rapi. Toilet umum juga bersih dan tersedia banyak. Alat-alat kebersihan dengan berbagai macam model dan ukuran tersedia di toko-toko. Rumah-rumah, halaman, taman serta sekolah senantiasa dibersihkan. Bahkan anak-anak sekolah dasar setiap hari kerja bakti untuk membersihkan sekolah. Mulai dari menyapu, mengepel, mengelap kaca dan membersihkan toilet. Tidak ada cleaning service. Guru dan murid wajib bersama-sama menjaga kebersihan.

Namun apakah benar bahwa Jepang lebih Islami dari kita yang asli beragama Islam? Lalu kemudian ada yang menyimpulkan bahwa kita tidak perlu Islam untuk menjadi baik. Atau menjadi orang Jepang saja sudah cukup. Tidak perlu susah-susah taat beragama saja mereka sudah bagus dan displin. Benarkah begitu?

Jepang adalah negara maju yang sudah bangkit puluhan tahun lalu. Mereka sudah lebih dulu berbenah dan membangun negaranya daripada negara kita. Mereka bangkit dengan ideologi kapitalisme yang diadopsi dari Barat. Kedisiplinan, tepat waktu, kebersihan serta kejujuran sangat dibutuhkan jika ingin menjadi negara maju. Di negara mana pun itu, baik beragama atau tidak. Karena masyarakat yang malas tidak akan pernah bisa mengubah kehidupannya.

Sebenarnya,  jika kaum muslim melaksanakan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah pasti akan displin seperti warga Jepang. Bahkan lebih lagi. Ketika Islam diterapkan sebagai aturan kehidupan dalam sebuah institusi maka kehebatannya akan melebihi Jepang atau negara manapun. Fakta sejarah sudah banyak membuktikan. Bagaimana Khilafah Islam berhasil membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Melahirkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan. Juga ilmuwan-ilmuwan yang menginspirasi warga dunia.

Islam telah mengajarkan kejujuran, bahkan lebih hebat dari orang Jepang. Karena yang mengawasi bukan kamera CCTV atau atasan tetapi malaikat serta Allah Swt. Umat Muslim seharusnya senantiasa jujur meski godaan datang karena ada malaikat yang mencatat. Hisabnya amat pedih jika berlaku curang. Api neraka yang menyala-nyala siap menyambar siapa saja yang melakukan dosa.

Dalam hal kebersihan, Islam juga tidak kalah hebat. Sesuatu yang kelihatan bersih namun ternyata najis maka tidak boleh kita sentuh atau pakai. Bahkan ada yang harus dicuci tujuh kali dimana salah satunya dengan tanah jika terkena najis mugholadzoh. Sangat bersih bukan? Sementara kebiasaan orang Jepang adalah tanpa air. Mereka terbiasa dengan toilet kering. Setelah buang air kecil atau besar dibersihkan dengan tisu saja. Mandi pun hanya sekali sehari.

Kedisiplinan juga dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Bagaimana Beliau Saw mengatur aktivitas keseharian sehingga terbentuk pola. Rasulullah Saw tidur setelah Isya dan tidak begadang. Sehingga bisa bangun sebelum subuh. Mandi kemudian shalat tahajud dan dilanjutkan shalat subuh. Setelah subuh disarankan untuk tidak tidur lagi tetapi diisi dengan kegiatan yang bermanfaat seperti belajar atau menghafal Al Quran. Selepas waktu duha, baru kemudian keluar untuk bekerja atau menuntut ilmu.

Rasulullah Saw. juga mengajarkan untuk shalat wajib tepat waktu lima kali sehari. Kemudian ketika membuat akad jam pertemuan, beliau selalu menepati. Bahkan Beliau Saw. datang lebih awal dari waktu yang disepakati. Seorang muslim yang sering terlambat dan tidak menepati janji bisa terjatuh kepada kemunafikan. Karena salah satu ciri orang munafik adalah jika berjanji ia tidak menepati. Tepat waktu bukan karena materi sehingga jika terlambat akan mengalami kerugiaan atau merugikan orang lain tetapi karena perintah Allah semata.

Seorang muslim punya alarm sendiri yaitu alarm keimanan. Alarm tersebut juga akan terinstall dengan alami ketika menjadikan aqidah islam sebagai pondasi kehidupan. Aqidah ini ketika dijadikan sebagai landasan ideologi, kemudian diterapkan dalam institusi akan mewujudkan sebuah negara islam yang luar biasa. Negara tersebut adalah Daulah Khilafah Islamiyyah.

Sejarah telah menggambarkan bagaimana Khilafah selama lebih dari 100 abad telah menjadi negara adi daya. Kemajuan ilmu pengetahuan juga terjadi. Khilafah telah membebaskan bangsa-bangsa dari belenggu kafir penjajah. Memanusiakan manusia. Pada saat itu terciptalah kehidupan yang penuh rahmat. Umat Islam sebagai ummat yang terbaik muncul menjadi cahaya bagi dunia. Menyinari kehidupan dengan keluhuran kepribadiannya.

Ummat Islam hanya butuh penerapan hukum syara secara kaffah dalam bingkai khilafah. Ummat tidak butuh kemajuan negara maju yang sebenarnya semu. Ummat Islam butuh Khilafah untuk menjadi ummat yang hebat. Dengan adanya Khalifah, ummat Islam akan memiliki pelindung. Tidak akan menjadi hina atau diperalat bangsa lain. Ummat Islam akan bangkit dengan kebangkitan yang sebenarnya. Ummat akan maju dengan kemajuan hakiki bukan kemajuan yang semu. Setelah semua pemaparan ini, masihkah kita menganggap Jepang lebih islami daripada Muslim sendiri? Waallahu a’lam bisshowwab. (rf/voa-islam.com)

*Penulis saat ini tinggal di Gifu, Japan

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version