View Full Version
Ahad, 23 Feb 2020

Ucapan Salam Keselamatan, Ada yang Alergi?

 

Oleh : Fatimah Azzahra, S. Pd

Assalamu'alaikum

Apa kabar saudaraku sekalian

Daku mendoakan kamu selamat sejahtera

Assalamu'alaikum

Dari hati yg ikhlas kami mengharapkan

Agar sekalian insan mendapat hidayah

(Assalamu'alaikum - Raihan)

Salam adalah doa. Mendoakan keselamatan, kesejahteraan bagi sesama, limpahan rahmat dan berkah dari Allah untuk yang mendengarnya. Melantunkannya memang masuk sunah tapi menjawabnya menjadi wajib.

Masyaallah. Dalam Islam, urusan salam pun diatur. Artinya pun mendalam dan berkaitan dengan keimanan. Karena salam itu menyapa yang lain dengan doa kepada Allah. Bukankah diri sewajarnya merasa bahagia kala ada orang yang mendoakan keselamatan, limpahan Rahmat dan berkah dari Allah untuk kita? Oleh karena itu, saling mengucapkan salam pun bisa menumbuhkan rasa kasih dan sayang antar sesama.

Lantas, apa jadinya jika salam ini diganti dengan salam yang lain. Sebagaimana yang ramai diperbincangkan beberapa hari ini bahwa ketua Badan  Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ingin membuat salam yang bisa disepakati oleh nasional, bukan tergantung agama. Dengan contoh, salam pancasila.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Mohammad Siddik menanggapi, "Kalau salam Pancasila itu nggak dapat pahala. Sudah lain kan karena nggak ada artinya. Jadi berbeda sekali dengan 'Assalamu'alaikum' yang itu adalah ajaran agama dan tanda daripada orang Islam."

Sedih, betapa alerginya muslim terhadap salam sekalipun. Ingin dianggap nasionalis, ingin dianggap Pancasiliais, mereka rela mengganti salam. Dan netizen membuktikan keanehan yang terjadi kalau salam benar-benar diganti dengan banyaknya meme dan video yang beredar di media sosial. Bukankah ini bukti, jauhnya Islam bahkan dari pemeluknya sendiri. Ini pun jadi salah satu bukti, betapa pemangku jabatan memiliki tanggung jawab besar setelah memutuskan kebijakan. Kalau kebijakannya mengajak pada amal sholeh, maka ia ikut dapat pahala. Sebaliknya, jika justru kebijakannya membuat orang beramal salah, maka dosa jariyah baginya. Na'udzubillah.

Sejatinya, kita ini hanya hamba. Hidup di dunia pun karena rahmat Allah swt., mengemban tugas untuk beribadah padaNya. Dan saat mati, kita pun akan kembali kepadaNya. Apalah yang mau dicari dari dunia ini? Apalah yang mau dikata kalau Allah sudah memanggil kita? Mari segera bertaubat, istighfar banyak-banyak. Segera kembali pada Allah, Sang Pencipta Alam Semesta beserta seluruh isinya. Ambil semua aturanNya, laksanakan dengan ikhlas juga riang gembira, dan sadar bahwa ini dalam rangka beribadah kepadaNya.

Tak mudah memang mendekat pada agama secara kaffah di zaman sekarang. Oleh karena itu, kita butuh mengkajinya dan  lingkungan yang sefrekuensi. Kita butuh pembimbing dan teman seperjuangan yang akan menguatkan. Mari, cari segera, cari tempat mengaji, cari sahabat karena Allah, cari guru yang akan membimbing mendekat padaNya. Semoga kita terhindar dari jeratan dunia yang fana dengan segala kebijakan yang mengada-ada. Wallahu'alam bish shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version