View Full Version
Kamis, 26 Mar 2020

Corona Mewabah, Dimana Peran Negara?

 

Oleh : Siti Komariah

Saat ini siapa yang tidak mengenal corona atau covid 19. Makhluk munggil tak kasat mata itu kini telah menguasai dunia. Hampir seluruh manusia gentar dibuatnya. Dia menyerang seluruh dunia dan menyebabkan puluhan ribu manusia tewas karenanya.

Corona Virus atau Covid 19 mulai awal kemunculannya memang menjadi momok menakutkan bagi seluruh dunia, tanpa terkecuali Indonesia. Semakin hari jumlah terinfeksi virus tersebut semakin bertambah. Begitu pula dengan Indonesia. Kurang dari satu bulan, jumlah terinfeksi virus corona meningkat tajam.

Sungguh sangat menakutkan covid 19 tersebut. Namun, di tengah kemelut keresahan masyarakat terhadap covid 19, pemerintah justru belum mengambil langkah lockdown (menguncian diri). Negara hanya menghimbau kepada masyarakat untuk social distancing.  

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan tidak akan mengambil langkah lockdown di tengah penyebaran virus Corona (COVID-19) yang semakin masif. Hal itu disampaikan oleh Kepala BNPB sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo. Doni menyatakan Jokowi telah memberikan interuksi kepada dirinya untuk tidak tidak mengambil langkah lockdown. Menurutnya, pernyataan itu sudah menjadi keputusan pemerintah Indonesia.

"Sekali lagi saya tegaskan, pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi yang juga telah memberikan interuksi kepada kepala gugus tugas tidak akan ada lockdown," ujar Doni seperti dilihat detikcom dalam unggahan video di akun Twitter Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Agus Wibowo, Minggu (22/3/2020).

Negara pun seakan lepas tanggan terhadap penanganan corona atau covid19 ini. Dimana negara menyerahkan urusan tersebut kepada pemerintah daerah masing-masing. Sehingga penanganan pemerintah daerah jelas berbeda-beda sesuai dengan kondisi daerahnya sendiri. Dan jelas hal tersebut juga berbeda jika pemerintah pusat yang terjun langsung dalam mengambil kebijakan penanganan covid 19. Menerapkan sistem lockdown untuk menghentikan wabah ini. Namun apalah daya, itu hanyalah anggan-anggan belaka. Alhasil social distancing tidak bisa dilakukan dengan sempurna. Yang terjadi, korban semakin bertambah banyak.

Di lain sisi, banyak warga yang tak ingin kehilangan nyawa dengan percuma, akibat virus corona. Mereka berupaya melockdown diri dan keluarganya. Namun, apalah daya ekonomi atau kebutuhan perut juga harus senantiasa terpenuhi, sedang penguasa abai terhadap semua itu. Sehingga tak heran jika masih banyak orang-orang yang berkeliaran di luar hanya sekedar mencari nafkah demi keluarganya.

Tak hanya itu, para tenaga medis pun saat ini mulai kehabisan stok Alat Pelindung Diri (APD), mulai dari masker hingga pakaian untuk merawat pasien covid 19. Padahal, APD sangat diperlukan dalam kasus ini. Mengigat penularan virus corona tak bisa diangap remeh.

Sungguh ironis. Mungkinkah nyawa manusia dalam sistem kapitalis liberal tiada harganya. Hingga pemerintah senan tiasa berhitung untung rugi terhadap penanganan kasus sedarurat ini, bahkan telah mengancam nyawa rakyatnya.

Hal ini semakin membuktikan bahwa sistem pemerintah kapitalis yang diemban negara saat ini telah gagal menjamin keselamatan jiwa rakyatnya, bahkan mereka secara terang-terangan mengabaikan jiwa para rakyatnya.

Hal ini sangat berbeda jelas dengan sistem kekhilafahan. Dimana para pemimpin dalam Islam benar-benar memprioritaskan urusan rakyatnya. Satu nyawa sangat dijaga oleh khalifah. Tak hanya rakyat muslim, namun rakyat non muslim yang menjadi warga daulah Islam pun turut dijaga dan dijamin.

Seyogianya, wabah seperti covid 19 sebenarnya pernah terjadi pada masa kejayaan silam. Dimana pada masa khalifah Umar bin Al-Khattab. Pada masa kepemimpinan khalifah umar, masyarakat Syam diserang oleh wabah Thaun, yang mana wabah tersebut sangatlah berbahaya dan sangatlah menakutkan. Terdengar cerita tentang wabah tersebut. Pagi hari terjangkit, malam meninggal dunia.

Saat itu khalifah Umar pun memerintahkan rakyatnya untuk tidak mendekati wabah tersebut, dan orang yang berada di sekitar wabah harus menggisolasi diri mereka agar wabah tak menyebar keluar. Hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah ""Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya." (HR. Bukhari & Muslim)

Namun, sembari khalifah Umar melakukan lockdown/isolasi terhadap wilayah yang terkena wabah, Beliau juga mencari solusi cara menghentikan wabah di wilayah Syam tersebut. Beliau mengumpulkan para sahabat-sahabatnya dan berdiskusi mencari jalan keluar. Sehingga dengan diskusi tersebut seorang sahabat Beliau Amr bin Al-Ash mampu menyelesaikan dan menghentikan wabah tersebut. Yach Amr bin Al-Ash memang merupakan sahabat Nabi yang terkenal dengan kepandaiannya. Ibarat perumpamaan "Dimana dia berpijak, di situlah dia layak menjadi pemimimpin."

Tak hanya itu, di saat khalifah Umar menyerukan lockdown kepada rakyat di wilayah Syam. Dia pun menjamin ketersediaan pangan/kebutuhan bagi rakyat tersebut. Sehingga rakyat yang dilockdown tak perlu keluar dari wilayahnya guna mencari naskah untuk memenuhi kebutuhan perut. Sehingga, dengan dorongan keimanan kepad Allah dan kecerdasan para pemimpin pada masa kejayaan Islam silam terhadap wabah yang menimpa mereka. Wabah dapat dihentikan.

Sehingga, sudah selayaknya pemimpin saat ini mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan khalifah Umar bin Al-Khattab agar wabah tak menyebar luas dan memakan korban lebih banyak. Wallahu A'alam Bisshawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version