View Full Version
Jum'at, 24 Jul 2020

Gampang Bunuh Diri, Sisi Kelam Kapitalisme

 

Oleh: Ummu Naira  

Aktor asal Jepang, Haruma Miura (30) ditemukan tidak sadarkan diri di kediamannya, di salah satu apartemen kawasan Minato, Tokyo, Sabtu (18/7/2020). Menurut Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo, Miura meninggal karena bunuh diri. Miura sudah meniti karier sejak usia 7 tahun melalui drama berjudul Agri yang diproduksi stasiun televisi NHK. Kariernya berlanjut dengan beberapa peran besar seperti di film Koizora (2007) dan Kimi ni Todoke (2010). Selain menjadi aktor, Miura juga diketahui merupakan anggota grup J-pop, Brash Brat.

Film Koizora (2007) membuatnya memenangkan Academy Awards Jepang untuk Aktor Baru Terbaik, dan film Eien no 0 (2013), juga membawanya kembali memenangi Academy Awards Jepang sebagai Aktor Pendukung Terbaik. Miura dijadwalkan tampil untuk drama spesial Taiyouko yang akan disiarkan di NHK bulan depan. Dia juga akan menghadiri konferensi pers di NHK Hiroshima Broadcasting Station pada 8 Agustus (kompas.com, 18/07/2020).

Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh aktor atau artis ternama bukan lagi sesuatu yang mengejutkan, seperti yang terjadi pada Whitney Houston. Ia dijuluki “The Voice” karena memiliki jangkauan suara lima oktaf serta bersuara indah dan kuat. 415 penghargaan diraihnya dan lebih dari 170 juta albumnya laris manis di pasaran. Namun apa yang kemudian terjadi? Suaminya, Bobby Brown, melakukan KDRT terhadapnya. Ia dan anaknya dijerumuskan suaminya menjadi pengguna narkotik, kokain dan ganja. Ia lalu bercerai. Penyanyi pop legendaris tersebut akhirnya meregang nyawa di kamar sebuah hotel Beverly Hills (12/02/2012).

Ada lagi kasus bunuh diri yang juga menggemparkan dunia. Adalah Christina Onassis, pewaris tunggal pengusaha Yunani, orang terkaya di dunia pada masanya yaitu Aristoteles Onassis. Deposito, saham, koleksi seni, real estate, danau, pulau pribadi, perusahaan penerbangan, armada laut serta kapal-kapal pesiar mewah menjadi miliknya. Tetapi apa yang terjadi? Ia ditemukan tewas bunuh diri (1988) meninggalkan seorang anak perempuan berusia tiga tahun.

Apa Penyebab Gampang Bunuh Diri?

Bunuh diri yang dilakukan Miura, Whitney Houston dan Christina Onassis terjadi saat mereka bahkan sedang berada di puncak karirnya. Kaya raya. Dunia ada di genggaman mereka. Kok bunuh diri? Bukankah harusnya mereka menjadi manusia paling bahagia karena memiliki harta berlimpah dan ketenaran?  Sebenarnya apa penyebab hal ini bisa terjadi?

Kisah hidup tiga orang ini mengajarkan kepada kita bahwa materi bukanlah penentu kebahagiaan. Uang (materi) itu kita perlukan dalam hidup ini, tapi uang bukan segalanya. Orang-orang yang menjadikan materi (money) sebagai standar kebahagiaan disebut orang-orang kapitalis.

Dalam bahasa Arab, kapitalisme dinamakan ra’sumalliyun (ra’sun = kepala, mall = harta, uang). Sebuah paham yang menjadikan materi sebagai puncak tujuan hidup. Standar kebahagiaanya adalah jika memiliki materi berlimpah. Pemikirannya berorientasi pada uang, uang dan uang. Menurut mereka, orang yang miskin harta adalah orang yang menderita.

Parahnya, orang-orang yang berpemahaman kapitalis akan melakukan apa pun asalkan tujuannya tercapai. Tak peduli halal-haram. Tak peduli orang lain terdzolimi atau tidak. Bagaimana jika kemudian ambisi dan keinginannya tak tercapai? Bunuh diri menjadi solusi instan bagi mereka untuk mengakhiri kepedihan hidup. Karena mereka beranggapan bahwa ketika mati maka semua masalah akan selesai. Mereka tak percaya akan kehidupan sesudah dunia yaitu akhirat.

Gampang Bunuh Diri, Sisi Kelam Kapitalisme-Sekular

Betapa menyedihkan kehidupan orang-orang yang mudah melakukan bunuh diri karena kebuntuan menyelesaikan masalah. Ideologi kapitalisme yang berasaskan sekular (memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat) membuat manusia tidak berpikir panjang tentang akhirat. Begitulah sekularisme, kalau ada masalah ya mati saja (baca: bunuh diri). Selesai semua urusan. Fokus mereka hanya untuk dunia. Kesenangan, kemewahan, ketenaran menjadi simbol kesuksesan dan kebahagiaan. Padahal faktanya, itu semua tak menjamin seseorang hidup bahagia.

Kasus bunuh diri yang menimpa orang-orang terkenal dan berharta banyak ini membuka tabir kelamnya kapitalisme-sekular. Dibalik gemerlap keartisan dan kenikmatan duniawi lainnya, kapitalisme-sekular justru bisa membuat manusianya tertekan karena tuntutan karir, harus sempurna, menjadi mudah putus asa, tidak berpikir panjang bahkan bunuh diri lantaran sering dibully oleh para haters, dan sejenisnya.

Bagaimana dengan Islam? Agama kita mengajarkan untuk senantiasa bersabar dan bersyukur dalam setiap keadaan, seperti dua sisi mata uang. Bersabar terhadap ujian dan cobaan. Bersyukur terhadap segala nikmat. Dua-duanya memiliki keistimewaan.

Allah Swt berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (Q.S. AL Baqarah ayat 153).

Sehingga seberat apapun ujian yang menimpa, Islam mengajarkan untuk bertahan, bersabar dan tidak mudah putus asa dari rahmat dan pertolongan Allah Swt.

Allah Swt berfirman:  "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (Q.S. az-Zumar: 53- 54).

Dan Islam memandang bunuh diri adalah perbuatan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa: 29-30).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan diazab dengan itu di hari kiamat” (HR. Bukhari no. 6105, Muslim no. 110).

Demikianlah Islam yang memiliki konsep ajaran yang sempurna dan apik, menjaga nyawa manusia dan keberlangsungan hidup. Islam sangat bertolak belakang dengan kapitalisme-sekular karena Islam lah satu-satunya agama sekaligus ideologi (pandangan hidup) yang sesuai dengan fitrah manusia. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version