View Full Version
Kamis, 05 Nov 2020

Good to Great, Karena Menjadi Baik Belum Cukup

 

Oleh: Khamsiyatil Fajriyah

Good to Great adalah sebuah judul buku best seller yang ditulis oleh Jim Collins. Buku ini sedang dibahas dalam grup whatsapp literasi pecinta buku Klubuku dalam program 'One Week One Book', di bawah bimbingan Yudha Pedyanto. Di buku ini, meskipun contoh yang disajikan adalah perusahaan-perusahaan besar,  kita bisa mengambil beberapa pelajaran darinya.

Good to Great. Good adalah musuh Great, menjadi baik adalah lawan dari menjadi hebat. Bila ingin menjadi lebih baik yang berkesinambungan, ada beberapa hal yang harus kita tempuh. Di buku yang terbit tahun 2001 ini, untuk kemajuan yang berkesinambungan dicontohkan Walgreen, sebuah perusahaan di bidang farmasi, harus menempuh waktu 30 tahun. 15 tahun untuk waktu proses menuju great dan 15 tahun untuk hasil yang didapat dengan menanjaknya grafik pendapatan pertahunnya.

Di konsep kehidupan kita sebagai seorang muslim, kondisi yang sama dengan hari kemarin adalah kondisi merugi. Jadi, Istiqomah memupuk segala kebaikan hari demi hari untuk dirinya dan kehidupan berjamaah atau berorganisasi adalah jalan menuju hebat.

Untuk memudahkan itu semua, kita bisa melihat langkah yang disajikan dalam buku Good to Great ini. Ada 3 disiplin yang harus dilakukan agar kita menjadi hebat.

Yang pertama adalah Disciplined People, manusia yang disiplin. Manusialah yang memegang peranan penting ketika ingin menjadi hebat. Baik untuk individu, juga untuk sebuah organisasi. Karena pada hakikatnya setiap pribadi kita adalah pemimpin.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berada di level 5, dengan sikap rendah hati dan profesional. Dia akan bersungguh-sungguh melaksanakan amanahnya, membawa diri dan organisasinya berjalan menuju hebat. Pemimpin seperti ini, bukan ujub dengan menepuk dada ketika meraih keberhasilan, dan sibuk mencari kambing hitam ketika tertimpa cobaan. Pemimpin yang akan membawa ke jalan hebat adalah bersyukur ketika berhasil dan segera muhasabah bila ada masalah yang menimpa.

Who first then What, manusialah yang seharusnya memegang peranan penting ketika visi misi telah ditentukan. Sehebat apapun visi misi yang telah ditetapkan, tetap butuh kesiapan manusia, keseriusan untuk mengembannya.

Disciplined thought atau Disiplin dalam pemikiran adalah hal kedua untuk menuju hebat. Seseorang harus memiliki pemikiran untuk selalu siap menghadapi situasi apapun, sekacau apapun kondisinya. Confront the brute facts, bahasa lain dari kesiapan menghadapi takdir. Menghadapi segala sesuatunya dengan tawakal, bukan berarti tak ada usaha yang dilakukan. Karena ketawakalan dalam segala hal, manusia  memiliki kekuatan dan keyakinan menyelesaikan semua masalah, serumit apapun masalah itu.

Menjalani hedgehod concept, belajar dari konsep kehidupan yang dilakoni landak, bukan belajar dari konsep rubah. Dengan kemampuan dan passion yang dimiliki disertai potensi menghasilkan pahala ataupun materi, kita hanya membutuhkan ketekunan melakukan sesuatu untuk mencapai keberhasilan.

Hal ketiga yang harus kita tempuh adalah disiplin dalam perbuatan atau Disciplined actions. Membangun budaya disiplin yang diiringi dengan kreativitas.  Menjalani aktivitas agar sesuai target, tentu harus sesuai dengan pakem atau aturan tertentu, bukan karena takut kepada pimpinan. Seorang muslim seharusnya memiliki budaya disiplin yang tinggi, karena kewajibannya terikat pada hukum Syara' bukan karena penilaian manusia, tetapi karena berharap ridlo Allah SWT.

Adapun teknologi, dia berfungsi sebagai akselarator keberhasilan, mempercepat laju keberhasilan. Teknologi tanpa manusia yang bervisi misi dengan pemikiran yang selalu siap melakukan kemajuan, tak akan berfungsi apa-apa. Dia akan tergilas jaman, digantikan oleh teknologi yang lebih mutakhir.

Semua langkah di atas, layaknya memutar sebuah roda flywheel, akan membutuhkan daya upaya dan perhatian kita untuk menggerakkannya. Bila kita berhasil 'memutarnya' meskipun berat di awalnya dan harus berulang-ulang, roda ini akan menyimpan tenaga untuk terus berputar setelahnya. Dan jangan pernah putus asa bila menghadapi masalah.  Karena keputus asaan akan menciptakan daur kekecewaan dan keputusasaan yang baru. Dan terus akan berputar seperti itu.

Semoga kita semua mampu menapaki jalan ini, jalan Good to Great, menjadi hebat sampai akhir hidup kita. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat Al Hasyr ayat 18

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلۡتَـنۡظُرۡ نَـفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ‌ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version