View Full Version
Jum'at, 18 Dec 2020

Ghazwul Fikri: Gak Sakit, Gak Berdarah

 

Emang ghazwul fikri itu apaan sih? Dari namanya aja, perang pemikiran itu kita lagi perang tapi yang perang adalah pemikiran, bukan tubuh kita.

Oleh:

Keni Rahayu || Founder Kajian Online Mini SWI

 

"Sakitnya tuh di sini." Eit jangan pada nyanyi yah. Baca dulu deh. Emang di mana sakitnya? Bukan di dalam hati, gaes. Di sini nih, di sini. Di alam akhirat. Lah kok bisa? Dibilang baca dulu. 

Berasa gak sih kalau kita sekarang lagi perang? Iya, perang. Perang pemikiran. Bahasa kerennya tuh, ghazwul fikri. Coba, kita tes ya. Kita udah diserang perang ini atau belum. Jawab di antara dua pilihan ini mana yang kamu banget. 

Pilih mana, belanja 12.12 atau infaq? Pilih mana main bareng atau kajian bareng? Pilih mana temen yang apa adanya atau temen religius? Pilih mana nonton drakor tepat waktu atau sholat tepat waktu? Terakhir deh, pilih mana galauin masa depan atau galauin masalah umat? Hayo loh.

Kalau jawaban kita banyak di pilihan pertama, bisa jadi kita udah jadi korban perang ini gaeees. Kok bisa. Bisa banget. Karena bisa jadi kita udah kena virus liberalisme dan kapitalisme. 

Emang ghazwul fikri itu apaan sih? Dari namanya aja, perang pemikiran itu kita lagi perang tapi yang perang adalah pemikiran, bukan tubuh kita. Ide-ide Barat, budaya liberal dan konsumerisme dijejali ke pemuda muslim termasuk Indonesia. Nah, kalau kita udah berpikir ala Barat, standar hidup dan perbuatan kita sesuai dengan stigma orang Barat, bisa jadi kita udah jadi korban perang ini loh. 

Bahaya gak sih? Bahaya banget lah. Perang ini tuh gak sakit guys (untuk sekarang). Tapi sakitnya nanti di akhirat. Gak berdarah juga. Jadi gak berasa sama sekali kalau kita lagi diserang. Karena serangannya nikmat banget, pelan-pelan generasi muslim disusupi dari fun, food, fashion, film. 

Kita disuguhkan berbagai macam tontonan, influencer dengan berbagai produk tawarannya sehingga kita terhipnotis dengan mereka. Perlahan demi perlahan ingin menyerupai, meniru gaya hidup mereka. Sampai gak sadar, kalau gak sedikit gaya hidup yang mereka suguhkan itu ternyata bertentangan dengan Islam kita.

Siapa sih yang gak seneng nonton? Jauh lebih praktis dibandingkan membaca, ya kan? Siapa yang gak suka sama makanan enak? Kalau lidah bisa menikmati, kenapa pilih yang gak enak, ya kan? Siapa yang gak suka having fun? Sibuk daring bikin sumpek, fun emang solusi banget ngilangin suntuk. 

Nah, musuh Islam tau banget nih guys kondisi ini. Kalau mereka serang pakai senjata kemungkinan mereka menang kecil. Modalnya juga gede. Makanya, mereka serang kaum muslim dengan ide. Ya ide itu namanya liberalisme (ide kebebasan) dan sekularisme (misahin agama dari kehidupan). Gak berasa kan kita lagi perang? Nah itu, ayo muhasabah.

 

Back to Muslim Identity

Kalau udah sadar kita lagi diserang, ditambah kita udah sadar kalau kita korbannya, apa dong yang harus kita lakukan? 

Lawan ide dengan ide. Satu-satunya musuh kegelapan adalah cahaya. Ya, ialah cahaya Islam. Sebuah risalah yang dibawa kekasih kita tercinta, nabi Muhammad saw. Untuk menerangi umat akhir zaman. Kita bangun lagi jati diri kita sebagai muslim. Caranya? Mengkaji Islam kaffah, agar "senjata perang" kita tiada terkalah.

Ajak teman sebanyak-banyaknya mengkaji Islam. Agar Islam bangkit lagi jadi peradaban agung dan melawan Barat dengan lebih fair. Negara lawan negara. Wallahu a'lam bishawab.*


latestnews

View Full Version