View Full Version
Jum'at, 26 Mar 2021

'Monster' Bernama Mental Block, Begini Cara Melawannya!

 

Oleh: Fina Fatimah

Mendengar kata monster, apa yang terlintas dalam benak kita? Sesosok mahluk dengan rupa yang mengerikan dan berperangai jahat? Hiii.. serem tentunya. Bukan, bukan itu. Kata ‘monster’ sendiri di sini kita definisikan sebagai sebuah musuh besar dalam diri yang harus kita lawan sebisa mungkin, karena musuh tak berwujud tersebut bisa jadi penghalang untuk diri kita menjadi lebih baik. Marilah kita sebut monster tersebut dengan istilah ‘Mental Block’.

Tak kenal maka tak tahu. Betul bukan? Untuk itu, maka terlebih dahulu kita harus berkenalan dengan istilah ‘Mental Block’ ini. Mungkin sebagian dari kita ada yang sudah paham betul apa itu mental block. Bagi yang masih asing dengan istilah ini, dilansir dari hellosehat.com mental block adalah kondisi saat otak melakukan penolakan terhadap pikiran atau ingatan tertentu, dan kita tidak bisa mengendalikannya. Artinya saat hal ini terjadi, kita tidak dapat berpikir dengan baik seperti biasanya. Singkatnya seperti ‘terblokirnya pikiran dan tubuh dalam meraih tujuan’. Dan tidak hanya pikiran saja loh yang dapat terblokir, bahkan aktivitas yang biasa kita lakukan juga bisa terblokir. Bukan hanya sekadar ‘mager’, lebih dari itu penderitanya kebingungan untuk mengatasi hal ini. Benar-benar mengganggu ya? sudah seperti monster belum?

Biasanya orang yang sedang dalam kondisi mental block akan sering merasakan tertekan, tidak bergairah hidup, dan mudah tersinggung. Atau istilah gaulnya mah lebih mudah ke-trigger. Untuk penyebabnya sendiri, mungkin tiap individu berbeda-beda. Ada yang timbul akibat peristiwa traumatis, pola hidup yang tidak sehat, pengaruh lingkungan, kebiasaan menunda-nunda, dan sebagainya.

Sebagai seorang muslim, tentu saja kita tidak boleh membiarkan kondisi tersebut terus berkembang dalam diri. Hal tersebut dapat menimbun potensi-potensi baik yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Q.S. Al-Imran ayat 110 bahwa kita orang yang beriman adalah umat terbaik yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Jika umat terbaik yang Allah amanahkan dakwah islam memiliki mental block tentunya akan sangat menghambat kemajuan.

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (Q.S. Al-Imran: 139)

Mari kita menelusuri kembali jejak Rasulullah dan para sahabat dahulu. Ayat diatas turun sebagai motivasi kepada kaum muslimin setelah mengalami kekalahan dalam perang Uhud yang menyebabkan kaum muslimin mendapatkan penderitaan dan pukulan yang cukup pahit. Agar kesedihan yang dirasakan kaum muslimin tidak berkepanjangan. Karena kalah dan menang dalam perang adalah hal yang biasa, cukuplah hal itu dijadikan pelajaran. Sebenarnya kaum muslimin memiliki mental yang sangat kuat jika ia benar-benar beriman.

Waduh.. jika saat itu kaum muslimin menjadikan kondisi traumatis tersebut sebagai mental block untuk tidak bangkit dalam keterpurukan, tentunya islam tak akan tersebar seperti sekarang ini. Dakwah akan terhenti dan umat menjadi sangat lemah bahkan hancur. Namun umat islam yang benar-benar beriman akan terus bangkit dari keterpurukannya dan sama sekali tak menyalahkan kondisi karena hal tersebut merupakan sunatullah.

Lalu bagaimana dengan kita sebagai kaum muslimin zaman now dengan kondisi dan masalah yang berbeda dengan umat islam terdahulu?

Meski jaman semakin canggih, dan kita tidak sedang berada di wilayah peperangan, namun sejatinya peperangan tersebut tetaplah terjadi dan tanpa kita sadari. Yap.. Perang pemikiran. Pemikiran umat islam saat ini sedang gencar diperangi oleh paham-paham asing yang tidak sejalan dengan paham islam itu sendiri. Tak heran mengapa banyak sekali dari kita yang terjangkit penyakit-penyakit mental seperti mental block dan saudara-saudaranya.

Kita disuguhi dengan tontonan-tontonan yang dapat melenakan dan menarik hawa nafsu kita sehingga kita lalai dalam melakukan kegiatan wajib dan produktif. Belum lagi makanan-makanan yang diragukan kehalalan dan ke-thayyib-an nya yang dapat merusak pola hidup kita. Dan banyak lingkungan atau pertemanan yang toxic dan menjerumuskan kepada kebathilan. Sesungguhnya hal tersebut timbul karena sistem sekuler yang tidak menginginkan agama disebut-sebut dalam kehidupan. Sehingga kita tidak memiliki filter yang tepat untuk menyaring berbagai macam informasi yang diterima otak kita.

Nah, tips untuk mengatasi monster ini yang pertama adalah mengidentifikasi jenis monster yang mengganggu kita. Misalnya, kita ketahui monster kita adalah para oppa-oppa berparas rupawan yang tak mampu hilang dari ingatan. Yap.. yang paling pertama adalah mengenali bahwa hal tersebut merupakan monster bagi kita, jika kita tidak menyadari bahwa hal tersebut tidak baik untuk diri kita maka monster tersebut akan terus bersembunyi dalam diri kita atau dalam hati kita. Dan hal tersebut akan lebih susah dilawan dan dicari solusinya karena kita sendiri tidak sadar akan masalahnya.

Untuk mengetahui bahwa hal itu adalah masalah maka perlu kita ambil standar yang benar. Kita ambil standar hukum syara sebagai hukum tertinggi bagi umat islam. Apakah hal tersebut membuat kita semakin mendekat kepada Allah? atau malah melalaikan kita dan membuat potensi baik kita tertimbun? jika jawabannya yang kedua berarti fix kita identifikasi hal tersebut sebagai suatu masalah atau monster dalam diri kita.

Tips yang kedua, kita lawan monster tersebut. Seperti dalam film-film maupun drama tentang monster, tentu tak akan mudah mengalahkannya. Akan butuh banyak perjuangan dan pengorbanan yang harus kita lakukan untuk memeranginya. Belum lagi, ada kalanya monster yang sudah kita kalahkan muncul kembali. Tentu hal ini memerlukan momentum yang tidaklah singkat.

Hal ini berkaitan dengan teori habits atau kebiasaan. Monster yang sudah lama berada dalam diri kita menjadikannya sebuah kebiasaan buruk yang sulit untuk dihancurkan.Jika kita sulit menghilangkan kebiasaan buruk kita, maka solusinya adalah membentuk kebiasaan baru yang baik dengan pola yang serupa. Misalnya, saat kita kecanduan menonton film yang melalaikan, kita bisa mengubah atau menggantinya dengan pola yang serupa. Seperti mengganti film dengan kajian-kajian islam.

Untuk membentuk kebiasaan baru tersebut diperlukan komitmen yang sungguh-sungguh. Jangan terlalu banyak berpikir, tapi mulailah dengan niat yang tepat. Setelah memulai, langkah selanjutnya adalah mengulang. Terus-menerus dan insyaAllah kita bisa menaklukan monster kita.

Dan tips yang terakhir, hindari segala pemicu yang dapat memunculkan kembali atau membentuk monster baru dalam diri kita. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dan carilah lingkungan yang mendukung terhadap segala potensi baik kita. Wallahu A'lam bi Ash-shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 

 


latestnews

View Full Version