View Full Version
Jum'at, 02 Apr 2021

April Mop Bukan Sekadar Lelucon, Ada Apakah Gerangan?

 

Oleh: Fitri Suryani

Tanggal 1 April biasa disebut April Mop. Banyak orang latah merayakannya di berbagai belahan dunia. Hanya sayangnya banyak dari mereka yang jauh dari pengetahuan tentang sejarah kelamnya. Sejatinya, April Mop bukan sekadar lelucon.

Perayaan April Mop berawal dari satu episode sejarah muslim Spanyol di tahun 1487 atau bertepatan dengan 892 H. Perayaan April Mop ini bertepatan dengan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol secara sadis oleh tentara perang salib melalui trik mengirimkan barang haram seperti alkohol dan penipuan.

Setelah tentara salib melakukan penyerangan dengan kejam terhadap muslim Spanyol, mereka tidak berhenti begitu saja karena berpikir masih banyak muslim yang bersembunyi. Untuk membuat muslim keluar, akhirnya tentara salib melakukan penipuan terhadap umat Islam. Mereka mengatakan bahwa akan membebaskan muslim yang tersisa dengan membawanya keluar dari Spanyol menggunakan kapal yang sudah disiapkan di pelabuhan.

Meski awalnya tidak percaya, namun akhirnya banyak muslim yang berkumpul di pelabuhan. Sebelum para muslim yang berada di pelabuhan dibunuh, mereka sempat menyaksikan rumah mereka dibakar habis-habisan dengan orang-orang muslim yang masih tersisa di sana.

Tentara salib juga menghabisi seluruh muslim di pelabuhan dengan membantai seluruh warga sipil Spanyol. Peristiwa berdarah yang membuat lautan yang tadinya biru menjadi kehitaman ini terjadi pada tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The April Fool's Day) (Tribunnews.com, 01/04/2019).

Selain itu, April Mop, dikenal dengan April Fools' Day dalam bahasa Inggris, diperingati setiap tanggal 1 April setiap tahun. Pada hari itu, orang dianggap boleh berbohong atau memberi lelucon kepada orang lain tanpa dianggap bersalah. Hari ini ditandai dengan tipu-menipu dan lelucon lainnya terhadap keluarga, musuh, teman bahkan tetangga dengan tujuan mempermalukan orang-orang yang mudah ditipu (wikipedia.org)

Dari itu jelas bagaimana sejarah tentang April Mop yang sejatinya bukan berasal dari budaya Islam, bahkan justru pada saat itu merupakan hari di mana kaum muslim banyak yang dibantai. Namun, sungguh miris peringatan tersebut tak jarang pula diikuti oleh kawula muda dari kaum muslim yang latah terhadap tradisi tersebut. Seakan-akan 1 April sekadar hari di mana seseorang bebas dengan keisengan ataupun kebohongannya dan bila telah berhasil melakukan keisengan kepada sang target, maka ada perasaan puas bagi pelaku.

Di samping itu, kawula muda dari kaum muslim yang latah dalam peringatan April Mop, sebagian mereka beranggapan hanya karena ikut-ikutan saja, tanpa melihat apa hakikat dari peringatan tersebut. Sebab itu, mereka merayakan April Mop dengan cara membolehkan kebohongan, walau dibungkus dengan alasan sekadar hiburan atau keisengan belaka.

Padahal bagi kaum muslim, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Karena pada hari itu di mana saudara-saudaranya seiman ditipu dan dibantai oleh tentara Salibis di Granada, Spanyol. Maka dari itu, kaum muslim tak sepatutnya ikut-ikutan memperingati perayaan tersebut.

Adanya kaum muslim yang melakukan hal tersebut, tentu tak lepas dari pengaruh budaya barat yang liberal, yang berusaha memasukkan ide-ide dan kebiasaan mereka di tengah-tengah generasi muslim. Apalagi generasi saat ini sangat mudah sekali membebek pada tradisi-tradisi tertentu, tanpa berpikir panjang atas apa yang dilakukannya. Karena beranggapan jika banyak orang yang melakukan, maka itu merupakan hal biasa dan bukan masalah.

Inilah kebiasaan yang tak jarang ditemukan di masyarakat, yakni berpikir pragmatis, menjadikan fakta sebagai sumber hukum. Menganggap yang banyak dilakukan oleh mayarakat, itulah yang benar dan dapat dicontoh. Padahal apa yang dilakukan oleh banyak orang belum tentu benar menurut sudut pandang agama. Karena sejatinya standar kebenaran bukan dari banyaknya orang yang melakukan, tapi hakikatnya bersumber dari Sang Pencipta.

Sementara dalam kacamata Islam, kaum muslim dilarang tasyabbuh bil kuffar, menyerupai ciri khas kaum kuffar, karena itu bukan berasal dari ajaran Islam. Sebagaimana Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam telah bersabda, “Orang yang menyerupai suatu kaum, ia bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud, 4031, dihasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, dishahihkan oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1/152).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pun menyatakan: “Suatu perbuatan yang merupakan tasyabbuh, tidak disyaratkan adanya niat untuk tasyabbuh. Maka, bentuk dari perbuatan tasyabbuh itu terjadi walau tidak dimaksudkan demikian. Maka jika terjadi suatu perbuatan yang merupakan bentuk dari tasyabbuh, hukumnya terlarang. Ini tidak dibedakan baik dalam tasyabbuh dengan orang kafir atau tasyabbuh-nya wanita dengan laki-laki atau tasyabbuh-nya laki-laki dengan wanita. Tidak disyaratkan adanya niat, selama di sana terjadi satu bentuk tasyabbuh (maka terlarang)”

Karena itu, tasyabbuh bil kuffar atau meniru kekhususan orang kafir, tetap terlarang dalam syariat walaupun pelakunya tidak berniat untuk tasyabbuh. Karena larangan tersebut tidak melihat niat, tetapi apa yang tampak dari perbuatannya. Walaupun orang yang melakukan tak berniat untuk menyerupai kebiasaan di luar ajaran Islam, akan tetapi hasil dari perbuatan yang ia lakukan adalah seperti orang kafir dan memiliki salah satu ciri khas orang kafir. Oleh karena itu, tetap terlarang, walaupun tidak berniat demikian.

Oleh karena itu, penting adanya dakwah di tengah-tengah masyarakat untuk memahamkan tentang ajaran Islam baik itu perkara yang diperintahkan oleh Allah Swt. maupun apa yang dilarang oleh-Nya. Terlebih dalam hal ini negara memiliki peran penting untuk menjaga akidah warga negaranya, agar tidak mudah ternodai dengan hal-hal di luar dari ajaran-Nya. Wallahu a’lam bi ash-shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version