View Full Version
Kamis, 13 Jan 2022

Agama Dinista, Umat Islam Jangan Bungkam!

 

Oleh: Dhiniaty Amandha

Kasus penistaan agama terjadi lagi. Baru-baru ini Ferdinand Hutahaean melalui postingan pada akun twitternya  menuliskan : "Kasian sekali Allahmu, ternyata lemah harus dibela, kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, DIA lah pembelaku selalu dan Allahku tidak perlu dibela."

Pernyataan ini sungguh mengiris hati kaum muslim yang berpegang teguh pada keimanan terhadap Allah Yang Maha Kuasa.  Namun yang lebih sakit adalah ketika melihat sebagian kaum muslim yang bersikap acuh dan tidak merespon hal ini. Seakan tidak mau ikut campur atas apa yang terjadi terhadap penistaan agama ini, mereka memilih diam hanya karena merasa tidak ada kaitannya dengan kehidupannya.

Bukan Allah yang lemah!

Bukan Allah yang lemah, tapi ilmu kitalah yang terbatas sehingga mengatakan hal yang demikian itu kepada Allah yang bersifat qudrat (Maha Kuasa). KalamNya yang termaktub di dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

مَّن يَشْفَعْ شَفَٰعَةً حَسَنَةً يَكُن لَّهُۥ نَصِيبٌ مِّنْهَا ۖ وَمَن يَشْفَعْ شَفَٰعَةً سَيِّئَةً يَكُن لَّهُۥ كِفْلٌ مِّنْهَا ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ مُّقِيتًا

Artinya : Barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. An-Nisa' 4 yat 85).

Dalam ayat ini secara jelas bahwa Allah mengatakan bahwa DIA (Allah) Maha Kuasa atas segala sesuatu. Artinya Allah tidak membutuhkan sesuatu apapun untuk membuatNya menjadi kuat, apatah lagi kepada manusia yang sifatnya lemah dan terbatas. Sekalipun semua manusia menolong agama Allah tentulah tak sedikitpun akan menambah kekuasaan Allah. Pun sama, sekalipun semua manusia yang ada di muka bumi ini berpaling daripada menyembah Allah, maka kekuasaan Allah tidak akan berkurang sedikitpun.

Untuk Apa Menolong Agama Allah?

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS. Muhammad 47 ayat 7).

Bagi orang yang membenci Islam, ayat ini digunakan seakan-akan Allah itu lemah, membutuhkan pertolongan manusia untuk menolong agamaNya. Tentulah ini merupakan kedangkalan berfikir. Sesungguhnya manusialah yang membutuhkanNya, sehingga menolong agama Allah untuk membuktikan keberpihakannya kepada yang haq atau bathil.

Tidak Memberikan Efek Jera

Seperti beberapa kasus penistaan agama yang pernah terjadi di negeri ini,  hukuman yang diberikan tidak memberikan efek jera. Bahkan ada beberapa kasus yang hanya diselesaikan dengan meminta maaf kepada umat penganut agama tersebut. Hal seperti ini akan terus berulang jika hukum yang diberikan tidak memberikan efek jera kepada pelakunya seperti sekarang. Padahal kehormatan dan kemuliaan Allah, RasulNya dan diin Islam adalah harga mati. Di pundak kaum muslim lah untuk menjaganya. Perlu adanya tindakan tegas dengan pemberlakuan hukum sesuai syari’at.

Umat Harus Bagaimana?

Masyarakat yang terbentuk saat ini adalah masyarakat kapitalis yang bersifat individualisme. Wajar saja, sekalipun mayoritas menganut agama Islam, akan tetapi individualisme tidak akan membuat umat saat ini bangkit untuk membela Islam. Sehingga umat saat ini seperti terkotak-kotak sesuai apa yang mereka terima dalam jalan hidupnya.

Pertama, yang mengamalkan Islam hanya dari sudut pandang hubungan dirinya dengan Tuhannya. Dalam Islam, hubungan antara manusia dengan Allah wajib adanya. Karena hal itu sudah diatur dalam Islam. Namun, sebagai umat Islam yang memilih Islam sebagai agamanya, tentu konsekuensi yang harus ditempuh adalah dengan berislam secara kaffah (menyeluruh) bukan tebang pilih syariat. Di dalam Islam hubungan yang dibangun tidak hanya dengan Tuhan, melainkan dengan manusia dan juga dirinya sendiri.

Jika hanya mengamalkan ibadah ritual saja seperti sholat, mengaji dan berpuasa, tentu tidak akan sempurna dalam menjalani syariat Islam. Sangat wajar jika hanya menjalankan ibadah ritual saja membuat tidak peduli dengan apa yang terjadi pada kasus-kasus yang menyudutkan Islam. Karena beranggapan bahwa itu bukan urusan penting, yang menjadi urusan hanyalah beribadah kepada Allah SWT.

Kedua, yang menganggap segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan urusan dirinya mutlak bukan menjadi urusannya. Anggapan seperti ini timbul di tengah-tengah masyarakat kapitalis yang individualisme. Dengan demikian individu-individu masyarakat kapitalis tidak akan pernah ikut campur urusan yang bukan berkaitan dengan kepribadiannya. Hal ini tidak akan mampu membangkitkan umat Islam. Karena rasa individualisme yang menyebabkan ketidakpeduliannya terhadap orang lain, sekalipun orang lain tersebut membenci Islam dan memfitnah isi ajaran agamanya.

Ketiga, yang memperjuangkan Islam dengan segenap jiwa dan raganya, dengan keimanan yang kokoh yang tertanam dalam dirinya dan berpegang teguh pada syariat Islam kaffah. Yang menginginkan kebangkitan Islam kembali sebagaimana Islam dahulu pernah bangkit sekitar 1.300 tahun lamanya. Sudah seharusnya kaum muslim berpedoman kepada Al-Qur'an dan Sunnah dan berusaha mengamalkannya dengan menegakkan kembali syariat Islam di atas muka bumi ini yang dapat membawa kebangkitan dan melawan musuh-musuh Islam yang menginginkan kemunduran terhadap umat Islam.

Barisan yang ketiga inilah yang dapat melawan musuh-musuh Islam dengan kekuatan dakwah Islam dan mempersatukan umat dengan membentuk masyarakat Islam yang memiliki perasaan yang sama, pemikiran yang sama, dan aturan yang sama.

Sehingga sudah semestinya kasus penistaan agama yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam menjadi tanggung jawab umat Islam dengan memposisikan diri sebagai pembela Islam. Semoga dengan dakwah dalam mengemban qiyadah fikriyah Islam (kepemimpinan berfikir dalam Islam) dapat membangkitkan umat Islam saat ini. Aamiin ya rabbal'alamiin. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version