View Full Version
Senin, 25 Apr 2022

Al Aqsha Diserang, Kita Bisa Apa?

 

Oleh: Linda Ummu Khansa

Dunia kembali berduka. Palestina kembali terluka. Al Quds lagi-lagi diserang bertubi-tubi. Al Aqsha dihinakan. Kaum zionis yang durjana untul kesekian kalinha menyerang umat muslim Palestina.

Di tengah bulan Ramadan ini, pasukan Israel tiba-tiba menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur pada Jumat subuh dini hari (15/04/2022), ketika ribuan jemaah sedang berkumpul di masjid untuk sholat subuh.

Akibatnya, setidaknya 158 warga Palestina dikabarkan terluka dalam kekerasan ketika pasukan Israel menahan ratusan warga, seperti  dikutip dari Aljazeera, Sabtu (16/04/2022). (cnbcindonesia.com, 16/04/2022)

Derita kaum Muslim Palestija tidak terjadi sekali ini saja, namun sudah sangat lama. Penjajahan sekaligus pendudukan Palestina oleh Zionis Israel sudah berlangsung lebih dari 70 tahun sejak tahun 1948.

Sudah ratusan orang Palestina tewas dibantai. Puluhan ribu luka-luka, cedera bahkan cacat. Banyak yang kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan. Tak sedikit pula wanita yang dilecehkan kehormatannya bahkan diperkosa. Begitupula anak-anak yang kehilangan orang tuanya.

Demikian pula penistaan terhadap al Aqsha yang terus berulang. Padahal, bagi kaum muslim al Aqsha adalah salah satu masjid agung. Al Quds adalah tempat yang sangat mulia, tanah wahyu dan para nabi.

Ibnu Abbas menuturkan  bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda,  “Para nabi tinggal di Syam dan tidak ada sejengkal pun Kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi).

Al-Quds pun merupakan tanah kiblat pertama bagi kaum Muslim sampai Allah SWT menurunkan wahyu untuk mengubah kiblat ke arah Ka’bah. (Lihat QS al-Baqarah [2]: 144).

Selain itu, Masjid al-Aqsha adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam dan satu dari tiga masjid yang direkomendasikan Nabi saw. untuk dikunjungi. Beliau bersabda: "Tidaklah kalian mengadakan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjid al-Aqsha." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Tanggapan dunia seakan meng'amin'kan pejajahan di atas tanah mulia tersebut. Betapa tidak, Kecaman seakan menjadi tumbal untuk menutupi kelemahan dan ketidakberdayaan menghadapi zionis Israel dengan antek-anteknya. Lembaga Internasional pun seakan tak berdaya.

Maka pertanyaan yang muncul sekarang, bagaimanakah solusi total Palestina, untuk menyudahi seluruh penderitaan selama puluhan tahun yang masih dirasakan rakyat Palestina hingga kini. Kepada siapa umat Islam berharap. Kepada PBB? Faktanya PBB justru memberikan persetujuan dan pengakuan terhadap Israel. 29 November 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membuat resolusi untuk menyelesaikan konflik di Palestina.

Majelis Umum PBB menyarankan pembagian negara-negara Arab dan Yahudi, dengan Yerusalem sebagai entitas terpisah. Resolusi itulah yang dianggap oleh komunitas Yahudi di Palestina sebagai dasar hukum pendirian Israel. (Kompas.com, 29/11/2021)

Kepada AS? Bukankah mereka yang selama ini menganakemaskan Israel, bahkan memberikan bantuan baik pengaruh ataupun secara fisik.

Kepada organisasi HAM dan demokrasi ataupun lembaga internasional lainnya? HAM dan demokrasi jelas memiliki standar ganda. Dimana HAM ketika ribuan umat Muslim Palestina dibantai, ketika muslim Xinjiang dihinakan dan dibunuh, ketika muslim myanmar di usir dari negaranya sendiri, serta deretan kasus-kasus penjajahan negeri-negeri muslim lainnya. Ditambah lagi berbagai penghinaan terhadap Nabi yang mulia, Nabi Muhammad Saw, terhadap Al Qur'an dan ajaran Islam.

Jika kita melihat seluruh persoalan ini, nyatalah bahwa satu-satunya solusi untuk menyudahi penderitaan umat Muslim Palestina adalah dengan mengembalikan Junnah/Perisai Umat, Khilafah Islamiyah. Jelas umat makin membutuhkan Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: "Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim diperangi (oleh kaum kafir) di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya." (HR Muslim).

Semenjak ketiadaan Khilafah, umat Islam terpecah ke berbagai negeri, tersibukkan dengan persoalan di negeri mereka masing-masing. Persoalan yang sejatinya juga merupakan akibat dari penerapan sistem Kapitalisme di dunia muslim, hingga umat di dera berbagai penyakit ganas yang tak kunjung sembuh.

Palestina membutuhkan sebuah kekuatan besar yang tiada tanding. Sosok pemimpin yang tegas lagi berani. Panglima perang yang cerdas dan tak kenal takut akan musuh, apalagi kematian.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Salahuddin al-Ayyubi patut diteladani.  Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (TQS. Al-baqarah: 218)

Jihad adalah perintah Allah SWT, ketika Allah memerintahkan maka ada kebaikan di dalamnya. Jihad diserukan dan diperintahkan oleh pemimpin kaum muslim yakni Khalifah.  Jika ada kemauan politik dari para penguasa Arab dan Muslim, sebetulnya jihad untuk mengusir kaum Zionis Yahudi bukan perkara yang sulit dilakukan. Namun faktanya, setelah pendudukan Palestina oleh kaum Zionis Yahudi berjalan lebih dari 70 tahun, mengharapkan para penguasa Arab dan Muslim mau mengerahkan pasukan mereka untuk berjihad membela Palestina ibarat jauh panggang dari api.

Al-Qalqasyandi dalam kitabnya, Ma’âtsir al-Inâfah, menjelaskan salah satu sebab penaklukan kota itu pada tanggal 17 Ramadhan 223 H. Diceritakan bahwa penguasa Amuriyah, salah seorang raja Romawi, telah menawan wanita mulia keturunan Fathimah ra. Wanita itu dinistakan hingga berteriak dan menjerit meminta pertolongan.

Menurut Ibn Khalikan dalam Wafyah al-A’yan, juga Ibn al-Atsir dalam Al-Kâmil fî at-Târîkh, saat berita penawanan wanita mulia itu sampai ke telinga Khalifah Al-Mu’tashim Billah, saat itu sang Khalifah sedang berada di atas tempat tidurnya. Ia segera bangkit seraya berkata, “Aku segera memenuhi panggilanmu!”

Tidak berpikir lama, Khalifah Al-Mu’tashim Billah segera mengerahkan sekaligus memimpin sendiri puluhan ribu pasukan kaum Muslim menuju Kota Amuriyah. Terjadilah peperangan sengit. Kota Amuriyah pun berhasil ditaklukkan. Pasukan Romawi bisa dilumpuhkan. Sekitar 30 ribu tentaranya terbunuh. Sebanyak 30 ribu lainnya ditawan oleh pasukan kaum Muslim. Khalifah pun berhasil membebaskan wanita mulia tersebut. Khalifah lalu berkata di hadapan wanita itu, “Jadilah engkau saksi untukku di depan kakekmu (Nabi Muhammad saw.), bahwa aku telah datang untuk membebaskan kamu.”

Semoga Allah SWT merahmati Al-Mu’tashim Billah. Umat memang butuh Khilafah, juga seorang Khalifah seperti Al-Mu'tashim Billah. Semoga saja umat Islam di seluruh dunia segera memiliki kembali Khilafah, juga pemimpin pemberani yang mengayomi seperti Khalifah Al-Mu’tashim Billah yang akan menjaga kehormatan kaum Muslim dan menolong kaum yang tertindas. Wallahuhu a'lam.


latestnews

View Full Version