View Full Version
Selasa, 24 May 2022

Jalan Hidayah Dari Utrecht

Oleh: Zulfikri (Pembina Pembina Rumah Baca TerasSharing)

"Saya menemukan buku Syed Muhammad Naquib Al Attas bukan di Indonesia atau Malaysia, tetapi di perpustakaan di Universitas Utrecht saat saya kuliah S-2 Studi Pembangunan di sana," kata Arif Najwan Hilmy, seorang anak muda Muslim wirausahawan dari Samarinda, Kalimantan Timur, pada Jumat malam (20/05) dalam obrolan di rumah makan Spesial Sambal Karangasem, Solo.

Alumni sarjana Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) itu mengatakan, ia menemukan suatu konsep yang sangat komprehensif dan integral tentang konsep ekonomi pembangunan sebagai bahan penyusunan dan penyelesaian thesis-nya dari buku-buku karya pemikir besar Islam asal Bogor yang saat ini tinggal di Malaysia itu.

Arif merupakan salah seorang anak muda Muslim dari kalangan terpelajar menengah ke atas yang memiliki visi Islami. Anak pertama dari almarhum Bapak Djumono bin Mat Djaini ini mendirikan perpustakaan (rumah baca) di tempat tinggalnya di Samarinda untuk meningkatkan literasi generasi muda di Samarinda dengan nama Djumono Ibn Mat Djaini Library for Studies on Islam, Science, and Civilization (DMD-LIBSIS).

Sulung dari empat saudara ini juga membiayai penerbitan dan pencetakan 1000 eksemplar buku "Islam dan Sekularisme" karya Syed Muhammad Naquib Al Attas untuk diwakafkan buat kepentingan umat. Sementara ayahnya, Djumono bin Mat Djaini, juga dikenal sebagai muhsinin yang peduli dengan peradaban Islam. Menurut Zakki Azani, alumni program doktoral Centre for Advanced Studies on Islam, Science, and Civilisation (CASIS) Malaysia, Djumono telah memberikan beasiswa kepada sejumlah mahasiswa Pascasarjana di CASIS.

"Setelah saya membaca buku-buku Syed Naquib Al Attas, saya merasa bahwa buku ini perlu atau mungkin harus dibaca oleh banyak orang. Sehingga saya mengalokasikan amanah (warisan_pen) Bapak untuk wakaf buku karya beliau (Syed Naquib Al Attas_pen)," ucap Arif.

Buku "Islam dan Sekularisme" versi bahasa Melayu-Indonesia ini telah dicetak sebanyak 1000 eksemplar dan didistribusikan ke sejumlah pihak di Indonesia. Semua biaya ongkos kirim juga ditanggung oleh Arif. Kami (Rumah Baca TerasSharing) sendiri alhamdulilah beruntung memperoleh buku keren ini sebanyak 10 eksemplar.

"Semula, kami inginnya menerbitkan buku Risalah Untuk Kaum Muslimin, tetapi kemudian setelah berdiskusi dengan Prof Wan (maksudnya: Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, murid Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud_pen), diubah ke buku "Islam dan Sekularisme" yang menurut beliau lebih tepat. Tentang penerbitan buku itu pun semula inginnya di Indonesia. Sayangnya, dari beberapa kandidat penerbit Indonesia tidak ada yang di-approve oleh Prof. Wan. Alhasil, proses penerbitan dan pencetakan pun harus dilakukan di Malaysia, lalu dikirim ke Depok, dan selanjutnya didistribusikan ke seluruh Indonesia. Memang konsekuensinya, biayanya menjadi lebih besar daripada jika dicetak di Indonesia," urai alumni Universitas Utrecht tahun 2020 itu.

Prof. Syed Naquib Al Attas memiliki standard tinggi dalam mencetak buku-buku karyanya. Menurut Muhammad Hanif Al Hakim, juga alumni CASIS, Prof Al Attas mensyaratkan bukunya harus dicetak dengan kualitas kertas minimal 100 gr dengan warna bookpaper, dijilid dengan jahitan yang rapi dan kuat, dan tinta yang jelas yang nyaman untuk dibaca. Ringkasnya, Prof Al Attas menginginkan bukunya dicetak dengan kualitas yang terbaik sehingga bisa awet hingga 50 bahkan 100 tahun.

Jalan Arif Najwan Hilmy menemukan inspirasi hidup ternyata harus dilalui secara berliku sampai ia menempuh studi di Belanda. Tak disangka, justru di negeri kincir angin itulah ia menemukan "jalan hidayah" mengenal Prof Syed Al Attas yang notabene justru orang Indonesia warga negara Malaysia. [PurWD/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version