View Full Version
Kamis, 22 Sep 2022

Jadi Remaja Anti Stunting? Apaan Tuh?

 

Oleh: Choirin Fitri

Bestie, pernah dengar kata stunting? Udah tahu artinya belum? Jangan-jangan baru kenal kata itu sekarang. Wah, gawat!

Stunting adalah tinggi badan yang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya di umur yang sama. Bisa diartikan pula kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama di 1000 hari pertama kelahiran. Penyebabnya adalah kurang gizi yang diterima janin bayi. Di Indonesia, satu dari tiga anak mengalami gangguan pertumbuhan karena masalah kekurangan gizi.  Malnutrisi sudah terjadi sejak dalam kandungan lalu mulai tampak di usia 2 tahun. (Sumber: Makalah Dialog Seputar Stunting dan Solusinya, Dra. Yumei Astutik, M.Si., Psikolog)

Dari pengertian ini jelas dong, bahwa stunting ini nggak keren banget. Apalagi efek yang ditimbulkannya juga nggak baik. Seperti, si anak mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, saat tua terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan, fungsi tubuh tak seimbang, sampai postur tubuh tak maksimal. Lalu, apa hubungan stunting dengan kita sebagai remaja? Sangat berhubungan, Bestie.

Fakta berbicara, jika remaja malnutrisi kemudian menikah dan jadi ibu malnutrisi, maka otomatis dia akan memiliki bayi yang malnutrisi dan anak stunting. Inilah siklus nggak kece dari stunting. Kira-kira kamu masuk kategori ini nggak? Semoga nggak ya!

Ternyata, usut punya usut salah satu penyebab stunting adalah pergaulan bebas. Pergaulan bebas ini biasanya menyebabkan kehamilan yang nggak diinginkan. Efeknya saat baru tahu hamil, si ibu mengonsumsi obat-obatan untuk menggugurkan janin, eh ternyata gagal, pasti berefek pada tumbuh kembang janin. Atau, bisa jadi janin itu tetap dilahirkan, namun saat hamil ia nggak pernah peduli. Efeknya bayi lahir kurang gizi. Ih, ngeri ya?

Makanya, Allah mengharamkan zina karena emang perbuatan ini adalah perbuatan yang keji. Selain, keji pada dirinya yang menyebabkan ia harus berkubang pada dosa besar, ternyata juga keji pada anak yang dihasilkan dari hubungan haram ini yang berpotensi stunting. Apalagi, jika terlahir anak perempuan, itu akan membuatnya nggak punya hak wali dan waris dari ayah biologisnya. Ngeri bukan?

Coba renungi firman Allah dalam surah Al-Isra' ayat 36 yang berbunyi:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."

Larangan ini bersifat mutlak. Nggak bisa ditawar atau dibantah. Sayangnya, nggak banyak yang mau mengikuti aturan Allah ini. Efeknya, hamil di luar nikah kini jadi membludak ibarat jamur di musim penghujan.

Kira-kira kenapa remaja nggak mau taat aturan Allah? Yup, betul banget, karena saat ini remaja dijauhkan dari agamanya. Bahasa kerennya sekularisme. Paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan.

Alhasil, gegara remaja menggandrungi ide sesat pikir ini pergaulan bebas jadi keseharian. Zina bukan lagi soal suka sama suka. Bahkan, one night short time pun bisa dilakukan, asal mau. Astaghfirullah.

Jika generasi muda terus-menerus hidup dalam kubangan sekularisme pelan tapi pasti mereka nggak bakal mau taat pada Allah. Kalau pun masih beragama, agama hanya jadi status KTP. Atau, ada pilihan lain yaitu STMJ. Salat Terus Maksiat Jalan. Astaghfirullah.

Beginilah nasib generasi yang jauh dari peradaban Islam. Mereka bisa jadi hanya mau meyakini Allah sebagai pencipta. Allah sebagai pengatur nggak digubris. Bahkan, ada yang berani menentang secara terang-terangan siap masuk neraka. Wih, kok berani?

Berani maksiat memang ciri generasi sekuler. Makannya, mengapa negeri ini untuk keluar dari satu masalah bernama generasi stunting sulitnya bukan main. Apalagi selama ini upaya yang dilakukan masih sering berkutat pada masalah fisik dengan pemberian gizi. Sedangkan, masalah utama yakni mencabut akar sekularisme dari kehidupan belum tampak dilakukan.

Orang-orang yang peduli pada generasi masa depan akhirnya berjuang sendiri-sendiri atau dalam komunitas terbatas. Melakukan edukasi sebisanya, lalu mengembalikan semua pada individu. Hal ini baik, namun sangat nggak efektif. Iya nggak?

Coba kalau para punggawa negeri peduli. Hal yang dilakukan adalah mencerabut akar masalah yakni sekularisme. Lalu, menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Nah, dari sinilah kesejahteraan dan keamanan rakyat bisa diwujudkan. Angka stunting pun bisa ditekan secara cepat jika akar masalahnya terselesaikan.

Pertanyaannya, mau nggak mengambil Islam sebagai solusi? Pilihan ada di tanganmu, Sobat! (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version