View Full Version
Rabu, 05 Oct 2022

Sahabat Taat, Only Label atau Benar-Benar Available?

 
Oleh: Auliya Nuranis 
 
Ada kalanya dalam pertemanan kita tuh saling bermusuhan, marahan, saling tersinggung, tidak sependapat, saling ejek, dan permasalahan lainnya. Semua itu terjadi tidak lain dan tidak bukan,murni karena kesalahan. Yaa.. namanya juga manusia, tidak ada yang namanya sempurna bahkan dalam menjalin pertemanan. Kita tidak selamanya bisa baik terus.
 
Tapi pernah gak kalian diginiin sama sahabat?
“Duhh, sssttt sudah deh nanti ghibah lho!”
“Kan sudah tahu diberitahu makanan itu belum jelas kehalalannya, jangan dimakan!”
“Kita kajian yuk! kalo nonton terus sayang waktunya gak manfaat!”
“Pakai kaos kaki yaa, kan kakinya aurat.”
“husss, jangan mantengin wajahnya terus, nanti zina mata lho!”
 
Daaaan masih banyak lagi, dilarang ini-itu, diceramahin ini-itu. Memang itu semua bikin gak nyaman, namun teman kamu juga tidak mau jika kamu tenggelam dalam zona nyaman yang melalaikan dan menyesatkan. Lagipula, saat meluncurkan nasihat-nasihat itu, sebenarnya sahabat kita dilema dengan batinnya sendiri;
“Bilang jangan ya?”
“Kalo nanti dijauhin gimana ya?”
“Kalo dia tersinggung gimana yaa?
“Aduh, takut gak mau temenan lagi.”
“tapi kalo gak bilang..”
 
Begitulah isi batin sahabat kita sebelum akhirnya memutuskan untuk menyampaikan nasehat-nasehat itu. Padahal sudah jelas kita-lah yang melakukan kekeliruan atau sedang melakukan aktivitas yang menyimpang, tapi mereka yang merasa gak enakan. Namun mereka mengambil resiko tersebut, kehilangan sahabat. Debat dalam benaknya tidak akan membuatnya tenang dan resahnya hilang, maka dia memutuskan untuk menasihati kita supaya kita tahu bahwa itu adalah hal yang menyesatkan kita.
 
Lalu rasa tidak nyaman yang kita rasakan karena dia menasihati kita, semoga perlahan menjadi rasa senang, sebab “ada lho yang memperhatikan dan peduli dengan kita lebih dari diri kita sendiri”.
 
Sahabat Taat
 
Keren yaa julukannya? Atau biasa saja? Terlepas dari itu, jangan sampai julukan ini berakhir sekadar nama, atau group sosmed saja. Kenapa? Karena sahabat taat bukan hanya sekadar label saja, namun kita harus berusaha membuat persahabatan ini benar benar available. 
 
Kenapa harus menjadi sahabat yang benar-benar available? Karena kita hidup bukan hanya di dunia saja, namun kita juga akan hidup di akhirat yang abadi. Jadi, sahabat taat itu yang terikat dalam satu misi yakni akhirat. Dan sebenarnya sahabat itu bisa jadi penolong untuk kita, seperti hadist mengatakan:
 
“Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia shalat bersama dengan kami, puasa bersama dengan kami, dan berjuang bersama dengan kami”. Maka Allah berfirman, “Pergilah ke neraka lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar biji zarah” (Ibn al-mubarak, dalam kitab Az-Zuhd).
 
Jika persahabatan tidak dibarengi dengan ketaatan kepada Allah swt, maka di akhirat pun akan saling bermusuhan, seperti dalam QS. Al-Zukhruf: 67:
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.”
 
“Seandainya bersahabat itu tidak ada lika-likunya, tidak mungkin ada hadiah yang begitu besarnya”, Ustd. Felix Siauw. Wallahu’alam. (rf/voa-islam.com)
 
Ilustrasi: Google

latestnews

View Full Version