View Full Version
Sabtu, 05 Nov 2022

‘Dendang Bergoyang’ vs Hijrahfest, Dimana Posisi Generasi Islam?

 

Oleh: Yulweri Vovi Safitria

Konser ‘Dendang Bergoyang’ yang diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta Pusat dihentikan pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022 karena over kapasitas. Panitia penyelenggara pun diperiksa pihak kepolisian. Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Komarudin juga tengah mendalami indikasi minuman keras di konser 'Dendang Bergoyang' tersebut. (tvonenews.com, 30/10/2022)

Lain konser Dendang Bergoyang lain pula dengan Hijrahfest. Acara Islamic Festival yang sedianya akan dilangsungkan di Surabaya batal dilaksanakan menyusul adanya protes dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.

PWNU dan MUI Jatim memprotes keras atas pencatutan logo kedua ormas tersebut dalam penyelenggaraan acara. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris PWNU Jatim Akh Muzakki dan Ketua MUI Jawa Timur, KH Ahsanul Haq. Belakangan diketahui adanya motif lain dalam pelarangan agenda Surabaya Islamic Fetival. (cnnindonesia.com, 14/10/2022)

Dua Agenda Beda Tanggapan

Jika melihat kedua agenda tersebut, maka sasarannya adalah generasi pemuda. Sayangnya, keduanya disikapi secara bertolak belakang. Konser ‘dendang bergoyang’ yang justru memicu kriminalitas, dan kejahatan lainnya, malah diizinkan hingga terjadi kekacauan baru dihentikan.

Padahal aktivitas konser musik semacam ini penuh dengan aktivitas ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan), buka-bukaan aurat, hingga perilaku kejahatan lainnya. Yang jelas lebih banyak mudarat dari manfaat.

Sementara panitia pagelaran Hijrahfest menyebutkan bahwa event tersebut akan diisi oleh banyak ustaz dari berbagai kalangan, serta dihadiri oleh artis hijrah, yang berpotensi membangkitkan ekonomi dengan hadirnya para UMKM.  Tentu banyak manfaat dan ibrah yang bisa dipetik para pemuda, bahwa hidup senantiasa memperbaiki diri menjadi lebih baik dalam bingkai ukhuwah islamiyah. Bermanfaat untuk dunia dan akhirat mereka.

Posisi Generasi Islam

Sebagai generasi Islam, cikal bakal pemuda peradaban cemerlang, akan memilih dan memilah kegiatan mana yang menambah ketaatan dan ketakwaan kepada Rabb-nya. Pelarangan kegiatan Hirahfest tentu tidak bisa diterima, apalagi dengan menyebut terafiliasi organisasi terlarang. Bagaimana mungkin seseorang yang mengajak kepada ketaatan disebut sebagai sesuatu yang terlarang, bukankah ungkapan “Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihatlah apa yang disampaikan’ begitu familiar dalam kehidupan?

Di sinilah tantangan sekaligus ujian bagi generasi Islam. Potret kehidupan sekuler tidak bisa dipandang sebelah mata. Kehidupan sekuler akan selalu terlihat indah, karena hal tersebut adalah fatamorgana dan tipu daya setan.

Remaja dijauhkan dari agamanya, senang foya-foya dan berbagai kesenangan dunia. Sementra agama dilarang mengatur kehidupan pribadi mereka. Alhasil, mereka lekat dengan gaya hidup liberalisme yang menuhankan kebebasan.

Padahal remaja Islam adalah calon generasi peradaban cemerlang. Jika remajanya baik, maka majulah peradabannya, pun sebaliknya. Faktanya, hari ini generasi mengalami kemunduran, tak ubahnya sebelum Islam datang, terpuruk pada jurang kemaksiatan dan gelapnya zaman jahiliyah.

Perhatian Islam terhadap Generasi

Islam memberikan perhatian serius kepada remaja, calon pemuda peradaban cemerlang. Oleh sebab itu Islam memerintahkan untuk mendidik mereka agar taat kepada Allah, dan selalu bersandarkan pada Al-Quran. Hal ini bertujuan agar lahir generasi berkualitas dambaan umat.

Pendidikan bagi generasi dimulai sejak mereka di dalam kandungan. Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa membacakan ayat-ayat Al-Quran, agar dekat dengan Allah. Dan ketika anak-anak dilahirkan, maka kalimat yang pertama diperdengarkan adalah kalimat thayyibah. Begitu indah Islam mengajarkan.

Begitu pula ketika mereka menginjak usia sekolah. Islam memberikan pendidikan berbasis akidah Islam. Dimulai dari membentuk pola pikir (aqliyah), pola sikap (nafsiyah), serta membentuk kepribadian (syaksiyah), semuanya berdasarkan akidah Islam.

Hal ini bukan dilakukan oleh individu dan perorangan, tetapi diterapkan oleh sebuah negara sebagai pelaksana tertinggi dari ajaran Islam. Negara mendukung, bahkan memberikan ruang agar remaja bisa menuntut ilmu, berkarya, menghadiri kegiatan yang dapat menambah ketaatan kepada Rabb-nya.

Sebaliknya, negara melarang kegiatan yang sifatnya sia-sia dan unfaedah, mengundang syahwat, ikhtilat, dan kegiaatan yang mengarah kepada maksiat. Negara juga menerapkan sanksi tegas terhadap tindakan kejahatan dan pelanggaran terhadap syariat.

Khatimah

Islam itu indah dan sempurna. Pemuda dan generasi adalah aset berharga Islam, sudah sepatutnya kita taat dan senantiasa berpegang teguh pada aturan-Nya dalam mendidik generasi, sehingga lahir pemuda tangguh, pengubah peradaban, tidak hanya cerdas, tetapi juga memberikan solusi untuk permasalahan umat. Wallahu’alam bisshowab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version