View Full Version
Kamis, 10 Nov 2022

Sekolah Tinggi-Tinggi, Mau Jadi Apa?

 
 
Oleh: Anisa Puji Pangestu
(Siswi SMP Sekolah Tahfidz Tangerang) 
 
     Tidak sedikit anak- anak Indonesia yang putus sekolah karena tidak mudah bagi keluarga dengan ekonomi yang pas- pasan untuk menyekolahkan anak- anaknya ke perguruan tinggi. Ketidakmampuan mereka menyebabkan mereka harus menanggung sedikitnya dua beban yang menyakitkan. Pertama, menanggung beban beratnya tunjangan biaya sekolah dan yang kedua beban dengan omongan para kerabat atau tetangga yang menyakitkan, “Miskin sok-sok-an mau sekolah tinggi- tinggi”, “Ngapain sekolah tinggi- tinggi kalau gak dapet uang malah ngabisin uang,” Masih banyak ucapan ucapan pedas yang dilontarkan yang tentu akan membuat mereka harus lebih kuat dan banyak bersabar.
 
 Karena itu, bukanlah hal yang mustahil terjadi, jika kita sedang dalam perjalanan menuju kesuksesan pasti akan menemui cobaan dan musibah. Faktor ekonomi yang membuat banyak masyarakat akhirnya berpikir bahwa lebih baik bekerja daripada harus membayar biaya pendidikan. Seperti salah satu remaja yang menjadi ikon dari SCBD bernama Roy. Dia ditawari beasiswa oleh Pak Sandiaga Uno dan menolak beasiswa itu dengan alasan dia lebih suka membuat konten dan menghasilkan uang daripada sekolah, karena tidak ada orang yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Uang menjadi alasan utama, sebab jika tidak ada uang maka mereka tidak bisa makan, tak ada tempat tinggal apalagi pendidikan. Mereka butuh sekolah tapi mereka juga membutuhkan uang.
 
   Selain itu, lontaran kata-kata pedas yang mengkritik dengan mengatakan, “Ngapain sekolah tinggi- tinggi, mau jadi apa?” menyebabkan mereka berpikir kembali untuk menempuh oendidikan dan mengukur kesuksesan dengan uang. Semakin banyak uang yang mereka dapatkan, maka mereka akan dikatakan sukses. Akhirnya banyak anak-anak yang putus sekolah dan memutuskan bekerja menjadi pengamen, membuat konten tak bermutu, feysen week dan masih banyak lagi. Semua itu menurut mereka adalah sebuah kesuksesan, karena dari situ mereka mendapatkan uang. Mereka tidak peduli dengan pendidikan, malas juga merupakan faktor yang kerap kali menjadi alasan seseorang memutuskan untuk putus sekolah dan lebih senang menjadi TikTokers dan YouTubers yang dapat mendatangkan uang.
 
     Padahal sebuah kesuksesan diukur dari seberapa besar manfaat yang telah dia berikan bagi orang- orang di sekitarnya, seberapa berguna dia dalam memajukan negara, seberapa berpengaruh dia bagi nusa, bangsa, dan agama. Kesuksesan bukan diukur dari seberapa besar manfaat yang ia dapatkan, melainkan seberapa besar manfaat yang telah dia berikan kepada banyak orang.
 
    Dari lontaran kalimat, “Buat apa sekolah tinggi- tinggi, mau jadi apa?” Kita bisa memberikan jawabannya bahwa menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan, apalagi kita sebagai seorang muslim. Rasulullah pernah bersabda, “Menuntut ilu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah”. Dari hadis ini sudah jelas sekali perintahnya bahwa menuntut ilmu itu wajib, jika kita tinggalkan kita akan mendapatkan dosa dan jika dikerjakan akan mendapat pahala. Di dalam potongan hadis lain, Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang menempuh perjalanan menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya perjalanan menuju surga.”[HR Muslim] 
 
    Menuntut ilmu sangatlah penting. Ilmu bagaikan lampu yang menyinari jalan kita di tengah kegelapan yang mencekam. Adanya ilmu membuat kita tidak tersesat di tengah persimpangan, karena ilmu membuat kita bisa membedakan mana yang baik dan benar. Tanpa adanya ilmu kita tidak akan bisa bertahan hidup karena semua aktivitas yang kita lakukan pasti harus ada ilmu yang harus kita pelajari sebelum kita lakukan. Karena bila tidak ada ilmu, kita hanya akan menjadi orang yang tidak berguna. Ilmu juga merupakan sebab kebahagian seseorang, apabila kita ingin bahagia di dunia maka kita harus mempelajari ilmu- ilmu tentang dunia. Apabila kita ingin bahagia di akhirat maka kita harus mempelajari ilmu- ilmu tentang akhirat. Dan jika kita ingin bahagia dunia akhirat, maka kita harus mempelajari ilmu keduanya.
 
     Maka tuntutlah ilmu mulai sekarang, janganlah merasa bosan, putus asa dan mengulur waktu. Manfaatkanlah ilmu sebaik mungkin, di mana pun kita berada, ilmu akan sangat berguna. Ilmu yang kita miliki tidak akan hilang dan tidak mungkin bisa dicuri. Jadilah seperti spons yang bisa menyerap banyak ilmu, seraplah ilmu sebanyak- banyaknya, kemudian amalkan dan sebarkan kepada banyak orang agar hidupmu menjadi berkah.  Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
 
Ilustrasi: Google

latestnews

View Full Version