View Full Version
Sabtu, 28 Jan 2023

Pengemis Online, Mengapa Terjadi?

 

Oleh: Desi Rahmawati

 

Dunia maya kembali dihebohkan dengan fenomena konten pengemis online yang viral di media sosial TikTok. Seiring perkembangan teknologi, berkembang pula cara dan strategi dalam meraup cuan. Aksi mereka mulai dari mengemis online, mengguyur diri sendiri dengan air hingga mandi lumpur yang sering kali diperankan lansia mulai meresahkan warganet.

Konten-konten ini dibuat untuk mendapatkan saweran dari netizen pengguna TikTok. Semakin banyak orang menyawer, semakin tebal pundi-pundi cuan yang diperoleh. Aksi mengemis online ini seakan telah menjadi mata pencaharian yang sedang tren di media sosial, meski martabat manusia terhinakan. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan masyarakat kita hari ini?

Menanggapi fenomena ini, Menteri Sosial Tri Rismaharini, akan menyurati pemerintah daerah untuk menindak hal tersebut. Risma menegaskan bahwa tidak hanya secara online, pengemis konvensional di jalan-jalan juga dilarang oleh peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) dan peraturan daerah (Perda). (cnnindonesia.com, 15/01/23)

Konten pengemis online yang sedang tren sejatinya tidak muncul secara tiba-tiba. Ada banyak faktor penyebab fenomena ini terjadi, di antaranya:

Ketimpangan ekonomi dan kemiskinan yang masih melekat dalam masyarakat kita, melalui teknologi dieksploitasi oleh sistem kapitalistik saat ini demi meraup cuan. Meski merendahkan harkat dan martabat diri sendiri ataupun orang lain. Kehidupan manusia dalam sistem kapitalisme telah membuat masyarakat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi entah untuk bertahan hidup atau sekedar memenuhi gaya hidup.

Fenomena ini menggambarkan masyarakat yang sakit, yang hidup di tengah sistem rusak tanpa mampu menyejahterakan rakyatnya. Inilah bukti kegagalan pengaturan hidup yang memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme). Secara tidak langsung telah mengonfirmasi lemahnya fungsi negara dalam menyelesaikan kemiskinan yang sudah menjadi problem menahun.

Negara seharusnya menyelesaikan masalah kemiskinan dari akar masalahnya, yakni kemiskinan yang terjadi bukan hanya karena individu malas bekerja. Melainkan ada andil negara yang mengabaikan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat secara luas. Apabila negara sudah menjamin pemenuhan kebutuhan rakyatnya, maka tidak akan terjadi hal yang merendahkan manusia atau mafia yang memanfaatkan kemiskinan masyarakat demi meraih keuntungan pribadi.

Fenomena mengemis online ini juga tidak akan pernah ada, jika negara menerapkan sistem hidup yang sahih, yakni syariat Islam aturan hidup berasal dari Allah SWT yang menciptakan manusia. Syariat Islam memosisikan negara benar-benar menjalankan fungsi dan pengurusannya kepada rakyat dengan baik dan amanah. Memberikan solusi tepat terkait fenomena mengemis online, di antaranya:

Pertama, negara mengedukasi dan mendidik masyarakat agar tertanam kesadaran untuk menjaga martabat dan kemuliaannya sebagai manusia dengan senantiasa terikat aturan Allah Taala, yakni tidak melakukan yang dibenci-Nya dan menjalankan perintah-Nya.

Kedua, masyarakat diberikan pemahaman bahwa berdakwah amar makruf nahi mungkar adalah kewajiban bagi setiap hamba-Nya. Dengan pembiasaan semacam ini, akan terbentuk kepekaan dan kepedulian yang tinggi antar individu masyarakat dalam mencegah kemaksiatan, perilaku negatif, dan kriminalitas.

Ketiga, negara memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Dengan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mencari nafkah, semisal membuka lapangan kerja, memberi modal usaha, dan pelayanan publik yang gratis atau murah.

Solusi tuntas ini akan berjalan optimal jika individu, masyarakat, dan negara menjalankan fungsinya dengan baik. Bersama-sama menerapkan syariat Islam secara menyeluruh (kafah) dalam aspek kehidupan. Sehingga kemiskinan bisa terminimalisasi dan tidak akan ada fenomena pengemis jalanan atau online. Visi misi hidup manusia pun akan kembali pada jalan yang sebenarnya, yaitu untuk taat dan beribadah kepada Allah Swt. Wallahua’lam bishshawaab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version