View Full Version
Jum'at, 10 Mar 2023

Generasi Sandwich, Apaan Sih?

 
Oleh: Hafidhah Silmi
 
Sandwich generation?
Apa tuh?
Istilahnya seperti nama makanan yang berasal dari negara barat. Makanan yang isinya roti ditumpuk tumpuk yang dalamnya dikasih selada, tomat, daging giling (sosis), saos dan mayonaise.
 
Yup betul.
 
Sandwich generation adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut  kondisi seseorang yang memiliki beban tanggung jawab yang berlapis lapis seperti lapisan roti dalam sandwich. Dia tidak hanya bertanggung jawab menghidupi dirinya sendiri tetapi dia juga harus bertanggung jawab pada keberlangsungan hidup generasi di atasnya (orang tua) dan generasi di bawahnya (anaknya).
 
Rata-rata, generasi 80an dan 90an, saat ini tentu memiliki orang tua yang sudah lansia. Mereka sudah tidak mampu lagi bekerja, tenaganya terbatas, bahkan ada yang orang tuanya sakit menahun misalnya stroke. Yang kondisi orang tua tersebut membutuhkan perawatan, perhatian dan dukungan materi yang tidak sedikit dari anak anaknya. Padahal, di saat yang sama, si anak juga harus bertanggung jawab menafkahi keluarganya sendiri (anak istrinya).
 
Tentu hal itu akan membebani si anak yang harus bertanggung jawab pada kehidupan generasi di atasnya dan generasi di bawahnya pada waktu yang bersamaan.
 
Oleh karena itu, saat ini di barat sana, berkembang ide / pemikiran bahwa anak tidak perlu membalas budi orang tua. Anak terlahir ke dunia karena kehendak orang tua. Jadi orang tua lah yang harus bertanggung jawab kepada anak dan anak tidak wajib membalas budi pada orang tua karena anak tidak minta dilahirkan ke dunia.
 
Hmmm, tterkesan rasional ya. Secara akal memang bisa diterima bahwa anak terlahir ke dunia atas keinginan orang tua dan anak tidak minta dilahirkan ke dunia. Anak sudah punya beban kehidupannya sendiri. Jadi jangan ditambah bebannya dengan merawat orang tua yang sudah lansia.
 
Saking rasionalnya ide ini, hingga banyak dari gen Z, berlomba lomba mengadopsinya. Mereka bertekat untuk tidak ingin menjadi sandwich generation. Mereka tidak ingin mengulangi jejak generasi diatas mereka yang memikul beban berlapis.
 
Tapi bukankah agama kita (Islam) mengatur tentang konsep birul walidain?
 
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
 
Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali". (Q.S. Luqman [31]: 15)
 
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ
 
Artinya: "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya". (Q.S. Al-Ahqaf [46]: 15)
 
Bukankah kedua orang tua kita adalah pintu surga kita yang ada di dunia? Sangat rugi jika kita masih punya orang tua tapi kita tak meraih surgaNya. Bukankah ridho Allah tergantung ridho kedua orang tua? Bukankah setiap rupiah yang kita belanjakan untuk orang tua kita bernilai sedekah di hadapan Allah? Lalu kenapa kita terbebani ketika merawat mereka?
 
Mungkin di dunia mereka yang melepaskan tanggung jawab merawat orang tua di usia senja merasakan kenyamanan hidup. Enak gak direpoti mengurus orang tua. Tapi, mereka sejatinya rugi karena tidak bisa membawa tiket surga melalui jalur berbakti kepada orang tua. Padahal, kita diberi tiket masuk surga melalui pintu paling tengah surga ketika kita bisa berbakti kepada kedua orang tua.
 
Aku sendiri kadang ketakutan ketika melihat wajah ibuku. Aku suka memandang wajah ibu  lekat lekat dengan hati penuh rasa takut. Takut jika aku tak lama lagi akan berpisah dengannya. karena yang kupunya tinggal dia. Ibuku.
Kadang, pikiranku berkelana ketika memandang wajah ibu. kira kira, berapa lama lagi aku bisa menatap wajahnya. Jika kami berpisah alam, berapa lama kami akan berpisah? 100 tahun kah? 1000 tahun kah? 1.000.000.000.000.000 tahun kah? hingga kami dipertemukan kembali oleh Allah sWT di dalam surgaNya. Entah lah..
 
Jadi, mumpung masih sama-sama ada di dunia, mumpung masih diberi kesempatan oleh Allah SWT,  aku ingin memberi yang terbaik untuknya. Mengukir indah wajahnya dalam ingatan dan hatiku. Karena aku tak tahu sampai berapa lama lagi aku diberi kesempatan Allah untuk memeluknya, merawatnya, bercengkrama hangat dengannya.
 
Yang masih punya orang tua, yuk berlomba lomba memberi yang terbaik untuk mereka. Karena mereka adalah tiket surga kita. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
 
Ilustrasi: Google

Hafidhah Silmi


latestnews

View Full Version