View Full Version
Rabu, 24 May 2023

Pacaran tanpa Cinta

 

Oleh: Aily Natasya

Yang lagi patah hati karena diputusin pacar, merapat! Gimana? Sakit? Sakitlah! Iya, turut prihatin, ya. Tapi selamat, sepertinya kamu sedang dapat teguran dari Allah. Hah? Teguran? Maksudnya? Jadi gini, sebuah hadits berbunyi, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hambaNya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakan pada hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi, Al-Hakim, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Nah, gitu maksudnya. Yakin, deh, kita sama-sama tahu bahwa pacaran alias perbuatan yang mendekati zina itu dilarang sama Allah. Dosa. Kalau dosa berarti apa? Berarti kita jauh dari Allah. Hayo, siapa yang habis diputusin gitu langsung menghadap Allah dan nanya, “Ya, Allah, mengapa ini terjadi?” Masih nanya lagi, kenapa? Apa malah nyalahin Allah karena takdir yang dijalani tidak sesuai dengan yang diinginkan? Padahal sendirinya yang nyari masalah.

“Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk.” (Al-Isra’: 32).

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Orang yang cerdas hendaknya mengetahui bahwa para pecandu syahwat dan maksiat akan menuju kepada sebuah keadaan bahwa mereka tidak akan merasakan lagi kelezatan maksiat mereka. Meski demikian, mereka juga merasa tidak sanggup tidak sanggup untuk meninggalkannya.” (Raudhatul Muhibbin, jilid, hlm. 470).

Ada salah satu kerusakan akibat cinta buta ini (Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam al-Jawabul Kafi Liman Saala’ Anid Dawaaisy-syafi (edisi terj.) hlm, 242-244: hatinya tertawan dan terhina. Hatinya tertawan dengan orang yang dicintainya. Namun, karena ia mabuk cinta, maka ia tidak merasakan musibah yang menimpa. Yup pacaran itu berantem terus. Padahal udah jelas toxic-nya, tapi juga enggan mengakhiri. Berasa ada yang disayangkan. Padahal nggak pacaran adalah merdeka yang sesungguhnya. Pacaran itu seneng-senengnya banyak, tapi nggak awet alias bersifat sementara. Karena bagian sedihnya juga nggak kalah banyak. Udah gitu sedihnya lebih awet daripada rasa senengnya. Dosa lagi. Triple rugi nggak sih?

Jangan nutup mata, udah banyak kasus-kasus yang membuktikan bagaimana dampak dari pacaran. Campak mencampakkan itu sudah menjadi ciri khasnya. Karena seringnya, niat pacaran itu cuman untuk seleksi. Ada juga yang pacaran cuman untuk nambah mantan buat personal branding, biar terkesan laku, banyak yang mau, populer, dan semacamnya. Konyol but true. Iya, jadi yang ada di hati itu belum tentu satu. Karena pacaran itu bukan suatu komitmen, bukan hubungan resmi. Main-main. Jalanin aja dulu. Kalau ada yang nggak pas di hati, main putus aja gampang. Kamu bisa aja menganggap bahwa itu suatu komitmen, serius, cuman ada dia di hati kamu, tapi dia? Uhm, jangan banyak berharap, deh. Kamu mau nuntut hak juga nggak resmi, nggak ada hukumnya. Yang ada kamu dikibulin, terus sakit hati lagi dan lagi.

Bersyukur dan beristighfar

Tapi, apapun, kita patut bersyukur karena sudah ditegur sama Allah. Jangan dianggap angin lalu, ya. Istighfar, minta ampun, dan direnungi dengan baik. Selama ini udah menjauhkan diri dari Allah, sampai akhirnya Dia mengetuk hati kita agar kembali kepada-Nya walau dengan cara patah hati. Semoga kapok, ya? Xixi.

Firman Allah Ta’ala, “Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampunidosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53). (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version