Oleh: Aily Natasya
Menggunjing itu sarang dosa. Mengganggu orang itu sarang dosa. Mencaci orang itu sarang dosa. Dosa, dosa, dosa, dosa... Kalian tahu, nggak, sih, lirik lagu itu? Lucu ya, tapi bener kalau menggunjing orang itu dosa.
Tanpa kita sadari, masyarakat kita sudah mulai menormalisasi ‘menggunjing’. Tidak hanya secara berkelompok, gosip kini bisa ditemui di mana saja khususnya di media sosial. Hampir semua berita yang penuh sensasi itu isinya gunjingan alias gosip. Dan berita-berita semacam ini cepat sekali naiknya. Belum lagi gunjingan-gunjingan yang berbentuk komentar di media sosial seperti Twitter, TikTok, Instagram, Facebook, dan lain-lain.
Tapi, bergunjing atau ghibah itu apa, sih? Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw pernah bertanya, “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.” Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan apa yang saya ucapkan?” Beliau berkata, “Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjinya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.”
Menggibah ini biasanya isinya apa, sih? Apa lagi kalau bukan tentang kesalahan dan keburukan orang lain. Yang nggak punya salah pun tetap dicari-cari kesalahannya. Pokoknya, demi bahan gunjingan, ditelusuri teruslah keseharian orang itu, udah kayak intel. Padahal, nih, namanya juga manusia, pasti ngelakuin kesalahan dalam hidupnya. Mau kecil, mau besar, alih-alih menggunjing, kan, lebih baik didekati lalu dinasehati. Tentu saja, nasehatinnya juga harus dengan bahasa yang baik, yang halus, tidak menggurui. Agar orang yang kita nasehati ini tidak terluka dan termotivasi untuk berubah.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka karena sesungguhnya sebagian praangka adalah dosa. Janganlah kamu sekalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sekalian berghibah (menggunjing) satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu sekalian yang suka makan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12).
Dampak bagi yang bergunjing:
1. Mengundang orang lain melakukan hal yang serupa terhadapnya.
2. Mengurangi fungsi puasa, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa adalah tameng selama ia belum melubanginya.” Abu Muhammad berkata, “Yaitu dengan menggunjing orang lain.”
3. Mendatangkan siksa kubur, dari Abu Bakrah ia berkata, “Nabi saw melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, “Keduanya sedang disiksa, dan mereka disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak menjaga kebersihan ketika kencing dan yang lain disiksa karena berbuat ghibah.”
4. Mendatangkan siksa neraka, Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Ketika aku dinaikkah ke langit (di-mi’raj-kan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, “Wahai Jibril, siapa mereka itu?” Jibril menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka.”
Jadi, habis ini, yuk, belajar untuk tidak menggunjing. Kalau di circle kita sudah seperti itu dari dulu, suka menggunjing, maka lebih baik dihindari jika ada pembicaraan yang mengarah ke situ. Lebih baik lagi kalau banyak-banyak bergaul dengan yang tidak suka bergunjing, tapi lebih ke pembicaraan yang berbobot dan bermanfaat. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google