View Full Version
Kamis, 16 Apr 2020

Jelang Ramadhan. Berdoa, Mohon Ampun dan Taubat Kepada Allah!

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Tamu tahunan akan segera tiba. Sebulan penuh akan bersama kita. Tamu mulia yang membawa ampunan, rahmat, berkah dan keselamatan dari api neraka. Tamu yang mengajak kita ke surga dengan ketakwaan kepada penciptanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tamu tersebut adalah bulan Ramadhan al-Mubaarak (yang diberkahi). Siang & malamnya berlimpah kebaikan. Lebih-lebih di sepuluh hari  terakhirnya. Puncaknya di lailatul Qadar.

Ketika datang tamu ini, dahulu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberi busyra (kabar gembira) kepada sahabatnya dengan sabdanya,

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya fardhu (kewajiban). Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dibelenggu pemimpin setan, dan di dalamnya Allah memiliki 1 malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang diharamkan dari kebaikannya maka sungguh dia telah-benar-benar diharamkan kebaikan.” (HR. Al-Nasai dan al-Baihaqi, Shahih al-Targhib, no. 985)

Siapa yang mendapati Ramadhan, layak mendapat ucapan “selamat” dan kabar gembira.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: bagaimana seorang mukmin tidak bergembira dengan dibukakanya pintu-pintu surga? Bagaimana seorang pendosa tidak bergembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana orang berakal tidak bergembira dengan masa yang syetan dibelenggu di dalamnya? Mana ada waktu yang bisa menyamai waktu Ramadhan ini.

Karenanya, seorang mukmin pantas bergembira dengan datangnya bulan (Ramadhan) ini. Ia berazam akan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal shalih di dalamnya. Ia bergembira dengan kedatangannya sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan kegembiraan kepada sahabatnya dengan kedatangan bulan mulia ini.

Ibnu Rajab berkata,

بلوغُ شهر رمضان وصيامُه نعمةٌ عظيمة على مَن أقدره الله عليه

“Datangnya bulan Ramadhan dan bisa berpuasa padanya adalah nikmat yang agung bagi orang yang Allah mampukan melaksanakannya.”

Beliau berdalil dengan hadits tiga orang yang berjihad di jalan Allah. Dua orang telah syahid. Yang satunya meninggal di kemudian hari. Ia wafat di atas kasurnya. Bukan di medan jihad. Ada seseorang yang bermimpi bahwa kemuliaan orang ini melampaui kedua sahabatnya yang gugur di medan jihad. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أليس صلى بعدهما كذا وكذا صلاةً، وأدرك رمضان فصامه؟ فوالذي نفسي بيده، إن بينهما لأبعدَ مما بين السماء والأرض

Bukankah ia telah melaksanakan shalat sebanyak ini dan itu sesudahnya dan mendapati Ramadhan lalu ia berpuasa? Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesuangguhnya jarak antara keduanya sejauh langit dan bumi.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan Syaikh Al Albani di Shahih Sunan Ibni Majah)

Berharap bisa berjumpa dengan Ramadhan, para ulama terdahulu berdoa jauh-jauh hari agar Allah menyampaikan mereka kepada bulan yang mulia itu.

Mu’alla bin Al-Fadhl – ulama tabi’ tabiin – mengatakan,

كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم

Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif: 264)

Dari Abu 'Amr Al-Auza’i, ia berkata: Adalah Yahya bin Abi Katsir berdoa memohon kehadiran bulan Ramadhan:

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلَى رَمَضَانَ ، وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ ، وَتُسَلِّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً

"Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Hilyatul Auliya', juz 1, hlm. 420)

Istighfar dan Taubat kepada Allah

Selain berdoa, perbanyak istighfar dan taubat kepada Allah. Dengan ini kita buka lembaran baru hubungan kita dengan Allah. Kita bersihkan dosa-dosa yang menjadi penghalang antara diri ini kepada Allah. Semoga Allah mencintai kita. Siapa yang Allah cintai maka Dia akan menjaga anggota tubuh ini berbuat sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhai-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التوابين وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”  (QS. Al-Baqarah: 222)

Allah telah menyeru hamba-hamba beriman agar bertaubat kepada-Nya dengan taubatan nasuha.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. AL-Tahrim: 8)

Dari Al-Aghar bin Yasar al-Muzani Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ، فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ، وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Wahai manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dan beristighfar kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)

Siapa yang benar-benar memohon ampun kepada Allah niscaya Allah mengampuninya. Siapa bertaubat kepada Allah, niscaya Allah menerima taubatnya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version