View Full Version
Rabu, 08 Feb 2023

Sedekah dengan Lisan, Bagaimana Caranya?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Lisan diciptakan untuk menjadi sarana ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana tujuan diciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah semata. Karenanya, siapa yang dianugerahi lisan bisa berbicara dengan baik maka ia harus gunakan untuk ibadah kepada Rabb-nya. Lisan mengucapkan kalimat yang yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فليقل خيرًا أو ليصمت

 “Siapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Makna iman di sini adalah iman yang sempurna. Dikhususkan dengan “Iman kepada Allah” dan “iman kepada hari akhir” isyarat kepada permulaan dan pamungkas perjalanan seseorang. Maksudnya: siapa yang beriman kepada Allah yang telah menciptakan dirinya dan beriman bahwa Allah akan memberi balasan untuknya dengan sebab amal-amalnya, hendaknya ia mengerjakan perintah-perintah yang disebutkan. Dalam hal ini, berkata yang baik atau diam.

Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah menyebutkan bahwa lisan adalah anggota tubuh yang paling banyak beramal. Memperhatikan hadits ini berarti meluruskan sebagian besar dari amal seseorang. Karenanya, wajar jika hadits menduduki sepertiga isi ajaran Islam.

Sedekah dengan Ucapan

Lisan bisa menjadi sarana sedekah seseorang. Dengan lisannya ia mendapat pahala sedekah yang harus dikeluarkannya. Di antaranya dengan menggunakan lisan untuk berdzikir membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil. Mengucapkan salam dan menyapa saudara dengan panggilan nama yang baik juga bernilai pahala.

Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ ، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

Setiap pagi wajib bagi setiap anak Adam untuk bersedekah atas setiap persendian yang ada di tubuhnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap ajakan kepada kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan cukup untuk semua sedekah-sedekah tersebut yaitu dua rakaat yang dilakukan ketika shalat dhuha.” (HR. Muslim)

Dalam hadits ini terdapat keterangan fadhilah tasbih dan bacaan dzikir lainnya, amar ma’ruf dan nahi munkar bernilai sedekah. Bahwa sedekah tidak harus dengan harta. Sedekah bisa berbentuk amal kebaikan dan kebajikan yang dikerjakan lisan dan anggota badan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam  bersabda:

كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلُّ يَومٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ: تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُه عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ

Setiap persendian dari manusia itu ada sedekahnya pada setiap hari yang matahari terbit padanya. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah, menolong seseorang dalam urusan kendaraannya membantunya agar bisa menaiki kendaraannya atau engkau angkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya itu juga sedekah. Sebuah ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang kamu ayunkan menuju tempat shalat adalah sedekah dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kalimat thayyibah adalah kalimat yang baik dalam lafadz dan maknanya. Bentuknya bisa berupa tilawah Al-Qur’an, kalimat syahadat, dzikir, amar ma’ruf dan nahi munkar, dan setiap perkataan yang mengandung kebaikan.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu juga, bahwa ada sekelompok shahabat  berkata kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

يَارَسُوْلَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِالأُجُوْرِ, يُصَلُّوْنَ كَمَانُصَلِّيْ, وَيَصُوْمُوْنَ كَمَانَصُوْمُ, وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ

Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi membawa pahala-pahala mereka. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami juga berpuasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedangkan kami tidak bisa bersedekah).

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَوَلَيْسَ قَدْجَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَاتَصَدَّقُوْنَ, إِنّ َبِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً, وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً, وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً, وَكُلَّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً, وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً, وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةً, وَفِيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةًقَالُوا:يَارَسُوْلَ اللَّهِ أَيَأْتِيْ أَحَدُنَاشَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟, قَالَ:أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِيْ حَرَامٍ, أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَالِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِيْ الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ

Bukankah Allah telah menjadikan buat kalian sesuatu untuk kalian bisa bersedekah dengannya? Sesungguhnya setiap tasbih itu adalah sedekah, dan setiap takbir itu adalah sedekah, dan setiap tahmid itu adalah sedekah, dan setiap tahlil itu adalah sedekah, memerintahkan kepada hal yang ma’urf itu adalah sedekah, mencegah dari hal yang mungkar itu adalah sedekah, dan dalam kemaluan kalian itu juga terdapat sedekah. Mereka berkata:”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Apakah salah seorang dari kami jika menyalurkan syahwatnya (dengan benar) dia akan mendapatkan pahala?”Beliau bersabda:”Bagaimana pendapat kalian  jika disalurkan pada yang haram, bukankah dia berdosa? Maka demikian pula kalau disalurkan pada yang halal tentu dia memperoleh pahala.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memotifasi para sahabat untuk mendapatkan pahala sedekah dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Juga menjadikan perkara mubah –seperti menggauli istri- menjadi pahala dengan menghadirkan niat yang baik.

Lisan-lisan kita harus menjadi mesin penghasil pahala untuk kita. Dengannya, berharap meraih keberuntungan di akhirat. Caranya, menggunakan lisan untuk berdzikir berkata yang baik, memberi nasihat, mendamaikan orang berselisih, mengajak membantu orang susah, dan semisalnya. Jika tidak bisa seperti ini dan dikhawatirkan akan berkata yang buruk, maka disyariatkan untuk diam. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version