View Full Version
Jum'at, 08 Feb 2013

Jika Tidak Suka Partai Politik, Maka Lakukan Gerakan Politik

JAKARTA (voa-islam.com) - Menurut survei, parpol akan jeblok di tahun 2014 nanti. Ini menunjukkan umat tidak lagi percaya dengan demokrasi dan parpol. Menanggapi hal itu, Ust Ahmad Yani tidak sepenuhnya meyakini hasil survei itu. Karena yang disurvei hanya 1000-2000 orang, misalnya.

“Bagi saya, hasil survei itu hendaknya dijadikan bahan evaluasi dan konsolidasi, bukan malah ribut, seperti partai Demokrat.  Jika sebuah partai itu baik, maka akan menghasilkan kebijakan politik yang baik pula. Jadi, bukan saling menjatuhkan,” masih kata Ustadz Ahmad Yani, Ketua Umum Khairu Ummah yang banyak membina kader PKS.

Ust Ahmad Yani teringat dengan ungkapan Mahfud MD. “Jika dengan  parpol kita tidak suka, tapi gerakan politik tetap harus ada. Kalau tidak berjuang di parpol, maka dia harus melakukan gerakan politik.  Bagaimanapun kita tidak bisa menghindari aspek politik. Seburuk-buruk politik, tetap diperlukan. Tergantung bagaimana perilaku dan etika politik yang dijalankan. Jika seseorang tidak ingin terjun di dunia politik, hendaknya terjun di aspek yang lain.”

Membangun Kritik

Kritik adalah hal biasa dalam dunia politik. Namun, yang mengkritik juga harus sabar, tidak bisa instan begitu saja untuk mengubah sesuatu. Seorang pemimin dimanapun berada tidak mempersoalkan gaya orang dan bahasa kritik, tapi lebih kepada esensinya, sehingga tidak gampang tersinggung.

Ingatlah ketika Sahabat Abu Bakar Shiddiq berpidato saat dilantik menjadi khalifah. Jika ia benar ikuti, jika salah luruskan. Kemudian Umar bin Khaththab pun mengangkat pedang jika khalifah menyimpang. “Kalau saja Abu Bakar ikuti gaya Umar yang tegas, bisa berantem. Tapi Abu Bakar telah mengenal karakter Umar, Umar Style. Tidak ada masalah, setiap kelompok punya karakter Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, karena kita bagian dari keragaman.”

Ahmad Yani tidak setuju, jika semua satu suara: Setuju tanpa harus melalui musyawarah terlebih dahulu. “Kita mengenal ada istilah baik sangka. Namun baik sangka itu jangan menghilangkan daya krtis, tapi daya kritis juga jangan menghilangkan baik sangka, harus berimbang. Ketika berbaik sangka, lalu mengatakan pemimpinnya tidak  mungkin salah, sami’na wa’athona, juga tidak harus begitu.”

Seorang kader yang mengkritik qiyadahnya jangan divonis sebagai pihak yang tidak suka, membenci, dan berburuk sangka. “Dulu,Ketika Rasulullah mengatur strategi bertahan, menunggu orang kafir datang, Salman al-Farisi berkata, apakah yang engkau (Nabi Saw)katakan ini sebagai wahyu atau pendapat pribadi. Lalu Nabi mengatakan pendapatnya sendiri. Lantas Salman memberi saran tentang strategi bertahan.”

Ini menunjukkan Rasulullah Saw pun  jujur, mana yang wahyu dan mana yang pendapat pribadi. “Begitu juga dengan seorang pemimpin dimanapun berada, pendapat pribadi dibilang kebijakan organisasi. Bukankah kebijakan organisasi harus melalui musyawarah terlebih dahulu?

Menyinggung seorang kader yang kritis, lalu keluar dari organisasi, dikatakan Ust Ahmad Yani, tidak bisa dikatakan sebagai keluar dari jamaah. Jamaah itu kan tidak cuma satu, jamaah itu melingkupi minal jamaah atau , jamatul muslimin. Kalau Cuma satu, nanti ada jamaah NU, Muhammadiyah, Salafi, HTI, dan sebagainya.

“Karena itu masing-masing jangan merasa hebat sendiri.  Setiap kelompok  punya kelebihan dan kekurangan, dan kita butuh jamaah yang banyak. Meski sulit untuk menyatukan semuanya, setidaknya  mau bekerjasama,” tandasnya.

Ahmad Yani mengilustrasikan, ketika kita menebang pohon kezaliman dan kebatilan, maka dibutuhkan alat banyak. Gergaji mesin tidak boleh sombong karena merasa hebat. Gergaji mesin hanya bisa menumbangkan pohon, tidak sampai akar-akarnya. Untuk itu dibutuhkan cangkul, linggis.  Jadi kita butuh organisasi cangkul dan linggis.

“Tapi buat apa memotong ranting dengan gergaji mesin, cukup dengan golok saja. Artinya organisasi sekecil apaun punya kontribusi. Masing-masing organisasi saling menghomati perannya masing-masing,” ungkap Ahmad Yani.

Soal murobbi siapa saja bisa, selama rujukannya jelas. Maka harus dibedakan antara kepentingan dirinya dengan nilai yang diusung. Kadang-kadang kepentingan prbadi dibawa ke doktrin. Itu yang keliru.

Ahmad Yani setuju dengan nasihat MIUMI agar PKS lantang membela aspirasi umat Islam. “Itu masukan bagus. Yang penting ke depan harus terus konsolidasi dan menekankan kesederhanaan. Perjuanga itu harus rileks, ukuran orang menghormati bukan pada penampilan dan kekayaan. Dan kekayaan itu bukan untuk dinikmati sendiri, apalagi jadi pajangan dan menimbulkan kecemburuan sosial. Kekayaan itu harus dinikmati banyak orang.” [desastian]


latestnews

View Full Version