View Full Version
Senin, 28 Sep 2015

Moskow,Washington Bersatu Menghadapi ISIS di DK PBB

MOSKOW (voa-islam.com) - Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dengan Raja Arab Saudi Salman tentang solusi krisis Suriah, hanya berselang hanya dua sebelum ia dijadwalkan berpidato PBB tentang masalah ini, kata Kremlin, Sabtu, 26/9/2015.

Dalam percakapan melalui telepon antara Presiden Putin dan Raja Salman bin Abdul Aziz, "bertukar pandangan mengenai masalah-masalah keamanan regional, terutama dalam konteks menemukan cara menyelesaikan konflik di Suriah", ungkap sebuah pernyataan yang diposting ke website Kremlin, Minggu..

Suriah merupakan sekutu Moskow sejak era perang dingin, hingga kini. Moskow mendukung Damaskus tanpa reserve, dan Moskow tetap mendukung Presiden Bashar al-Assad, di mana terjadi perang antara kelompok oposisi yang menginginkan pergantian rezim Syiah Bashar al Assad.

Perang yang sudah berlangsung selama empat setengah tahun itu, melahirkan tragedi kemanusiaan tanpa tara. Lebih 16 juta penduduk Suriah meninggalkan negaranya, dan lebih 500 ribu rakyat Suriah tewas akibat perang.

 Pada hari Senin ini, Presiden Vladimir Putin di depan Sidang Majelis Umum di New York, menyatakan akan menyampaikan rencananya tentang solusi Suriah, terutama gagasan memperluas koalisi, yang akan mencakup tentara Assad, untuk melawan Negara Islam (IS).

Putin juga akan bertemu dengan Presiden AS Barack Obama di sela-sela pertemuan, pembicaraan resmi pertama mereka dalam dua tahun.

Rusia terus melipat-gandakan kekuatan militernya di Suriah, dan mengerahkan lebih banyak pasukan dan pesawat tempur ke sebuah pangkalan udara bersama dengan pengiriman senjata baru untuk pasukan Assad. Pekan lalu, tentara Suriah menggunakan drone Rusia melawan jihadis untuk pertama kalinya.

Pada hari Sabtu, satu sumber militer Suriah kepada AFP bahwa sedikitnya 15 pesawat kargo Rusia mengangkut "peralatan dan personil" mendarat di pangkalan militer Hmeimim di Suriah barat dalam dua minggu terakhir.

Moskow dan Washington mengirimkan senjarta besar-besaran ke Suriah untuk memerangi ISIS di Suriah dalam meningkatkan berantakan. Ini bukan ingin mengganti Assad, tapi justru Moskow dan Washington semakin memperkuat kekuasaan Assad, dan sebagai kedoknya memerangi IS.

AS membantu $ 500 juta dolar kepada para kelompok oposisi Suriah, yang pro-Amerika, dan bertujuan melatih dan memberikan senjata kepada, namun senjata dan bantuan dari Amerika itu jatuh ke tangan Jabhah al-Nusah.

Washington dan sekutunya memiliki sampai sekarang bersikeras bahwa Assad tidak memiliki masa depan di Suriah, tetapi sudah ada tanda-tanda terbaru dari perubahan, mungkin Assad berperan sementara sampai pemerintah baru terbentuk, seperti yang diusulkan oleh Perdana Menteri Inggris, David Cameron.

Seorang diplomat Rusia mengatakan kemungkinan Moskow bergabung dengan koalisi yang dipimpin Washington dalam menghadapi IS saaat sidang Dewan Keamanan PBB , di mana PBB akan menjadi alat legitimasi kejahatan Moskow dan Washington.

"Hal ini dalam teori kemungkinan bahwa semua yang terlibat bergabung dalam koalisi jika menerima persetujuan dari Dewan Keamanan PBB," Ilya Rogatchev, ujar pejabat Departemen Kementerian Luar Negeri Rusia untuk Tantangan dan Ancaman Baru, kepada AFP.

Saat kritis kekuasaan Bashar al-Assad menjelang kejatuhannya, justru kekuatan koalisi yang dipimpiin Moskow dan Washington serta negara-negara Arab, menyelamatkannya dari para pejuang Islam. IS dipandang sebagai 'monster' ancaman keamanan global. Sehingga, Moskow dan Washington perlu payung lembaga multilateral seperti PBB, guna menghadapi IS. Dari sini terlihat, IS hebat sekali bukan? (mi/aby/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version