View Full Version
Selasa, 29 Sep 2015

Akademisi Terkemuka Iran Sebut Respon Teheran atas Tragedi Mina Ekstrim dan Rasis

AHVAZ, IRAN (voa-islam.com) - Beberapa pejabat Iran telah mengkritik respon berlebihan Teheran untuk insiden berdesak-desakan dan saling injak saat prosesi ibadah Haji pekan lalu yang menewaskan 769 jamaah, dengan beberapa mengatakan Iran mencoba untuk mencetak "poin politik" dengan menyalahkan pemerintah Saudi atas tragedi tersebut.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatolah Ali Khameney dan Presiden Hassan Rouhani telah menyalahkan pemerintah Saudi atas tragedi pekan terakhir, dengan Khamenei menuntut Arab Saudi "meminta maaf kepada umat Islam di dunia dan keluarga yang ditinggalkan," menurut kantor berita negara IRNA.

Iran, yang jamaahnya secara sengaja melakukan provokasi dengan bergerak melawan arus dan menolak arahan dari petugas untuk kembali, tercatat memiliki jumlah korban tewas tertinggi dalam insiden itu dengan setidaknya 144 warga Iran tewas, dalam insiden yang disebabkan aksi tak terpuji mereka, menurut angka resmi.

Bagaimanapun, Mohammad Hashemi, kepala kantor mantan presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani, telah menunjuk sulitnya "membuat penilaian tentang hal-hal seperti ini," dan mengatakan akan salah untuk menyalahkan pemerintah Saudi atas tragedi tersebut.

"Kita tidak memiliki hak untuk menunjuk jari menyalahkan pada pihak berwenang di negara ini [Arab Saudi]," katanya.

Sementara akademisi terkemuka Iran Sadegh Zibakalam mengatakan respon Iran untuk tragedi itu akibat dari perselisihan politik antara kedua negara atas krisis di Suriah, Yaman dan wilayah regional lainnya. Dia mengatakan Iran sedang berusaha untuk menggunakan tragedi itu untuk mencetak "poin politik" terhadap Riyadh.

Dia menyebut respon Teheran sebagai "ekstrim dan rasis."

Habib Jabr, kepala Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan Ahvaz- sebuah gerakan separatis Iran-Arab-lebih jauh mengatakan insiden itu mungkin telah direkayasa oleh Teheran dalam upaya untuk mendiskreditkan Arab Saudi.

Pada hari Jumat seorang pejabat dari Haji misi Iran mengatakan kepada Asharq Al-Awsat bahwa aksi desak-desakan dan saling injak terjadi setelah sekelompok sekitar 300 peziarah Iran tidak mau mengikuti perintah yang mengharuskan mereka untuk menunggu izin untuk meninggalkan area Jamarat dekat tempat desak-desakan berlangsung.

Sebaliknya, pejabat itu mengatakan, kelompok peziarah Iran kembali ke markas misi mereka ketika kelompok lain sedang dalam perjalanan ke lokasi melontar jumroh seperti yang dijadwalkan, menghentikan perjalanan dan "menyebabkan para peziarah lain yang datang untuk menggunakan rute yang lebarnya tidak lebih dari 20 meter."

Pejabat itu menambahkan bahwa perilaku semacam itu sering menyebabkan konsekuensi yang tragis di daerah ramai.

Berbicara di New York saat ia menghadiri Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir juga mengkritik respon Iran untuk tragedi itu. Dia mengatakan Iran "harus tahu lebih baik daripada untuk bermain politik dengan tragedi yang menimpa orang-orang yang melakukan kewajiban agama mereka yang paling mulia," menurut AFP.

Sementara Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz itu telah memerintahkan penyelidikan resmi atas insiden tersebut.

"Kami akan mengungkapkan fakta-fakta ketika mereka muncul. Dan kami tidak akan menahan sesuatu apapun," kata Jubeir.

"Saya berharap para pemimpin Iran untuk lebih masuk akal dan lebih bijaksana berkaitan dengan orang-orang yang tewas dalam tragedi ini, dan menunggu sampai kita melihat hasil dari penyelidikan." (st/aa)


latestnews

View Full Version