View Full Version
Senin, 16 Nov 2015

Prancis Sebar 5000 Tentara di Ibukota Paris Setelah Serangan Mematikan Hari Jum'at

PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Dalam menanggapi serangan mematikan di Paris, militer Prancis telah mengerahkan 1.000 tentara tambahan untuk memastikan keamanan di jalan-jalan ibukota, kantor berita Rusia Today melaporkan hari Senin (16/11/2015), menjadikan jumlah total seluruh tentara yang telah disebar di seluruh Paris menjadi 5000 personil .

Penyebaran militer ini terjadi di tengah janji Kementerian Pertahanan Prancis untuk merevisi strategi keamanan nasional.

Warga Paris sendiri telah menjadi terbiasa untuk hidup bersama tentara di kota mereka sejak peluncuran Operasi Sentinelle setelah serangan Charlie Hebdo pada bulan Januari, yang menewaskan 17 orang.

Namun demikian, setelah serangan hari Jum'at 13 November kemarin yang menewaskan 129 orang, militer Prancis meningkatkan kehadirannya di ibukota dengan 1.000 pasukan tambahan yang dikerahkan dalam waktu 48 jam dari aksi serangan terkoordinasi tersebut.

Sebanyak 5.000 tentara sedang berpatroli Paris dan sekitarnya, dengan bala bantuan tambahan akan tiba hari Rabu.

Militer telah dan akan ditempatkan di seluruh kota, ketika keadaan darurat, dinyatakan oleh Presiden Francois Hollande pada Jum'at malam, berlanjut di seluruh Prancis. Menyusul serangan tersebut, pemimpin Prancis memerintahkan penyebaran tambahan 1.500 petugas militer di Paris.

"Pada wilayah nasional, seperti dalam operasi eksternal, tentara Prancis sedang terlibat dalam perang melawan Daesh [Daulah Islam]. Semua langkah-langkah yang diambil untuk melindungi warga negara kita terhadap kelompok teroris. Operasi Sentinelle diperkuat oleh staf tambahan sejak November 14, dari seluruh Prancis," Kementerian Pertahanan mengatakan.

Prancis sekarang berusaha untuk merevisi strategi keamanan nasional untuk lebih menanggapi serangan jihadis dengan menggunakan angkatan bersenjatanya di dalam negeri.

"Skala ancaman telah berubah. Ini demilitarisasi dan strategi pertahanan kita harus disesuaikan dengan itu. Hal ini merupakan tantangan yang cukup besar dan Prancis akan menghadapi itu," Xinhua mengutip perkataan Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian kepada mingguan lokal Le Journal de Dimanche.

"Setelah peluncuran operasi Sentinel, menjadi perlu untuk menentukan strategi baru pada penggunaan angkatan bersenjata negara ini," katanya. "Daesh [Daulah Islam] adalah tentara teroris nyata dan kita harus memerangi tanpa henti di mana pun," kata Le Drian.

Pada hari Ahad, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls berjanji untuk mengerahkan 10.000 tentara di seluruh Prancis, untuk melengkapi 7.000 tentara, yang telah dikerahkan sejak serangan Januari Charlie Hebdo.

Sementara itu, pasukan Prancis telah mengintensifkan upaya anti-IS mereka di Suriah dengan meluncurkan serangan udara terbesar sampai saat ini yang menargetkan posisi IS di Raqqa.

Pada Ahad malam angkatan udara Prancis mengerahkan sebanyak 12 pesawat, termasuk 10 pesawat tempur, untuk melancarkan gempuran ke Kota Raqqa, Suriah.

Dalam gempuran tersebut, armada pesawat Prancis dikerahkan secara bersamaan dari Uni Emirat Arab dan Yordania. Mereka menjatuhkan sebanyak 20 bom ke Kota Raqqa yang dianggap sebagai benteng dari IS.

Kementerian Pertahanan Prancis mengklaim bom-bom itu menghantam sejumlah target, termasuk pusat komando, depot amunisi, dan kamp pelatihan IS. (st/RT,BBC)


latestnews

View Full Version