View Full Version
Rabu, 02 Sep 2009

Pembunuhan dan Penangkapan Warnai Hari-hari Pekerja Palestina

Ramallah-voa-islam : Bagi Zionis, tidak ada perbedaan apakah bulan Ramadhan ataupun bukan dalam memberangus hak-hak pekerja Palestina. Jauh dari sikap mempermudah untuk mempercantik imegnya di dunia internasional yang kadung sudah buruk.

Kalangan pekerja adalah pihak yang paling banyak menderita akibat kebijakan pemerintah Zionis. Dimulai dari surat izin masuk ke wilayah jajahan 48 sekaligus izin tinggal dan menetap untuk sementara hingga pekerjaan selesai, untuk sekedar mendapatkan sesuap makanan bagi anak istri yang sedang kelaparan di bulan Ramadhan. 

Perjalanan Penuh Siksa dan Kematian

Farid Abdullah (50 tahun) dari Jamain menjelaskan, bagaimana ia menempuh perjalanan yang melelahkan untuk bisa sampai ke tempat kerjanya di wilayah jajahan. Setiap pekerja harus membayar sekitar 300 shekel untuk dapat menyusup ke wilayah Palestina terjajah.

Sebanyak 20 pekerja menumpang mobil yang hanya muat untuk tujuh orang saja. Merekapun tidak tahu kemana mereka akan dibawa di jalan mana mereka berada. Karena semua penumpang harus tiarap di bawah mobil atau biasanya mobil tersebut dicat hitam atau ditutup dengan kain untuk menghalangi pemandangan dari luar. 

Bagi pekerja Palestina tidak ada pilihan lain kecuali ini, agar mereka dan anak istrinya dapat tetap hidup. Tak jarang pula mereka terancam intimidasi, penangkapan atau pembunuhan. Atau sok karena mobil yang mereka tumpangi lari tunggang langgang dikejar aparat Zionis. seperti menimpa seorang pekerja asal Thubas.

Bagi pekerja Palestina tidak ada pilihan lain kecuali ini, agar mereka dan anak istrinya dapat tetap hidup. Tak jarang pula mereka terancam intimidasi, penangkapan atau pembunuhan. Atau sok karena mobil yang mereka tumpangi lari tunggang langgang dikejar aparat Zionis. seperti menimpa seorang pekerja asal Thubas.

Kholid Sulaiman harus mendekam di penjara Israel selama enam bulan. Ia terpaksa menghabiskan bulan Ramadhan dan dua hari raya Islam di dalam penjara Zionis. Sebabnya, ia tertangkap beberapa kali di wilayah jajahan 48 tanpa surat izin dari pemerintah Zionis. Sebelumnya ia dipaksa menanda tangani surat perjanjian bahwa ia tidak akan masuk lagi ke wilayah jajahan 48, kalau melanggar ia akan dipenjara selama enam bulan.

Namun karena kebutuhan mendesak, akhirnya ia nekat masuk kembali ke wilayah jajahan untuk mencari pekerjaan demi menyambung hidup keluarganya.

Setelah seorang polisi mengecak namanya di computer ia dikagetkan dengan ungkapan salah seorang tawanan Palestina yang ditahan karena tak memilki izin. Ia mengatakan, tidak ada pekerjaan di Tepi Barat. Bekerja di sini jauh lebih baik. Bahkan penjara di sini lebih baik daripada tinggal di rumah dan dikejar-kejar utang, ungkapnya.

Kebutuhan Bayi

Seorang pekerja Jamal Razaq dari distrik Laban mengungkapkan, dirinya tak punya pekerjaan di bulan Ramadhan ini. Namun karena kebutuhan mendesak, dirinya terpaksa menempuh perjalanan berbahaya demi anak-anak dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisinya tidak lebih baik dari bapak-bapak yang bekerja di bulan Ramadhan yang memang sudah tua.

apa yang memaksa anda untuk mencari kerja dalam usia begini. Ia menjawab, kebutuhan wahai anak-anakku

Seorang  tua renta menjelang akhir dari 50 tahun atau awal 60 tahunan masih menginginkan pekerjaan di wilayah 48. Ketika ada yang bertanya kepadanya, apa yang memaksa anda untuk mencari kerja dalam usia begini. Ia menjawab, kebutuhan wahai anak-anakku. Demi Allah saya tidak punya satu shekel pun untuk memberi makan anak-anakku. Kemudian aku meminjam uang agar dapat masuk ke wilayah jajahan 48 untuk mencari kerja.

Lain lagi menurut, Rafiq Awadh dari wilayah Bani Zaid dirinya terpaksa menempuh perjalanan yang berbahaya karena desakan utang. Siapa yang tak merasa berat melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan sementara anak-anak dan istrinya harus ditinggalkan dan terancam penangkapan setiap saat. Baik di tempat kerja ataupun di pemondokan.

Pemerintah Fayadh Bertanggung Jawab atas Kondisi ini.

Persatuan Asosiasi Pekerja Palestina menganggap pemerintahan Salam Fayadh bertanggung jawab atas kondisi sulit ini. Terutama karena ada ribuan pekerja dan pengangguran yang saat ini sangat menderita. Harga-harga yang kian tinggi menjelang lebaran ditambah sulitnya mencari pekerjaan disamping blockade dan embargo ekonomi yang kian mencekik.

Untuk itu, Asosiasi pekerja Palestina meminta semua pihak memperhatikan masalah pekerja Palestina. seperti melarang para pedaganga menaikan harga seenaknya tanpa sebab atau alasan yang jelas. Para pekerja Palestina hidup dalam kesulitan dan berbahaya jika memaksakan mencari kerja. Diantara mereka ada yang terpaksa menceburkan dirinya dalam bahaya, demi menghidupi anak dan istrinya. (aa/infplstn)


latestnews

View Full Version